Iklan Sponsor

Wednesday 6 May 2020

Pendidikan Islam Pada Masa Pendidikan Jepang





“SEJARAH PERADABAN ISLAM”
Tentang :
Pendidikan Islam Pada  Masa  Pendidikan  Jepang

Dosen Pengampu : Dr. Muslimah, M.Pd.I




Description: Image result for logo stai an nadwah

Disusun oleh :
Kelompok V
Astri Maryani
M. Firdaus





SEMESTER VI – C
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘’Pendidikan Islam Pada Masa Jepang ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah Pendidikan Islam Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
                                                                                   
Kuala Tungkal   Maret 2020



DAFTAR ISI









BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Mengkaji tentang sejarah bangsa Indonesia tidak akan pernah  lepas dari umat islam, baik dari perjuangan melawan penjajah maupun dalam lapangana pendidikan. Melihat fakta bahawa penduduk Indonesia mayoritas memeluk agama Islam. Mereka turut andil dalam berkembangnya bangsa Indonesia sampai saat ini.
Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia, bangs Jepang bercita-cita besar menjadi pemimpin asia timur raya. Sejak tahun 1940 jepang berencana untuk mendirikan kemakmuran bersama asia raya. Dalam rencana tersebur jepang menginginkan menjadi pusat suatu lingkungan yang berpengaruh atas daerah-daerah mansyuria, daratan cina, kepulauam Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Cina dan Rusia. Hal ini dilatar belakangi oleh perkembangan ekonomi dan industri jepang yang memerlukan perluasan daerah. Oleh karena itu rencana “kemakmuran bersama asia raya” dianggap sebagai suatu keharusan. Dengan semboyan “asia untuk bangsa asia” jepang menguasai daerah yang berpenduduk lebih dari 400 juta jiwa yang antara lain menghasilkan 50% poduksi karet dan 70% timah dunia. Indonesia yang kaya sumber bahan mentah merupakan sasaran yang perlu dibina dan dimanfa’atkan sebaik –baiknya untuk kepentingan perang jepang. Sehingga jepang menyerbu indonesia, karena tanah air indonesia merupakan sumber bahan-bahan mentah yang kaya raya dan tenaga manusia yang banyak tersebut sangat besar artinya demi kelangsungan perang pasifik, dan hal ini sesuai pula dengan cita-cita politik ekspansinya.[1]
Dengan kebijakan yang dibuat tentara Jepang yang pada akhirnya merugikan Indonesia, umat Islam pun tak tinggal diam dan melakukan perlawanan terhadap Jepang. Meskipun demikian Jepang juga mempunyai pengaruh penting terhadap berkembangnya pendidikan di Indonesia.



B.     Rumusan masalah

1.      Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan jepang?
2.      Bagaimana tanggapan umat islam terhadap kebijakan Jepang ?
3.       Bagaimana perkembangan pendidikan islam pada masa Jepang?
4.      Bagaimana pengaruh Jepang terhadap pendidikan islam ?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetauhi kondisi pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan jepang?
2.      Untuk mengetauhi tanggapan umat islam terhadap kebijakan Jepang.
3.      Untuk mengetauhi perkembangan pendidikan islam pada masa Jepang.
4.      Untuk mengetauhi pengaruh Jepang terhadap pendidikan islam.



BAB II

PEMBAHASAN

A.    KONDISI PENDIDIKAN PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG

Sistem pendidikan Belanda yang selama ini berkembang di Indonesia, semuanya diganti oleh bangsa Jepang sesuai dengan sisitem pendidikan yang berorientasi kepada kepentingan perang. Tidak mengherankan bahwa segala komponen sistem pendidikannya ditujukan untuk kepentingan perang. Adapun karakteristik sistem pendidikan Jepang adalah sebagai berikut:
1.      Dihapusnya “dualisme pendidikan”
Pada masa Belanda terdapat dua jenis pengajaran, yaitu pengajaran kolonial dan pengajaran bumi putera, oleh jepang diganti diganti sisitem seperti itu di hilangkan. Hanya satu jenis sekolah rendah yang diadakan bagi semua lapisan masyarakat , yaitu: sekolah rakyat selama 6 tahun , yang ketika itu dipopulerkan dengan nama “Kokumin Gakko” atau disebut juga sebagai Sekolah Nippon Indonesia ( S N I ). Sekolah-sekolah desa masih tetap ada dan namanya diganti menjadi sekolah pertama. Serta jenjang pengajaran pun menjadi:
a.    Sekolah rakyat 6 tahun (termasuk sekolah pertama)
b.    Sekolah menengah 3 tahun
c.    Sekolah menengah tinggi 3 tahun (SMA-nya pada zaman Jepang)[2]
2.      Berubahnya tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk menyedian tenaga cuma-cuma (romusha) dan prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan Jepang. Oleh karena itu, murid-murid diharuskan latihan fisik, latihan kemiliteran dan indroktrinasi ketat. Pada akhir zaman Jepang terdapat tanda-tanda tujuan menjepangkan anak-anak Indonesia.
3.      Proses pembelajaran diganti kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan.


Proses pembelajaran disekolah diganti dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah antara lain:
a.    Mengumpulkan batu, pasir untuk kepentingan perang
b.    Membersihkan bengkel-bengkel & asrama militer 1(spi ramayulis 341)
c.    Menanam umbi-umbian, sayur-sayuran di pekarngan sekolah untuk persediaan makanan
d.   Menanam pohon jarak untuk pelumas
4.      Pendidikan dilatih agar mempunyai semangat perang
Seorang pendidik sebelum mengajar diwajibkan terlebih dahulu mengikuti didikan dan latihan (diklat) dalam rangka penanaman ideologi dan semangat perang, yang pelaksanaannya dipusatkan di Jakarta selama tiga bulan. Untuk menanamkan semangat jepang tersebut, maka diajarkan bahasa jepang dan nyanyian-nyanyian semangat kemiliteran kepada para murid.
5.      Pendidikan pada masa jepang sangat memprihatinkan
Kondisi pendidikan pada masa pemerintahan jepang bahkan lebih buruk dari pada pendidikan pada masa penjajahan belanda. Sebagai gambarannya dapat dilihat dari segi kuantitatif trend nya mengalami kemunduran (sekolah, murid,dan guru).
6.      Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
Meskipun bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa pengantar pada tiap-tiap jenis sekolah, akan tetapi sekolah-sekolah itu dipergunakan juga sebagai alat untuk memperkenalkan budaya jepang kepada rakyat.[3]

B.     Tanggapan Umat Islam atas Kebijakan Jepang

Walaupun kondidsi pendidikan jepang tidak begitu memihak terhadap indonesia, namun bagi agama islam ada sedikit nilai positifnya pada masa awal masuknya jepang ke Indonesia, umat islam penuh harapan bahwab cita-cita kemerdekaan Indonesia dapat terwujud, dengan masuknya jepang ke Indonesia dan terusirnya belanda.
Negara Indonesia yang mayorits penduduknya memeluk agama islam hal ini dimanfaatkan oleh jepang. Untuk mencari simpati dari umat islam di Indonesia, Jepang selalu mengulang-ulang menyampaikan maksudnya menghormati dan menghargai islam. Di depan ulama, letnan jendral Imamura, pejabat militer jepang tertinggi di jawa menyampaikan pidato yang isinya  bahwa pihak jepang bertujuan untuk melindungi dan menghormati islam.[4]
Pemerintah jepang menampakkan diri seakan akan membela kepentingan islam, yang merupakan siasat untuk kepentingan dunia dua. Untuk mendekati ummat islam, mereka menempuh beberapa kebijakan, diantaranya ialah:
1.      Kantor urusan agama yang ada pada zaman belanda disebut kantoor voor islamistiche zaken yang dipimpin oleh orang-orang orientalis belanda, diubah oleh jepang  menjadi kantor sumubi yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari. Pada waktu itu KH. Hasyim Asy’ari merupkan ulama islam yang berpengaruh terhadap umat islam.
2.      Para ulama islam bekerja sama dengan pimpinan-pimpinan yang berpengaruh Indonesia dizinkan membentuk barisan pembela tanah air (PETA)
3.      Umat islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut majelis islam a’la indonesia (MIAI) yang bersifat kemasrayarakatan. Namun pada bulan oktober 1943 MIAI di bubarkan dan diganti dengan majelis sura muslimin indonesia (MASYUMI) Pondok pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan dan bantuan dari pemerintah Jepang.
4.      Sekolah negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran-ajaran agama.
5.      Pemerintah Jepang mengizinkan pembentukkan barisan hizbullah barisan ini dipimpin oleh K.H. Zainal Arifin.  Pada zaman Jepang, akhir tahun 1944, terbentuklah organisasi yang dinamakan  Hizbullah, yaitu sejenis organisasi militer bagi pemuda-pemuda muslim Indonesia. K.H. Zainul Arifin dipercaya menjadi ketua panglima Hizbullah, dengan tugas utamanya mengkoordinasi pelatihan-pelatihan semi militer. K.H. Zainul Arifin adalah salah satu utusan dari Nahdatul Ulama dalam kepengurusan Masyumi. Di antara pemimpinnya terdapat Muhammad Roem, Anwar Tjokro Aminoto, Jusuf Wibisono, dan Prawoto Mangkusaswito yang kemudian terkenal menjadi politikus-politikus terkenal. Jadi pada masa pendudukan Jepang ini, dapat disimpulkan bahwa ternyata umat Islam telah memperoleh keuntungan-keuntungan yang besar.
6.      Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir dan Bung Hatta. Sikap umat Islam terbagi menjadi dua, yaitu, sikap keras dengan perang  yang diperlihatkan oleh ulama-ulama secara individual dan sikap lunak yang diperlihatkan oleh pemimpin-pemimpin muslim melalui organisasi-organisasi. Cara keras yang diperlihatkan oleh ulama-ulama secara individual menimbulkan pemberontakan lokal, seperti yang dilakukan Tengku Abdul Jalil di Aceh. Ia mengatakan bahwa Jepang lebih buruk dari pada Belanda. Perangpun terjadi pada bulan Agustus 1942. Jepang mula-mula ingin menyelesaikan dengan damai, dengan mengirim utusan tetapi tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat.
Kemudian muncul pemberontakan pemuda muslim Muhammadiyah di Pontianak, 8 Desember 1943, dan juga di Jawa, yang dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa, pemimpin pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, pemberontakan meletus bulan Februari 1944. Dari pemberontakan-pemberontakan itu, dapat disimpulkan bahwa motif pemberontakan pada hakikatnya selain motif kekejaman dan kebrutalan Jepang, tetapi yang paling utama adalah motif membela agama.
Selanjutnya sikap para pemimpin muslim dan para ulama yang sudah diarahkan oleh Jepang untuk membentuk organisasi buatan Jepang dengan maksud dapat menjadi alat pencapaian tujuannya, ternyata telah bertolak belakang dengan harapan Jepang. Organisasi-organisasi yang dibuat Jepang dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk memperkuat persatuan muslimin Indonesia, dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan dan menyebarkan agama Islam, yang sekaligus untuk menghilangkan pengaruh Shinto yang telah disebarkan Jepang.[5]

C.    Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Jepang.

Setelah belanda pergi dari Indonesia maka muncul pergerakan Jepang. Jepang memberikan toleransi yang banyak terhadap pendidikan Islam di Indonesia, kesetaraan pendidikan penduduk pribumi, sama dengan penduduk atau anak-anak penguasa, bahkan Jepang banyak mengajarkan ilmu-ilmu bela diri kepada pemuda Indonesia.[6]
Pada masa penjajahan Jepang banyak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran serta pendirian tempat-tempat ibadah. Lembaga-lembaga pendidikan dapat dikembangkan dan anak-anak dan penduduk pribumi diperbolehkan untuk belajar agama dan mengaji. Hal ini memberikan kesempatan bagi pendidikan islam untuk berkembang.[7]
1.      Madrasah
Awal pendudukan jepang, madrasah berkembang dengan cepat terutama dari segi kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya para kyai yang membangun pesantern salah satunya madrasah awaliyah yang ada diSumatra.
2.      Pendidikan agama di sekolah
Sekolah negeri diisi dengan pelajaran budi pekerti. Hal ini memberi kesempatan pada guru agama islam untuk mengisinya dengan ajaran agama, dan di dalam pendidikan agama tersebut juga di masukan ajaran tentang jihad melawan penjajah
3.      Perguruan tinggi Islam
Pemerintah jepang mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam di jakarta yang dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, KH. Muzakkar, dan Bung Hatta. Walaupun jepang berusaha mendekati umat islam dengan memberikan kebebasan dalam beragama dan dalam mengembangkan pendidikan namun para ulama tidak akan tunduk kepada pemerintahan jepang, apabila mereka menggangu akidah umat hal ini kita dapat saksikan bagaimana masa jepang ini perjuangan KH. Hasyim Asy’ari beserta kalangan santri menentang kebijakan kufur jepang yang memerintahkan untuk melakukan seikere (menghormati kaisar jepang yang dianggap keturunan dewa matahari) . Akibat sikap tersebut beliau ditangkap dan dipenjarakan oleh jepang selama 8 bulan.
Dapat disimpulkan meski pun dunia pendidikan secara umum terbengkalai, karena murid-muridnya sekolah setiap hari hanya disuruh gerak badan, baris-berbaris, kerja bakti (romusha), bernyayi dan sebagainya. Yang agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang ada di dalam lingkungan  pondok pesantren yang bebas dari pengwasan langsung pemerintah pendudukan jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren masih dapat berjalan secara wajar.[8]
D.  Pengaruh Kebijakan Jepang pada Pendidikan Islam di Indonesia
Pada awal kedatangannya Jepang disambut baik oleh orang-orang Jawa yang beranggapan bahwa kedatangan tentara Jepang sesuai dengan ramalan Joyoboyo. Oleh sebab itu, ketika tentara Jepang mendirikan pemerintahan militernya orang-orang Jawa menerimanya dengan sukarela. Salah satu program yang memperolah empati dari pihak pribumi pada awal penjajahan Jepang adalah di bidang pendidikan di mana dalam hal ini para pelajar Indonesia diberi kesempatan untuk mendapatkan beasiswa belajar di Jepang dengan alasan untuk kemajuan rakyat pribumi. Terkhusus untuk umat Islam, sebagai basis pergerakan yang massif dan sangat diperhitungkan, Jepang berusaha menarik perhatian dengan cara mengirim umat Islam untuk berhaji ke Mekah, di ibu kota Jepang didirikan masjid dan yang paling menarik adalah diadakannya konferensi umat Islam di Tokyo.
Di samping itu, bagian propaganda (Sendenbu). Jepang telah pula melakukan aksinya dengan pelbagai macam pendekatan terhadap rakyat, diantaranya; mendirikan Gerakan Tiga A dengan slogannya yang terkenal: Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Saudara Asia; mengangkat orang-orang pribumi dalam pelbagai pemerintahan yang prinsip turun-temurunnya dihapuskan; menetapkan wilayah wilayah voorstenlanden sebagai kochi (daerah istimewa). Maksudnya agar tentara Jepang yang mendirikan pemerintah militernya dapat diterima oleh penduduk pribumi. Tujuan utama pendudukan Jepang di Jawa adalah menyusun dan mengarahkan kembali perekonomian peninggalan pemerintah Hindia Belanda dalam rangka menopang upaya perang Jepang dan rencana-rencananya bagi ekonomi jangka panjang terhadap Asia Timur dan Tenggara. Tujuan utama ini mengarahkan kebijakan-kebijakan pemerintah militer untuk menghapuskan pengaruh-pengaruh barat di kalangan rakyat Jawa dan memobilisasi rakyat Jawa demi kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya.
Sejak membentuk pemerintahan militernya, Jepang membuat banyak sekali perubahan dalam bidang pemerintahan. Perubahan tersebut terjadi di tingkat atas maupun di tingkat bawah. Tanggal 1 Agustus 1942, saat dikeluarkannya undang-undang perubahan tata pemerintahan di Jawa, Jepang menetapkan bahwa seluruh daerah di Jawa dibagi menjadi SyuSiKenGunSon, dan Ku, kecuali Surakarta dan Yogyakarta yang ditetapkan sebagai kooti (kerajaan) dan Batavia sebagai Tokubetsu Si (ibukota pemerintah militer). Pembagian pulau Jawa atas provinsi-provinsi juga dihapuskan.
Sejarah Jepang masuk ke Indonesia, khususnya ketika menduduki Pulau Jawa tahun 1942-1945 telah membawa banyak perubahan yang sangat berarti bagi perkembangan Jawa di masa berikutnya. Periode ini merupakan salah satu bagian dari perjalanan penting sejarah besar bangsa ini untuk melangkah ke masa depan. Masa ini telah terjadi berbagai perubahan yang mendasar pada alam sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Masa pendudukan Jepang di Indonesia selama tiga setengah tahun tersebut sering dipandang sebagai masa yang singkat tetapi akibat yang diterima oleh masyarakat sebanding dengan masa penjajahan Belanda sebelumnya dengan jangka waktu yang lebih lama.
Ada satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan yang diterapkan Jepang yakni penerapan sistem pendidikan militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan harus mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan oleh pemerintah Jepang.[9]
Dengan demikian sistem pendidikan yang diterapkan Jepang di Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan sistem pendidikan yang diterapkan Belanda yakni pendidikan masa penjajahan Belanda bersifat lebih liberal namun terbatas untuk kalangan tertentu saja,sementara pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada tetapi terjadi penurunan kualitas secara drastis baik dari sisi keilmuan maupun mutu murid dan guru. Kondisi ini tidak terlepas dari target pemerintah Jepang melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori dan mewujudkan konsep kemakmuran bersama Asia Timur Raya yang diimpi-impikan Jepang.
Satu hal yang menarik untuk dicermati adalah adanya pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno (Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa matahari (Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (kimigayo). Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna..




BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

Jepang memiliki peran penting dalam berkembangnya pendidikan di Indonesia. Pada awalnya kebijakan-kebijakan yang di gunakan memihak kepada Indonesia khusunya umat. Mereka melakukan hal tersebut untuk mengambil hati bangsa Indonesia khususnya Penduduk Indonesia yang beragama Islam karena mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Jepang juga menghapuskan kebijakan-kebijakan pemerintah Belanda yang sebelumnya diterapkan di indonesia dalam bidang pendidikan yang dirasa menguntungkan bangsa Indonesia.
Akan tetapi kebijakan-kebijakan tersebut bersifat sementara dan akhirnya Jepang menunjukkan sifat aslinya, mereka membuat kebijakan tersebut demi keuntungannya sendiri terutama dalam romusha dan dalam bidang kemiliteran.
Dengan keadaan Indonesia yang seperti itu penduduk Indonesia pun tidak tinggal diam dan melakukan perlawan terhadap pemerintahan Jepang. Perlawan-perlawanan yang di lakukan tidak lepas dari campur tangan umat islam.

B.     Saran

Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan dalam pembuatan makalah ini, maka kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya.












DAFTAR PUSTKA


Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2012
Musyrifah Sunanto, Sejarah peradaban Islam Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2007)
Iskandar Engku, Sejarah Pendidkan Islami. (Bandung:Remaja Rosdakarya:2014)
zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 2011),



[1] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2012, hlm. 339
[3] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2012, hlm. 340
[4] Ramayulis, Sejarah Pendidikan IslamHlm.80
`[5] Musyrifah Sunanto, Sejarah peradaban Islam Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 41-43
[6] Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2007)hlm 87-88
[7] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Hlm.86
[8] Iskandar Engku, Sejarah Pendidkan Islami. (Bandung:Remaja Rosdakarya:2014), hlm 45
[9] zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 2011), Hlm.68

No comments:

Post a Comment