Mata Kuliah
“Psikologi Perkembagan ”
Tentang :
Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak
Dosen Pengampu :
Dr. Heru
Setiawan,M.Pd.I
Disusun oleh :
Nurul Hidayati
Dewi Susanti
SEMESTER II
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil
‘alamin, wa sholatu was salamu ‘ala asyrofil anbiya’i wal mursalin wa ‘ala
alihi wa ashhabihi ajma’in amma ba’du.
Segala puji dan syukur kita
panjatkan kepada Allah SWT yang telah menerangi dan memnuhi hati kita dengan
keimanan. Yang mana keimanan adalah nikmat yang terbesar bagi kita. Sholawat
dan salam kita sanjung sajikan untuk baginda kita nabi besar Muhammad SAW,
seorang rasul yang telah menggandeng tangan kita menuju jalan kebenaran dan
penuh dengan kasih sayang Allah.
Tugas ini merupakan
persembahan hasil diskusi pemikiran dan pencarian informasi dari berbagai
sumber, pillihan judul dan bahannya disesuaikan dengan silabus dan atas
perintah dosen mata kuliah yang bersangkutan
Dalam penyelesaian tugas
ini, kami menyadari banyak dapat kekurangan, kepada semua pihak kami harapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kepada teman dan
sahabat yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini kami ucapkan
terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Kuala
Tungkal April 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
masa akhir kanak-kanak merupakan kelanjutan dalam masa awal anak-anak. Periode
ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang
secara seksual. Permulaan masa akhir kanak-kanak ini ditandai dengan masuknya
anak ke kelas satu sekolah dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan
perubahan besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk kelas satu merupakan
peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
sikap, nilai, dan perilaku.
Dalam
studi ilmu jiwa perkembangan dapat di lacak dan dipahami perkembangan dari satu
fase kehidupan ke fase kehidupan yang lain. Dalam memahami ini dalam dunia
pendidikan misalnya, maka dapat disusun kurikulum, materi, metode, sarana, dan
alat-alat yang sesuai dengan situasi dan kondisi diri anak didik menurut
jengjang pendidikan yang ada. Demikian juga bagi orang tua, akan diketahui
pertumbuhan dan perkembangan anak serta model-model pelayanannya. Sehingga
setiap individu diharapkan bisa menjalani tugas perkembangan dengan baik
sekaligus beradaptasi dengan lingkungannya dengan baik pula.
Akhir
masa kanak-kanak secara tepat dapat diketahui, tetapi orang tidak dapat
mengetahui secara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan seksual.
Yaitu criteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak dengan masa
remaja-timbuknya tidak selalu pada usia yang sama. Ini disebabkan perbedaaan
dalam kematangan seksual anak laki-laki dan anak perempuan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja ciri masa kanak-kanak akhir ?
2.
Bagaimana perkembangan fisik, kognitif,
sosial, bahasa, dan moral pada masa kanak-kanak akhir ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri Perkembangan Masa Pertengahan Anak-Anak
Masa akhir anak- anak sering
disebut sebagai masa tamyiz masa sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini
dialami anak usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal
yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah
dan sudah siap masuk Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah dasar.
Masa akhir kanak-kanak menurut
psikologi islam adalah tahap tamyiz, fase ini anak mulai mampu membedakan yang
baik dan buruk, yang benar dan salah, pada usia ini Nabi Muhammad memberikan
contoh bahwa anak sudah diperintahkan untuk melakukan sholat sebagaimana Hadits
Nabi : Artinya : …….Perintahlah anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia
berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkan apabila berusia sepuluh
tahun dan pisahkan ranjangnya.(HR. Abu Dawud dan al-Haki dari Abd Allah ibn
Amar) Hadits tersebut mengisyaratkan ketika anak berusia tujuh tahun
memerintahkan orang tua untuk memukul anaknya yang meninggalkan shalat, makna
memukul tidak berarti bersifat biologis tetapi bersifat psikologis dengan
mengingatkan yang dapat menggugah kesadarannya untuk melakukan shalat.Pada masa
ini anak-anak sudah bisa menembangkan fikirannya, bisa memdedakan mana yang
baik dan mana yang buruk.
Para ahli seringkali tidak menyebut secara eksplisit tentang tahap anak
akhir ini, mereka lebih suka menyebutnya sebagai masa anak-anak saja. Untuk
itu, menurut hemat penulis sebaiknya perlu pembedaan yang jelas. Mengingat dari
perkembangan psokososial, anak-anak pada usia 10-12 tahun, mulai menunjukkan
perilaku yang mengarah ke pacaran, walaupun tidak/belum serius. Mereka memiliki
rasa ketertarikan secara seksual terhadap lawan jenis. Hal ini mendorongnya
untuk mengadakan hubungan pergaulan lintas jenis kelamin. Di sisi lain. Menurut
Piaget, anak-anak terus mengembangkan kapasitas intelektual (masa operasi
konkrit) di bangku pendidikan formal yakni sekolah dasar. Tak kalah pentingnya
ialah meningkatkan aktivitas yang banyak menyita energy fisik,
akibat pertumbuhannya yang kian
mendekati masa proses kematangan yakni masa remaja.Pada masa ini anak-anak sudah bisa
mengembangkan kapasitas intelektual di bangku pendidikan formal.
B. Perkembangan Fisik
Masa
pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat
dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas,
kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini
pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa ini sering juga disebut sebagai
“periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun
merupakan “masa tenang”, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak
terjadi proses pertumbuhan fisik berarti. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, di
antaranya keadaan berat dan tinggi badan, keterampilan motorik.[1]
1.
Keadaan
Berat dan Tinggi Badan
a.
Tinggi Rata-rata anak perempuan 11 tahun
mempunyai tinggi badan 58 inci dan laki-laki 57,5 inci.
b.
Berat Kenaikan berat lebih bervariasi
daripada kenaikan tinggi badan yang berkisar tiga sampai lima pon per tahun.
Rata-rata anak perempuan 11 tahun mempunyai berat badan 88,5 pon dan anak
laki-laki 85,5 pon.
c.
Perbandingan Tubuh Beberapa perbandingan wajah yang kurang baik
menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata,
bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk, leher
menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai
memanjang, dan tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
d.
Kesederhanaan Perbandingan tubuh yang kurang
baik yang sangat mencolok pada masa akhir kanak-kanak menyebabkan meningkatnya
kesederhanaan pada saat ini. Kurangnya perhatian terhadap penampilan dan
kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-temannya tanpa memedulikan pantas
tidaknya juga menambah kesederhanaan.
e.
Perbandingan Otak-Lemak Selama masa akhir kanak-kanak, jaringan lemak
berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai
melejit pada awal pubertas. Anak yang berbentuk endoformik jaringan lemaknya
jauh lebih banyak daripada jaringan otot, sedangkan pada tubuh ektomorfik tidak
terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak
kurus.
f.
Gigi Pada permulaan pubertas umumnya
seorang anak telah mempunyai 22 gigi tetap. Keempat gigi terakhir yang disebut
gigi kebijaksanaan, muncul selama remaja
2.
Perkembangan
Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan
kekuataan badan, maka selama masa pertengahan dan akhir anak-anak ini
perkembangan motorik menjadi lebih halus dan terkordinasi dibandingkan dengan
awal amsa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin
pandai meloncat. Anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya.
Penguasaan badan, seperti membongkok, melakukan bermacam-macam latihan senam
serta aktivitas olah raga berkembang pesat.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi anatra
mata dan tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak,
melempar, dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin
kuat dan ia lebih menyukai pencil daripda krayon untuk melukis. Dari usia 8-10
tahun, tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik
halus berkembang, di mana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf
menjadi lebih keci dan rapi. Pada usia 10-12 tahun, anak-anak mulai
memperlihatkan keterampilan-ketermpilan manipulatif menyerupai
kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan
yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan karya
kerajinan yang bermutu bagus atau meminakan instrumen musik tertentu.
Untuk memperhalus
keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai
aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang
kadang-kadang bersifat informal, permainan yang diatur sendiri oleh anak,
seperti permainan petak umpet, diaman anak-anak menggunakan keterampilan
motornya. Disamping itu, anak-amak juga melibatkan diri dalam aktivitas
permainan oalharag yang bersifat formal, seperti olahraga senam, berenang, atau
permaianan voli
Anak-anak masa sekolah ini
mengembangkankemampuan melakukan permainan (game) dengan peraturan, sebab
mereka sudah dapat memahami dan mentaati aturan-aturan suatu permainan. Pada
waktu yang sama, anak-anak mengalami peningkatan dalam koordinasi dan pemilihan
waktu yang tepat dalam melakukan berbagai cabang olahraga, baik secara
individual ataupun kelompok.[2]
C. Perkembangan Kognitif
Seiring dengan
masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami
perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat
anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian
tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam
keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur.
Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan
egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini dan daya pikir anak berkembang
kearah berpikir konkrtit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat
kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam stadium belajar.
1.
Perkembangan
Kognitif Menurut Teori Piaget
Menurut teori ini, pemikiran anak-anak
usia sekolah dasar disebut pemikiran oprasional konkrit. Menurut Piaget,
operasi adalah hubungan-hubungan logis antara konsep-konsep atau skema-skema.
Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada
objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.
Pada masa ini anak sudah mengembangkan
pikiran logis. Ia mulai mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti
5x6= 30, 30:6=5. Dalam upaya mamahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi
mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai
mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh dengan kenyataan yang
sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dan yang bersifat menetap.
Misalnya, mereka akan tahu bahwa air dalam gelas besar pendek dipindahkan ke
dalam gelas yang kecil tinggi, jumlahnya akan tetap sama karena tidak satu
tetes pun yang tumpah. Hal ini adalah karena mereka tidak lagi mengandalkan
persepsi penglihatannya, melainkan sudah mampu menggunakan logikanya. Mereka
dapat mengukur, menimbang, dan menghitung jumlahnya, sehingg perbedaan yang
nyata tidak “membodohkan” mereka.
Menurut Piaget, anak-anak pada masa
konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak
untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak. Hal ini
adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkantiga macam proses yang
disebut dengan operasi-operasi, yaitu: negasi, resiprokasi,dan identitas.
2.
Perkembangan
Pemikiran Kritis
Pemikiran kritis (critical
thinking) telah didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Nickerson
misalnya mendefinisikan pemikiran kritis sebagai “reflection or thought
about complex issues, often for the purpose of chossing actionsrelated to those
issus.” Rumusan Santrock tentang pemikiran kritis adalah: “
criticalthinking involves grasping the deeper meaning of problems, keeping an
open mind about different approaches and perspectives, not accepting on faith
what other people and books tell you, and thinking reflectively rather than
accepting the first idea that comes mind.”
Dari dua rumusan diatas dapat dipahami
bahwa yang dimaksud dengan pemikiran kritis adalah pemahaman atau refleksi
terhadap permasalahan secara mendalam, memepertahankan pikiran agar tetap
terbuk bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai
begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan atau
tulisan), dan berpikir secara reflektif dan evaluatif.
Meskipun istilah “kritis” lebih
merupakan masalah disposisi (watak) daripada kecakapan (ability) dan tidak merujuk
pada pikiran, namun sebagaimana dinyatakan oleh Perkins, Jay dan Tishman bahwa
pemikiran yang baik meliputi disposisi-disposisi untuk:[3]
a.
Berpikir
terbuka, fleksibel dan berani mengambil resiko
b.
Mendorong
keingintahuan intelektual
c.
Menacari
dan memperjelas pemahaman
d.
Merencanakan
dan menyusun strategi
e.
Berhati-hati
secara intelektual
f.
Mencari
dan mengavaluasi pertimbangan-pertimbangan rasional
g.
Menggembangkan
meta kognitif
Meskipun
masing-masing disposisi akan menjadi sedikit berguna tanpa dihubungkan dengan
kecakapan kognitif, namun kecakapan-kecakapan itu mungkin tak berati tanpa
dihubungkan dengan disposisi-disposisi.
Perkembangan Intelegensi (IQ)
a.
Pengertian
intelegensi
Intelegensi merupakan sebuah konsep abstrak
yang sulit didefinisikan secara memuaskan. Menurut para ahli ( phares, 1998)
terdapat tiga klarifikasi pengertian intelegensi yaitu
1.
kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi – situasi
baru, atau menghadapi situasi – situasi yang sangat bearagam.
2.
Kemampuan
untuk beajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan.
3.
Kemampuan
untuk berfikir secara abstrak, menggunakan konsep – konsep abstrak dan
menggunakan secara luas konsep- konsep dan symbol – symbol.
Jadi dapat kita pahami bahwa
intelegensi adalah kemampuan seseorang yang dinilai dari keaktifan berfikir dan
kecerdasan otak.
b.
Pengukuran
Intelegensi
Intelegensi pada setiap anak tidak
sama. Unruk mengukur perbedaan – perbedaan kemampuan individu tersebut para
psikolog telah mengembangkan beberapa tes intelegensi, yaitu tes intelegensi
yang dirancang Binet dan disempurnkan oleh Wiliam Atern (1971-1938).
IQ = MA x 100
CA
Keterangan :
IQ = Inteligence Quotient
MA = Masa Mental
CA = Usia Kronologis
c.
Teori
Intelegensi
Charles Spearman (1863-1945) orang
yang berjasa mengembangkan pendekatan analisis faktor ( factor analysis).
Misalnya, ia percaya adanya suatu faktor intelegensi umum atau faktor “G”
yang mendasari faktor – faktor khusus atau faktor “S” dalam jumlah yang berbeda
– beda. Orang dapat dikatakan secara umum pandai atau secara umum bodoh,
tergantung pada jumlah faktor “G” yang dimilikinya. Intelegensi seseorang
mencerminkan jumlah faktor G ditambah besaran berbagaifaktor S yang
dimiliki. Sesorang yang harus memecahkan aljabar misalnya maka yang dibutuhkan
adalah intelegensi umum orang tesebut dan pemahamanya akanberbagai rumus serta
konsep aljabar iru sendiri. Menurut spearman orang yang cerdas mempunyai banyak
sekali faktor umum, dan faktor umum ini merupakan dasar dari semua prilaku
cerdas manusia, mulai dari keunggulan disekolah sampai pada kemampuan berlayar
dilaut (Myers), 1996). Pandangan spearman lebih menekankan kepada
intelegensi umum.
3.
Perkembangan
Kecerdasan Emosional (EQ)
Pandangan lama mempercayai bahwa
tingkat intelegensi (IQ) atau kecerdasan intelektual merupakan faktor yang
sangan menentukan dalam mencapai prestasi belajar atau dalam meraih kesuksesan
dalam hidup. Akan tetapi, menurut pandangan kontemporer, kesuksesan hidup
seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (intelligence
Quotient-IQ), melainkan juga oleh kecerdasan emosi (Emotional
Intellegence atau Emotional Quotient-EQ).
Dalam khazanah disiplin ilmu
pengetahuan, terutama psikologi, istilah “kecerdasan emosional” (Emotional
Intelligence), merupakan sebuah istilah yang relatif baru. Istilah ini
dipopulerkan oleh Daniel Goleman berdasarkan hasil penelitian tentang neurolog
dan psikolog yang menunjukan bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya
kecerdasan intelektual. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog
tersebut, maka Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua
potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional
digerakkan oleh kemampuan intelektual atau yang populer dengan sebutan “
Intellegence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh
emosi.
Dalam semua bentuk kreatif tersbut,
selalu ada sifat dasar yang sama, yaitu keberadaannya yang baru atau belum
pernh ada sbelumnya. Sifat baru itulah yang mnandai produk, proses atau
kreatif. Sifat baru itu memiliki ciri-ciri:
a.
Produk
yahng sifatnya baru sama sekali yang sebelujmnya belum ada.
b.
Produk
yang memiliki sifat baru sebagai hasil yang kombiasi beberapa prosuk yang belum
ada sebelujmnya.
c.
Suatu
produk yang bersifat baru sebagai hasil pembaruan (inovasi) dan pengembangan
(evolusi) dari hal yang sudah ada (Nashori & Mucharam, 2002).
D. Perkembangan Psikososial
Masa akhir
anak-anak merupakan suatu masa perkembangan di mana anak-anak mengalami
sejumlah perubahan-perubahan yang cepat dan menyiapkan diri untuk memasuki masa
remaja serta bergerak memasuki masa dewasa. Pada masa ini mereka mulai sekolah
dan kebanyakan anak-anak sudah mempelajari mengenai sesuatu yang berhubungan
dengan manusia, serta mulai mempelajari berbagai keterampilan praktis. Dunia
psikososial anak menjadi semakin kompleks dan berbeda dengan masa awal anak.
Relasi dengan keluarga dan teman sebaya terus memainkan peranan penting.
Sekolah dan relasi dengan para guru menjadi aspek kehidupan anak yang semakin
terstruktur. Pemahaman anak terhadap “diri” (self) berkembang, dan
perubahan-perubahan dalam gender dan perkembangan moral menandai perkembangan
anak selama amsa akhir anak – anak ini.[4]
1. Perkembangan pemahaman diri
Sepanjang masa pertengahan dan akhir
anak- anak, anak secara aktif dan terus menerus mengembangkan dan
memperbarui pemahaman tentang diri ( sense of self), yaitu suatu struktur yang
membantu anak mengorganisasi dan memahami teentang siapa dirinya, yang
didasarkan atas pandangan orang lain, pengalaman – pengalaman sendiri, dan atas
dasar penggolongan budaya, seperti gender, ras dan sebagainya.
Menurut seifert dan hoffnung (1994),
pemahaman diri sering juga disebut konsep diri yaitu suatu pemahaman mengenai
diri atau ide tentang diri sendiri. Atwater mengidentifikasikan konsep diri
atas tiga bentuk, pertama body image, keesadaran tentang tubuhnya yaitu
bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. kedua, ideal self yaitu bagaimana
cita – cita dan harapan – harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga,
social self yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Pada usia sekolah dasar, pemahaman
diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Menuru
santrock (1995) perubahan – perubahan ini dapatdilihat sekurang – kurangnya
dari tiga karakteristik pemahaman diri yaitu :[5]
1.
Karakteristik
internal
Anak usia dasar lebih memahami dirinya
melalui karakteristik internal dari pada karakteristik eksternal. Anak –
anak pada masa pertengahan dan akhir lebih cenderung mendefinisikan dirinya
melalui keadaan – keadaan dalam dan subjektif dari pada keadaan – keadaan luar.
F. abound dan S. Skerry (1983), menemukan bahwa anak- anak kelas 2
cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (sperti prefensi atau sifat –
sifat kepribadian dalam pendevinisian diri mereka dan kurang cenderung
menyebutkan karakteristik fisik ( seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya
anak usia 8 tahun mendeskripsikan dirinya sebagai “ aku seorang yang pintar dan
terkenal.” Anak usia 10 tahun berkata tentang dirinya “ aku cukup lumayan
tidak khawatir terus menerus, aku biasanya suka marah, tapi sekarang aku sudah
lebih baik.
2.
Karakteristik
aspek – aspek social
Selama tahun – tahun sekolah dasar,
aspek – aspek social dari dalam dirinya juga meningkat. Dalam suatu
investigasi, anak - anak sekolah dasar sering kali menjadikan kelompok –
kelompok social sebagai deskripsi diri mereka. Missalnya mengaku sebagai
seorang katolik dll.
3.
Karakteristik
perbandingan social
Pada tahap perkembangan ini anak –
anak cenderung membedakan diri mereka dengan orang lain secara komperatif dari
pada secara absolute. Misalnya, anak – anak sekolah usia dasar tidak lagi
berfikir tentang apa “yang aku lakukan” atau yang “tidak aku lakukan”,
tetapi cenderung berfikir tentang “apa yang dapat aku lakukan” dibandingkan
dengan “apa yang dapat dilakukan oleh orang lain”.erkembangan hubungan dengan
keluarga
2. Perkembangan hubungan dengan keluarga
Pada periode ini orang tua dan anak –
anak telah memiliki sekumpulan masa lalubersama dan pengalaman ini membuat
hubungan keluarga menjadi bertambah unik dan penuh arti . suatu studi
mendokumentasikan mengenai gagasan ini dengan menganalisi surat – surat yang
ditulis oleh anak – anak usia sekolah pada salah satu surat kabar local dengan
tema “apa yang membuat ibu jadi terhormat”. Banyak dari anak – anak ini
berkata bahwa mereka selamanya menghargai kehadiran ibu dalam
kehidupan mereka, dia selalu hadir untuk mendengarkan, komentar – komentar ini
menyiratkan bahwa pada masa akhir anak – anak, secara tripikal
ikatan antara orang tua dan anak – anak adalah sangat kuat.
3. Perkembangan hubungan dengan teman
sebaya
Barker dan Wright ( dalam
santrock, 1995) mencatat bahwa nak – anak usia 2 tahun menghabiskan 10 %
dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan tema sebaya. Pada usia 4 tahun,
waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya menngkat
menjadi 20%, sedangkan anak usua 7 tahun hingga 11 meluangkan lebih dari
40 % waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Interaksi teman sebaya dari kebanyakan
anak pada periode akhir ini terjadi dalam group atau kelompok, sehingga periode
ini sering disebut usia kelompok. Diantara pembentukan kelompok yaitu :
4. Popularitas peneriamaan dan
penolakan
Pada masa pertengan dan akhir anak –
anak, anak mulai mengembangkan suatu penilaian orang lain dengan berbagai
cara. Misalnya, anak kelas tiga mereka menilai bahwa anak laki – laki yang
tegap ( berotot) lebih disenang dari pada anak laki- laki yang gemuk atau
kurus. Kemudian, pemilihan temen dari anak – anak ini terus meningkat
dengan lebih mendsarkan kualitas pribadi, seperti kejujuran, kebaikan hati,
humor dan kreativitas.
5. Sekolah
Disamping keluarga dan teman sebaya,
sekolah mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkemangan selama masa
pertengahan dan akhir anak – anak. Interaksi dengan guru da teman sebaya
disekolah , memberikan suatu peluang yang besar bagi anak – anak untuk
mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan social, memperoleh
pengetahuan tentang dunia, serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa
pertengahan dan akhir anak – anak.
6. Pengaruh guru
Selain dengan orang tua mereka,
kebanyakan anak –anak sekolah dasar mengahbiskan lebih banyak waktunya bersama
dengan guru – guru dibandingkan dengan orang dewasa lainya. Menurut Erik
erikson (1963) menyatakan guru yang baik adalah guru yang dapat
menciptakan atau memahami bagaimana melakukan selingan antara belajar dan
bermain, menghargai kemampuan – kemampuan khusus murid, dan mengetahui
bagaimana menciptakan suatu setting dimana anak – anak merasa positif terhadap
diri mereka sendiri.
BAB III
Penutup
Masa
pertengahan dan akhir anak –anak merupakan kelanjutann dalam masa awal anak –
anak. Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu
menjadi matang secara seksual. Pertengahan dan masa akhir anak – anak ini
ditandai dengan anak mulai masuk kesolah dasar. Bagi sebagaian anak hal ini
merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya.
Perkembangan masa pertengahan
dan akhir anak – anak yaitu : adanya
perkembangan fisik, perkembangan
Kognitif, perkembangan intelegensi, perkembangan kecerdasan Emosional,
perkembangan Kecerdasan Spiritual, perkembangan Kreatifitas, perkembangan
Psikologi, dan pembentukan kelompok pada pertengahan dan masa akhir anak
–anak.
B. Saran
Dengan
selesainya makalah ini semoga kami para pemakalah khususnya dan para pembaca
umumnya dapat lebih memahami tentang Perkembangan masa Pertengahan dan Akhir anak
- anak. Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi kita semua. aamiin
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Tugas-Tugas
Perkembangan”. Pdf.
Desmita.2013.Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
John W. Santrock, “Perkembangan
Masa-Hidup”, Erlangga, Jakarta, 2012,
Syah Muhibbin. 2000. “Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://sitiaisahukhty.blogspot.com/2017/12/perkembangan-masa-pertengahan-dan-akhir.html
[1] Desmita.2013.Psikologi Perkembangan. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya hlm, 78
[2]http://sitiaisahukhty.blogspot.com/2017/12/perkembangan-masa-pertengahan-dan-akhir.html
[3] Anonim. “Tugas-Tugas
Perkembangan”. Pdf. Hlm. 1
[4] John W. Santrock, “Perkembangan
Masa-Hidup”, Erlangga, Jakarta, 2012, hlm. 318
[5] Syah Muhibbin. 2000. “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru”. Bandung: PT Remaja RosdakaryaHlm. 71-73
No comments:
Post a Comment