Iklan Sponsor

Wednesday 13 May 2020

Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak













Mata Kuliah
 “Psikologi Perkembagan ”
Tentang :
Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak

Dosen Pengampu :
Dr. Heru Setiawan,M.Pd.I






Description: Image result for logo stai an nadwah
 









Disusun oleh :
Nurul Hidayati
Dewi Susanti





SEMESTER II





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020


KATA PENGANTAR


Alhamdulillahi robbil ‘alamin, wa sholatu was salamu ‘ala asyrofil anbiya’i wal mursalin wa ‘ala alihi wa ashhabihi ajma’in amma ba’du.
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah menerangi dan memnuhi hati kita dengan keimanan. Yang mana keimanan adalah nikmat yang terbesar bagi kita. Sholawat dan salam kita sanjung sajikan untuk baginda kita nabi besar Muhammad SAW, seorang rasul yang telah menggandeng tangan kita menuju jalan kebenaran dan penuh dengan kasih sayang Allah.
Tugas ini merupakan persembahan hasil diskusi pemikiran dan pencarian informasi dari berbagai sumber, pillihan judul dan bahannya disesuaikan dengan silabus dan atas perintah dosen mata kuliah yang bersangkutan
Dalam penyelesaian tugas ini, kami menyadari banyak dapat kekurangan, kepada semua pihak kami harapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kepada teman dan sahabat yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini kami ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Kuala Tungkal             April 2020
Penyusun



DAFTAR ISI










BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang


Perkembangan masa akhir kanak-kanak merupakan kelanjutan dalam masa awal anak-anak. Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan masa akhir kanak-kanak ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
Dalam studi ilmu jiwa perkembangan dapat di lacak dan dipahami perkembangan dari satu fase kehidupan ke fase kehidupan yang lain. Dalam memahami ini dalam dunia pendidikan misalnya, maka dapat disusun kurikulum, materi, metode, sarana, dan alat-alat yang sesuai dengan situasi dan kondisi diri anak didik menurut jengjang pendidikan yang ada. Demikian juga bagi orang tua, akan diketahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta model-model pelayanannya. Sehingga setiap individu diharapkan bisa menjalani tugas perkembangan dengan baik sekaligus beradaptasi dengan lingkungannya dengan baik pula.
Akhir masa kanak-kanak secara tepat dapat diketahui, tetapi orang tidak dapat mengetahui secara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan seksual. Yaitu criteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak dengan masa remaja-timbuknya tidak selalu pada usia yang sama. Ini disebabkan perbedaaan dalam kematangan seksual anak laki-laki dan anak perempuan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa saja ciri masa kanak-kanak akhir ?
2.      Bagaimana perkembangan fisik, kognitif, sosial, bahasa, dan moral pada masa kanak-kanak akhir ?




BAB II

PEMBAHASAN

A.    Ciri-ciri Perkembangan Masa Pertengahan Anak-Anak

Masa akhir anak- anak sering disebut sebagai masa tamyiz masa sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah dasar.
Masa akhir kanak-kanak menurut psikologi islam adalah tahap tamyiz, fase ini anak mulai mampu membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah, pada usia ini Nabi Muhammad memberikan contoh bahwa anak sudah diperintahkan untuk melakukan sholat sebagaimana Hadits Nabi : Artinya : …….Perintahlah anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkan apabila berusia sepuluh tahun dan pisahkan ranjangnya.(HR. Abu Dawud dan al-Haki dari Abd Allah ibn Amar) Hadits tersebut mengisyaratkan ketika anak berusia tujuh tahun memerintahkan orang tua untuk memukul anaknya yang meninggalkan shalat, makna memukul tidak berarti bersifat biologis tetapi bersifat psikologis dengan mengingatkan yang dapat menggugah kesadarannya untuk melakukan shalat.Pada masa ini anak-anak sudah bisa menembangkan fikirannya, bisa memdedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Para ahli seringkali tidak menyebut secara eksplisit tentang tahap anak akhir ini, mereka lebih suka menyebutnya sebagai masa anak-anak saja. Untuk itu, menurut hemat penulis sebaiknya perlu pembedaan yang jelas. Mengingat dari perkembangan psokososial, anak-anak pada usia 10-12 tahun, mulai menunjukkan perilaku yang mengarah ke pacaran, walaupun tidak/belum serius. Mereka memiliki rasa ketertarikan secara seksual terhadap lawan jenis. Hal ini mendorongnya untuk mengadakan hubungan pergaulan lintas jenis kelamin. Di sisi lain. Menurut Piaget, anak-anak terus mengembangkan kapasitas intelektual (masa operasi konkrit) di bangku pendidikan formal yakni sekolah dasar. Tak kalah pentingnya ialah meningkatkan aktivitas yang banyak menyita energy fisik,


akibat pertumbuhannya yang kian mendekati masa proses kematangan yakni masa remaja.Pada masa ini anak-anak sudah bisa mengembangkan kapasitas intelektual di bangku pendidikan formal.

B.     Perkembangan Fisik

Masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa ini sering juga disebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan “masa tenang”, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik berarti. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, di antaranya keadaan berat dan tinggi badan, keterampilan motorik.[1]
1.      Keadaan Berat dan Tinggi Badan
a.       Tinggi Rata-rata anak perempuan 11 tahun mempunyai tinggi badan 58 inci dan laki-laki 57,5 inci.
b.      Berat Kenaikan berat lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi badan yang berkisar tiga sampai lima pon per tahun. Rata-rata anak perempuan 11 tahun mempunyai berat badan 88,5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon.
c.       Perbandingan Tubuh Beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang, dan tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
d.      Kesederhanaan Perbandingan tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok pada masa akhir kanak-kanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada saat ini. Kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-temannya tanpa memedulikan pantas tidaknya juga menambah kesederhanaan.
e.       Perbandingan Otak-Lemak Selama masa akhir kanak-kanak, jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai melejit pada awal pubertas. Anak yang berbentuk endoformik jaringan lemaknya jauh lebih banyak daripada jaringan otot, sedangkan pada tubuh ektomorfik tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak kurus.
f.       Gigi Pada permulaan pubertas umumnya seorang anak telah mempunyai 22 gigi tetap. Keempat gigi terakhir yang disebut gigi kebijaksanaan, muncul selama remaja
2.      Perkembangan Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuataan badan, maka selama masa pertengahan dan akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan terkordinasi dibandingkan dengan awal amsa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok, melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga berkembang pesat.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi anatra mata dan tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar, dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan ia lebih menyukai pencil daripda krayon untuk melukis. Dari usia 8-10 tahun, tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik halus berkembang, di mana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi lebih keci dan rapi. Pada usia 10-12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-ketermpilan manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau meminakan instrumen musik tertentu.
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal, permainan yang diatur sendiri oleh anak, seperti permainan petak umpet, diaman anak-anak menggunakan keterampilan motornya. Disamping itu, anak-amak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan oalharag yang bersifat formal, seperti olahraga senam, berenang, atau permaianan voli
Anak-anak masa sekolah ini mengembangkankemampuan melakukan permainan (game) dengan peraturan, sebab mereka sudah dapat memahami dan mentaati aturan-aturan suatu permainan. Pada waktu yang sama, anak-anak mengalami peningkatan dalam koordinasi dan pemilihan waktu yang tepat dalam melakukan berbagai cabang olahraga, baik secara individual ataupun kelompok.[2]

C.    Perkembangan Kognitif

Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini dan daya pikir anak berkembang kearah berpikir konkrtit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam stadium belajar.
1.      Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget
Menurut teori ini, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran oprasional konkrit. Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.
Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Ia mulai mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti 5x6= 30, 30:6=5. Dalam upaya mamahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dan yang bersifat menetap. Misalnya, mereka akan tahu bahwa air dalam gelas besar pendek dipindahkan ke dalam gelas yang kecil tinggi, jumlahnya akan tetap sama karena tidak satu tetes pun yang tumpah. Hal ini adalah karena mereka tidak lagi mengandalkan persepsi penglihatannya, melainkan sudah mampu menggunakan logikanya. Mereka dapat mengukur, menimbang, dan menghitung jumlahnya, sehingg perbedaan yang nyata tidak “membodohkan” mereka.
Menurut Piaget, anak-anak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak. Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkantiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu: negasi, resiprokasi,dan identitas.
2.      Perkembangan Pemikiran Kritis
Pemikiran kritis (critical thinking) telah didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Nickerson misalnya mendefinisikan pemikiran kritis sebagai “reflection or thought about complex issues, often for the purpose of chossing actionsrelated to those issus.” Rumusan Santrock tentang pemikiran kritis adalah: “ criticalthinking involves grasping the deeper meaning of problems, keeping an open mind about different approaches and perspectives, not accepting on faith what other people and books tell you, and thinking reflectively rather than accepting the first idea that comes mind.”
Dari dua rumusan diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pemikiran kritis adalah pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, memepertahankan pikiran agar tetap terbuk bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan atau tulisan), dan berpikir secara reflektif dan evaluatif.
Meskipun istilah “kritis” lebih merupakan masalah disposisi (watak) daripada kecakapan (ability) dan tidak merujuk pada pikiran, namun sebagaimana dinyatakan oleh Perkins, Jay dan Tishman bahwa pemikiran yang baik meliputi disposisi-disposisi untuk:[3]
a.      Berpikir terbuka, fleksibel dan berani mengambil resiko
b.      Mendorong keingintahuan intelektual
c.      Menacari dan memperjelas pemahaman
d.     Merencanakan dan menyusun strategi
e.      Berhati-hati secara intelektual
f.       Mencari dan mengavaluasi pertimbangan-pertimbangan rasional
g.      Menggembangkan meta kognitif
Meskipun masing-masing disposisi akan menjadi sedikit berguna tanpa dihubungkan dengan kecakapan kognitif, namun kecakapan-kecakapan itu mungkin tak berati tanpa dihubungkan dengan disposisi-disposisi.
Perkembangan Intelegensi (IQ)
a.       Pengertian intelegensi
Intelegensi merupakan sebuah konsep abstrak yang sulit didefinisikan secara memuaskan. Menurut para ahli ( phares, 1998) terdapat tiga klarifikasi pengertian intelegensi yaitu
                 1.      kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi – situasi baru,  atau menghadapi situasi – situasi yang sangat bearagam.
                 2.      Kemampuan untuk beajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan.
                 3.      Kemampuan untuk berfikir secara abstrak, menggunakan konsep – konsep abstrak dan menggunakan secara luas konsep- konsep dan symbol – symbol.
Jadi dapat kita pahami bahwa intelegensi adalah kemampuan seseorang yang dinilai dari keaktifan berfikir dan kecerdasan otak.
b.      Pengukuran Intelegensi
Intelegensi pada setiap anak tidak sama. Unruk mengukur perbedaan – perbedaan kemampuan individu tersebut para psikolog telah mengembangkan beberapa tes intelegensi, yaitu tes intelegensi yang dirancang Binet dan disempurnkan oleh Wiliam Atern (1971-1938).
IQ = MA x 100
  CA
Keterangan :
IQ = Inteligence Quotient
MA =  Masa Mental
CA = Usia Kronologis
c.       Teori Intelegensi
Charles Spearman (1863-1945) orang yang berjasa mengembangkan pendekatan analisis faktor ( factor analysis). Misalnya, ia percaya adanya suatu faktor intelegensi umum atau  faktor “G” yang mendasari faktor – faktor khusus atau faktor “S” dalam jumlah yang berbeda – beda. Orang dapat dikatakan secara umum pandai atau secara umum bodoh, tergantung pada jumlah faktor “G” yang dimilikinya. Intelegensi seseorang mencerminkan  jumlah faktor G ditambah besaran berbagaifaktor S yang dimiliki. Sesorang yang harus memecahkan aljabar misalnya maka yang dibutuhkan adalah intelegensi umum orang tesebut dan pemahamanya akanberbagai rumus serta konsep aljabar iru sendiri. Menurut spearman orang yang cerdas mempunyai banyak sekali faktor umum, dan faktor umum ini merupakan dasar dari semua prilaku cerdas manusia, mulai dari keunggulan disekolah sampai pada kemampuan berlayar dilaut (Myers), 1996). Pandangan spearman  lebih menekankan kepada intelegensi umum.
3.      Perkembangan Kecerdasan Emosional (EQ)
Pandangan lama mempercayai bahwa tingkat intelegensi (IQ) atau kecerdasan intelektual merupakan faktor yang sangan menentukan dalam mencapai prestasi belajar atau dalam meraih kesuksesan dalam hidup. Akan tetapi, menurut pandangan kontemporer, kesuksesan hidup seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (intelligence Quotient-IQ), melainkan juga oleh kecerdasan emosi (Emotional Intellegence atau Emotional Quotient-EQ).
Dalam khazanah disiplin ilmu pengetahuan, terutama psikologi, istilah “kecerdasan emosional” (Emotional Intelligence), merupakan sebuah istilah yang relatif baru. Istilah ini dipopulerkan oleh Daniel Goleman berdasarkan hasil penelitian tentang neurolog dan psikolog yang menunjukan bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya kecerdasan intelektual. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog tersebut, maka Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau yang populer dengan sebutan “ Intellegence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi.
Dalam semua bentuk kreatif tersbut, selalu ada sifat dasar yang sama, yaitu keberadaannya yang baru atau belum pernh ada sbelumnya. Sifat baru itulah yang mnandai produk, proses atau kreatif. Sifat baru itu memiliki ciri-ciri:
a.       Produk yahng sifatnya baru sama sekali yang sebelujmnya belum ada.
b.      Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil yang kombiasi beberapa prosuk yang belum ada sebelujmnya.
c.       Suatu  produk yang bersifat baru sebagai hasil pembaruan (inovasi) dan pengembangan (evolusi) dari hal yang sudah ada (Nashori & Mucharam, 2002).

D.    Perkembangan Psikososial

Masa akhir anak-anak merupakan suatu masa perkembangan di mana anak-anak mengalami sejumlah perubahan-perubahan yang cepat dan menyiapkan diri untuk memasuki masa remaja serta bergerak memasuki masa dewasa. Pada masa ini mereka mulai sekolah dan kebanyakan anak-anak sudah mempelajari mengenai sesuatu yang berhubungan dengan manusia, serta mulai mempelajari berbagai keterampilan praktis. Dunia psikososial anak menjadi semakin kompleks dan berbeda dengan masa awal anak. Relasi dengan keluarga dan teman sebaya terus memainkan peranan penting. Sekolah dan relasi dengan para guru menjadi aspek kehidupan anak yang semakin terstruktur. Pemahaman anak terhadap “diri” (self) berkembang, dan perubahan-perubahan dalam gender dan perkembangan moral menandai perkembangan anak selama amsa akhir anak – anak ini.[4]
1.      Perkembangan pemahaman diri
Sepanjang masa pertengahan dan akhir anak- anak,  anak secara aktif dan terus menerus mengembangkan dan memperbarui pemahaman tentang diri ( sense of self), yaitu suatu struktur yang membantu anak mengorganisasi dan memahami teentang siapa dirinya, yang didasarkan atas pandangan orang lain, pengalaman – pengalaman sendiri, dan atas dasar penggolongan budaya, seperti gender, ras dan sebagainya.
Menurut seifert dan hoffnung (1994), pemahaman diri sering juga disebut konsep diri yaitu suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Atwater mengidentifikasikan konsep diri atas tiga bentuk, pertama body image, keesadaran tentang tubuhnya yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. kedua, ideal self yaitu bagaimana cita – cita dan harapan – harapan  seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Pada usia sekolah dasar, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan  yang sangat pesat. Menuru santrock (1995) perubahan – perubahan ini dapatdilihat sekurang – kurangnya dari tiga karakteristik pemahaman diri  yaitu :[5]
1.      Karakteristik internal
Anak usia dasar lebih memahami dirinya melalui karakteristik  internal dari pada karakteristik eksternal. Anak – anak pada masa pertengahan dan akhir lebih cenderung mendefinisikan dirinya melalui keadaan – keadaan dalam dan subjektif dari pada keadaan – keadaan luar. F. abound  dan S. Skerry (1983), menemukan bahwa anak- anak kelas 2 cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (sperti prefensi atau sifat – sifat kepribadian dalam pendevinisian diri mereka dan kurang cenderung menyebutkan karakteristik fisik ( seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya anak usia 8 tahun mendeskripsikan dirinya sebagai “ aku seorang yang pintar dan terkenal.” Anak  usia 10 tahun berkata tentang dirinya “ aku cukup lumayan tidak khawatir terus menerus, aku biasanya suka marah, tapi sekarang aku sudah lebih baik.
2.      Karakteristik aspek – aspek social
Selama tahun – tahun sekolah dasar, aspek – aspek social dari dalam dirinya juga meningkat. Dalam suatu investigasi, anak  - anak sekolah dasar sering kali menjadikan kelompok – kelompok social sebagai deskripsi diri mereka. Missalnya mengaku sebagai seorang katolik dll.
3.      Karakteristik perbandingan social
Pada tahap perkembangan ini anak – anak cenderung membedakan diri mereka dengan orang lain secara komperatif dari pada secara absolute. Misalnya, anak – anak sekolah usia dasar tidak lagi berfikir tentang apa “yang aku lakukan”  atau yang “tidak aku lakukan”, tetapi cenderung berfikir tentang “apa yang dapat aku lakukan” dibandingkan dengan “apa yang dapat dilakukan oleh orang lain”.erkembangan hubungan dengan keluarga
2.      Perkembangan hubungan dengan keluarga
Pada periode ini orang tua dan anak – anak telah memiliki sekumpulan masa lalubersama dan pengalaman ini membuat hubungan keluarga menjadi bertambah unik dan penuh arti . suatu studi mendokumentasikan mengenai gagasan ini dengan menganalisi surat – surat yang ditulis oleh anak – anak usia sekolah pada salah satu surat kabar  local dengan tema “apa yang membuat ibu jadi terhormat”. Banyak dari anak – anak ini berkata   bahwa mereka selamanya menghargai kehadiran ibu dalam kehidupan mereka, dia selalu hadir untuk mendengarkan, komentar – komentar ini menyiratkan bahwa  pada masa akhir anak – anak,  secara tripikal ikatan antara orang tua dan anak – anak  adalah sangat kuat.
3.      Perkembangan hubungan dengan teman sebaya
Barker dan Wright  ( dalam santrock, 1995) mencatat bahwa nak – anak usia 2 tahun menghabiskan 10 %  dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan tema sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman  sebaya menngkat menjadi 20%, sedangkan anak usua 7 tahun  hingga 11 meluangkan lebih dari 40 % waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak pada periode akhir ini terjadi dalam group atau kelompok, sehingga periode ini sering disebut  usia kelompok. Diantara pembentukan kelompok yaitu :
4.      Popularitas peneriamaan  dan penolakan
Pada masa pertengan dan akhir anak – anak,  anak mulai mengembangkan suatu penilaian orang lain dengan berbagai cara. Misalnya, anak kelas tiga mereka menilai bahwa anak laki – laki yang tegap ( berotot) lebih disenang dari pada anak laki- laki yang gemuk atau kurus.  Kemudian, pemilihan temen dari anak – anak ini terus meningkat dengan lebih mendsarkan kualitas pribadi, seperti kejujuran, kebaikan hati, humor dan kreativitas.
5.      Sekolah
Disamping keluarga dan teman sebaya, sekolah mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkemangan selama masa pertengahan dan akhir anak – anak. Interaksi dengan guru da teman sebaya disekolah , memberikan suatu peluang yang besar bagi anak – anak  untuk mengembangkan kemampuan kognitif  dan keterampilan social, memperoleh pengetahuan tentang dunia, serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan akhir anak – anak.
6.      Pengaruh guru
Selain dengan orang tua mereka, kebanyakan anak –anak sekolah dasar mengahbiskan lebih banyak waktunya bersama dengan guru – guru dibandingkan dengan orang dewasa lainya. Menurut Erik erikson (1963) menyatakan guru yang baik adalah guru yang dapat menciptakan  atau memahami bagaimana melakukan selingan antara belajar dan bermain, menghargai kemampuan – kemampuan khusus murid, dan mengetahui bagaimana menciptakan suatu setting dimana anak – anak merasa positif terhadap diri mereka sendiri.





BAB III

Penutup

Masa pertengahan dan akhir anak –anak merupakan kelanjutann dalam masa awal anak – anak. Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pertengahan dan masa akhir anak – anak ini ditandai dengan anak mulai masuk kesolah dasar. Bagi sebagaian anak hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya.
Perkembangan  masa pertengahan dan akhir anak – anak yaitu : adanya
perkembangan fisik, perkembangan Kognitif, perkembangan intelegensi, perkembangan kecerdasan Emosional, perkembangan Kecerdasan Spiritual, perkembangan Kreatifitas, perkembangan Psikologi,  dan pembentukan kelompok pada pertengahan dan masa akhir anak –anak.

B.     Saran

Dengan selesainya makalah ini semoga kami para pemakalah khususnya dan para pembaca umumnya dapat lebih memahami tentang Perkembangan masa Pertengahan dan Akhir anak - anak. Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi kita semua. aamiin





DAFTAR PUSTAKA


Anonim.   “Tugas-Tugas Perkembangan”. Pdf.
Desmita.2013.Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
John W. Santrock, “Perkembangan Masa-Hidup”, Erlangga, Jakarta,  2012, 
Syah Muhibbin. 2000. “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

http://sitiaisahukhty.blogspot.com/2017/12/perkembangan-masa-pertengahan-dan-akhir.html





[1] Desmita.2013.Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya hlm, 78
[2]http://sitiaisahukhty.blogspot.com/2017/12/perkembangan-masa-pertengahan-dan-akhir.html
[3] Anonim.   “Tugas-Tugas Perkembangan”. Pdf. Hlm. 1
[4] John W. Santrock, “Perkembangan Masa-Hidup”, Erlangga, Jakarta,  2012,  hlm. 318
[5] Syah Muhibbin. 2000. “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”. Bandung: PT Remaja RosdakaryaHlm. 71-73

No comments:

Post a Comment