jasaprintonlineefendyblooger.blogspot.comAL-QUR’AN
HADIST
Tentang
‘’Mesnyukuri
Nikmat Allah SWT”
Dosen
pengampu: Drs. H. Syamsuddin Abd, M.Ud
Disusun oleh : kelompok 5
Anik Astika
Lisa Yunita
Muliyati
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA
TUNGKAL
Tahun 2020
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
membuat makalah berjudul perkembangan sfiqh siyasah.. Makalah ini dibuat untuk
melatih sejauh mana diri kami mampu menyampaikan Nikmat dan Cara Mensyukuri
nikmat sebagai salah satu mata kuliah terpenting di semester ini.
Terbatasnya pengetahuan dan sempitnya waktu yang diberikan
kepada penulis, mungkin telah menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga isi makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan juga pembaca. Terimakasih.
Kuala
Tungkal, Mei 2020
penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nikmat yang dianugerahkan
Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang terus menerus, dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia
sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah
belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada
Allah dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak
dari permintannya.
Nikmat yang sangat besar
bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah
tidak pada tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk
sifat yang angkuh terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada
padanya adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri manusia itu sendiri.
Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari dalam jiwanya.Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan
keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh
besar yang telah Allah berikan kepada kita.
Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat
yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa
apa yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan
apa yang sudah ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah
ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Ayat
tentang nikmat Allah?
2.Hadist
tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya?
3.Bagaimana
cara mensyukuri nikmat Allah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada
kita. Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih
kepada nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya
akan terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa
untuk dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih apapun di masa kini.
Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia
dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita
menemukan keadaan yang memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran
dan kekufuran kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat
dengan makhluk, yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah.
Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt,
dan penggakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat
yang diberikan sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam, disetiap detik
yang dilalui maninusia tidak pernah lepas dari nikmat allah, nikmatnya sanggat
besar. Sehingga mausia tidak akan dapat menghitungnya.
B. Ayat al-Qur’an Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
1. Surat az-zukhruf ayat 9-13
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
ûÈõs9ur OßgtFø9r'y ô`¨B t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur £`ä9qà)us9 £`ßgs)n=yz âÍyèø9$# ÞOÎ=yèø9$# ÇÒÈ Ï%©!$# @yèy_ ãNà6s9 uÚöF{$# #YôgtB @yèy_ur öNä3s9 $pkÏù Wxç7ß öNä3¯=yè©9 crßtGôgs? ÇÊÉÈ Ï%©!$#ur tA¨tR ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. cqã_tøéB ÇÊÊÈ Ï%©!$#ur t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=ä. @yèy_ur /ä3s9 z`ÏiB Å7ù=àÿø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur $tB tbqç6x.ös? ÇÊËÈ (#¼âqtGó¡tFÏ9 4n?tã ¾ÍnÍqßgàß ¢OèO (#rãä.õs? spyJ÷èÏR öNä3În/u #sÎ) ÷Läê÷uqtGó$# Ïmøn=tã (#qä9qà)s?ur z`»ysö6ß Ï%©!$# t¤y $oYs9 #x»yd $tBur $¨Zà2 ¼çms9 tûüÏRÌø)ãB ÇÊÌÈ
Terjemah Ayat:
(09) Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka:
"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan
menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui".
(10) Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat
menetap dan dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu
mendapat petunjuk.
(11) Dan yang menurunkan air dari langit menurut
kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,
seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
(12) Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan
dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(13) Supaya kamu duduk di atas punggungnya Kemudian kamu
ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu Telah duduk di atasnya; dan supaya kamu
mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami
padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,
a.
Makna Mufrodat
Kalian akan dikeluarkan/dibangkitkan (dari kubur)
|
تُخْرَجُوْنَ
|
Dan sungguh apabila
|
وَ لَءِىنْ
|
Dan Dia yang
|
وَالَّذِيْ
|
Kamu tanyakan kepada mereka
|
سَاَلْتَهُمْ
|
Telah menciptakan
|
خَلَقَ
|
(tentang) siapa
|
مَّنْ
|
Pasangan-pasangan
|
الْاَزْوَاجَ
|
(yang) telah menciptakan
|
خَلَقَ
|
(atas) semua makhluk
|
كُلَّهَا
|
Semesta langit
|
السَّمَوَتِ
|
Dan Dia telah menciptakan
|
وَجَعَلَ
|
Dan bumi
|
وَالْاَرْضَ
|
Untuk kalian
|
لَكُمْ
|
Niscaya mereka menjawab
|
لَيَقُوْلُنَّ
|
(Berupa)
|
مِّنْ
|
(yang) telah menciptakan langit dan bumi
|
خَلَقَهُنَّ
|
Kapal-kapal
|
اْلفُلْكِ
|
(Allah) yang maha perkasa
|
الْعَزِيْزُ
|
Dan hewan-hewan ternak
|
وَالْاَنْعَامِ
|
Maha mengetahui
|
الْعَلِيْمُ
|
(sebagai) sarana
|
مَا
|
Dia yang
|
الَّذِيْ
|
(yang) kalian dapat tnggangi
|
تَرْكَبُوْنَ
|
Telah menciptakan
|
جَعَلَ
|
Supaya kalian dapat duduk/berada
|
لِتَسْتَوُا
|
Untuk kalian
|
لَكُمْ
|
Diatas
|
عَلَ
|
Bumi
|
الْاَرْضَ
|
Punggung-punggungnya
|
ظُهُوْرِهِ
|
(sebagai) tempat menetap/tidur
|
مَهْدًا
|
Kemudian
|
ثُمَّ
|
Dan Dia telah menciptakan
|
وَّجَعَلَ
|
Kalian mengingat
|
تَذْكُرُوْا
|
Untuk kalian
|
لَكُمْ
|
Nikmat
|
نِعْمَةَ
|
Didalam bumi
|
فِيْحاَ
|
Tuhan pencipta kalian
|
رَبِّكُمْ
|
Jalan-jalan
|
سُبُلاَ
|
Ketika
|
اِذَا
|
Supaya kalian
|
لَّعَلَّكُمْ
|
Kalian telah duduk berada
|
اَسْتَوَيْتُمْ
|
Mendapat petunjuk/tidak tersesat
|
تَهْتَدُوْنَ
|
Diatasnya
|
عَلَيْهِ
|
Dan Dia yang
|
وَالَّذِيْ
|
Dan supaya kalian mengucapkan
|
وَتَقُوْلُوْا
|
Telah menurunkan
|
نَزَّلَ
|
Maha suci
|
سُبْحَنَ
|
Dari
|
مِنْ
|
Dia yang
|
الَّذِيْ
|
Langit
|
السَّمَا~ءِ
|
Telah menundukan
|
سَخَرَ
|
Air (hujan)
|
مَا~ءِ
|
Untuk kami
|
لَنَا
|
(sesuai) dengan ukuran
|
بِقَدَرٍ
|
(Semua) ini
|
هَذَا
|
Lalu kami hidupkan/suburkan
|
فَاَنْشَرْنَا
|
Dan tidaklah
|
وَمَا
|
Dengan air itu
|
بِهِ
|
Kami dahulu
|
كُنَّا
|
Sebuah negeri
|
بَلْدَةً
|
Terhadap semua ini
|
لَهُ
|
(Yang) mati/tandus
|
مَّيْتًا
|
(adalah) orang-orang yang mampu menguasai
|
مُقْرِنِيْنَ
|
Seperti itulah
|
كَذَلِكَ
|
b.
Penjelasan Ayat
Ayat ke 9, menurut Abu Ja’far Muhammad maksud ayat ini adalah jika kamu
tanyakan hai Muhammad kepada orang-orang Musyrik dari kaummu itu, “Siapa yang
menciptakan langit dan bumi, mengadakan dan membentuknya?” Niscaya mereka
menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang maha Perkasa dalam pengaruh kekuasaan
dan balasan-Nya terhadap musuh-musuhNya, yang maha mengetahui semua ciptaan itu
dengan segala yang ada di dalamNya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi
bagiNya.[1]
Sedangkan Menurut Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa orang-orang kafir pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi beserta
isinya adalah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, namun demikian mereka
menyembah selain Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya.[2]
Penjelasan ayat ke 10, maksudnya adalah Allah yang menjadikan bumi
terhampar bagimu.Dia menjadikan bumi bagimu pijakan yang dapat kamu pijak
dengan telapak kakimu dan kamu dapat berjalan di atasnya dengan kakimu. Allah
membuatkan jalan-jalan yang landai di atas bumi, yang dapat kamu tempuh dari
satu negeri ke negeri lain untuk keperluan penghidupan dan pendengaranmu.[3]
Sedangkan
menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyifati
Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang sempurna.Firman Allah ini
merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya.Supaya kalian mengakui
nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk
menuju penghidupan kalian.[4]
Ayat ke 11
dan 12, maksudnya adalah bahwa Allah menurunkan air dari langit menurut kadar
(yang diperlukan), artinya menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh AL-Qurtubi
yakni air yang diturunkan itu bukan seperti air yang diturunkan kepada kaum
nabi Nuh yang tidak menurut ukuran yang diperlukan sehingga air itu
menenggelamkan mereka. Akan tetapi air yang diturunkan itu sesuai dengan kadar
yang diperlukan, bukan berupa badai yang menenggelamkan bukan pula kurang dari
apa yang dibutuhkan sehingga ia dapat menjadi penghidupan bagi kalian dan
binatang ternak kalian.[5]
Ayat 12 dan 13 maksudnya adalah Dia yang menciptakan segala sesuatu, lantas
menjadikannya berpasang-pasangan yaitu dengan menciptakan perempuan sebagai
pasangan laki-laki, dan menciptakan laki-laki sebagai pasangan perempuan. …وَجَعَلَ
لَكُمْ مِنَ الْفُلْقِmaksudnya adalah bahwa Allah
menjadikan kapal-kapal bagimu yang dapat kamu kendarai di laut kea rah yang
kamu kehendaki dalam perjalananmu di laut untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidupmu. Sedangkan hewan ternak dapat kamu kendarai di darat ke arah manapun
yang kamu tuju, seperti unta, kuda, bighal dan keledai.[6] …لِتَسْتَوُوْا
عَلى ظُهُوْرِهِsupaya kamu dapat berada di atas
punggung hewan yang kamu kendarai. Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu yang
dianugerahkan kepadamu, berupa ditundukannya semua fasilitas kendaraan itu
bagimu di darat dan di laut.
2. Surat Al-Ankabut Ayat 17
اِنَّمَا تَعْبُدُ وْ نَ مِنْ دُ وْنِ اللهِ اَ وْثَا
نًا وَّتَخْلُقُوْ نَ اِفْكًا اِنَّ الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ
لَايَمْلِكُوْنَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللهِ الرِّزْقَ
وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهُ اِلَيْهِ
تُرْ جَعُوْنَ
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu
adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain
Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di
sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah
kamu akan dikembalikan.
a.
Makna mufrodat
Tidak mereka memiliki (mampu
Memberi)
|
لَايَمْلِكُوْنَ
|
Sungguh apa yang
|
اِنَّمَا
|
Untuk kalian
|
لَكُمْ
|
Kalian sembah
|
تَعْبُدُوْنَ
|
Rezeki
|
رِزْقًا
|
Dari
|
مِنْ
|
Maka carilah/mintalah
|
فَبْتَغُوْا
|
Selain
|
دُوُنِ
|
Disisi
|
عِنْدَ
|
Allah
|
اللهِ
|
Allah
|
اللهِ
|
(hanya) berhala-berhala
|
اَوْثَانً
|
Rezeki
|
الرِزْقَ
|
Dan kalian menciptakan(mengatakan)
|
وَتَحْلُقُوْنَ
|
Dan sembahlah
Dia(beriman dan taat
|
وَاعْبُدُوْهُ
|
Kebohongan
|
اِفْكَا
|
Dan bersyukurlah kalian
|
وَاشْكُرُوْا
|
Sesungguhnya
|
اِنِّ
|
Kepada-Nya
|
لَهُ
|
Yang
|
الَّذِيْنَ
|
Kepada-Nya
|
اِلَييْهِ
|
Kalian sembah
|
تَعْبُدُوْنَ
|
Kalian akan dikembalikan
|
تُرْجَعُوْنَ
|
Dari
|
مْنْ
|
Selain
|
دُوْنِ
|
||
Allah
|
اللهِ
|
b. Penjelasan ayat
(Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain
Allah itu) (adalah berhala-berhala, dan kalian membuat dusta) kalian mengatakan
kebohongan, bahwa berhala-berhala itu adalah sekutu-sekutu Allah. (Sesungguhnya
yang kalian .sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepada
kalian) maksudnya mereka tidak akan mampu memberi rezeki kepada kalian (maka
mintalah rezeki di sisi Allah) yakni mintalah rezeki itu kepada-Nya (dan
sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan
dikembalikan)
c.
Asbabunnuzul ayat
Pada mulanya
ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim yang tidak mau
menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan mereka sendiri.
Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang mereka
sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki
untuk kehidupannya.Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu
sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka
pun akan dikembalikan kepada-Nya.
M.Quraish
Shihab mengatakan bahwa ayat tersebut adalah teguran kepada umat Nabi Ibrahim,
yang menyembah berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki dari apa yang
disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak mampu memberikan
rezeki dan tidak patut untuk disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo”
yang konteks kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.[7]
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu”
artinya mintalah.Dan “arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala bentuk
rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu”
digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya
dengan berusaha sungguh-sungguh. Di ayat itu
juga Allah mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut
disembah.Dia yang memberikan segala rezeki kepada oleh karena itu Allah
melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk mensyukurinya.
Begitu banyak
nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT.Negara ini telah mendapatkan
nikmat lahan yang subur, kandungan sumber daya alam melimpah, dan masyarakat
Muslim yang sangat banyak.Diri-diri kita telah mendapatkan nikmat hidup
berkecukupan, anak-anak yang sehat dan cerdas, pasangan hidup yang beriman.
Bukan itu saja, masih banyak nikmat-nikmat yang lain, yang jika kita mencoba
menghitungnya, niscaya tidak akan mampu. Allah SWT berfirman:
وَاِنْ
تَعُدُّوْا نِعْمَتَهُ اللهِ لاَ
تُحْصُوْهَا اِنَ اللهَ لَغَفُوْرُ رَّحِيْمٌ
Artinya :“Dan jika
kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS
An Nahl : 18).
C. Hadits Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
Hadits Tentang Cara Mensyukuri Nikmat
1. Teks Hadits
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
انْظُرُوا
إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ،
فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ[15]
2.
Terjemah Hadits
Dari Abu
Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada kamu dan janganlah kamu
melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tidak meremehkan
nikmat Allah atasmu. (Muutafaq ‘Alaih)[8][9][9]
3. Penjelasan
Hadits
Dalam hadits di atas, nabi
menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang orang yang berada di
bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan dan
kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya. Dengan cara
demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan mereka
dibandingkan dengan yang dibawah standar nasib mereka. Sebaliknya nabi saw.
melarang kaum muslimin memandang orang yang di atas mereka sebab dapat
menimbulkan rasa kecil hati dan rendah diri dan bahkan bukan mustahil dapat
menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan mungkin timbul persangkaan yang
buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak memperhatikan keadaan dirinya atau
pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum muslimin dibenarkan melihat orang yang
lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan kenjalankan agama (dalam
hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya
ilmu pengetahuan yang bernilai agama.
C. Cara Mensyukuri Nikmat Allah Ta’ala
Bersyukur kepada Allah ta’ala artinya adalah menjalankan ketaatan kepada Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat-nikmat-Nya bukanlah sekedar dengan mengucapkan hamdalah atau bersujud syukur. Akan tetapi ada cara lain yang lebih umum untuk bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla. Ada tiga cara bersyukur yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Al Qaulul Mufid (1/268), yaitu:
1. Bersyukur dengan hati.
Yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat yang dia dapatkan pada hakikatnya adalah berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala semata. Adapun peran manusia yang memberikan suatu kemanfaatan kepada kita, semua itu hanyalah suatu sebab dan perantara yang mana semuanya itu sangat bergantung kepada izin dari Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا
بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Apa saja nikmat yang ada pada kalian, Maka dari Allah-lah (datangnya).” [QS An Nahl: 53]
2. Bersyukur dengan lisan.
Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.
“Apa saja nikmat yang ada pada kalian, Maka dari Allah-lah (datangnya).” [QS An Nahl: 53]
2. Bersyukur dengan lisan.
Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
وَأَمَّا
بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan.” [QS Adh Dhuha: 11]
Contohnya adalah kisah seorang yang buta lalu disembuhkan oleh Allah dan dianugerahi kambing yang banyak. Ketika datang seorang malaikat utusan Allah untuk mengujinya dengan meminta seekor kambingnya, lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku.
3. Bersyukur dengan anggota tubuh.
Yaitu dengan cara menggunakannya untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah ta’ala.
Demikianlah cara-cara bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas nikmat-Nya. Dengan bersyukur, maka nikmat Allah akan semakin bertambah. Sebaliknya, jika tidak bersyukur, maka azab dari Allah akan datang mengancam. Allah berfirman:
لَئِنْ
شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS Ibrahim: 7]
Mengamalkan ilmu dan mengajarkannya
kepada orang lain adalah bentuk mensyukuri nikmat ilmu. Menafkahkan harta di
jalan Allah adalah bentuk mensyukuri nikmat harta.Mengonsumsi makanan untuk
menyehatkan tubuh dan tidak membuangnya adalah bentuk mensyukuri nikmat
makanan.Demikianlah seterusnya.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita
dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia.
Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat
mengucapkan alhamdulillah, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala
bentuk nikmat & berkah datangnya semata hanya dari ALLAH SWT dan kita
dapat mensyukuri nikmat ALLAH SWT dengan perbuatan kita dengan melaksanakan
segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada ALLAH
SWT, dan manusia yang tidak mau bersyukur maka ia akan rugi karena
ALLAH SWT tidak membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada
dasarnya ALLAH SWT maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia
mensyukuri untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
-
Abu Ja’far, Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, (penerjemah Misbah
Abdul Somad), Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
-
Al-Jalalain,
As-Shuyuthi, Al-Mahalli, Tafsir Jalalain
-
Al-Qurtubi,
Syekh Imam, Tafsir Al-Qurtubi, (Penerjemah Akhmad Khotib),
Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
-
Departemen
Agama RI, Al-Hikmah AL-Qur’an dan terjemahnya, Diponegoro,
Bandung, 2004;
-
Matsna,
Mohammad, Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits, Karya Toha
Putra, Semarang, 2009;
-
Muslim,
Al-Imam, Shohih Muslim Shihab, M. Quraisy, Tafsir Al-Misbah
(Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an), Lentera Hati, Jakarta 2002;
[1]Abu Ja’far Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, Penerjemah
Misbah Abdul Somad, Abdurrahim Supandi, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009) hal. 964
[2] Syekh Imam
al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Penerjemah Ahmad Khotib, (Jakarta,
Pustaka Azzam, 2009), hal.160
[3]Abu Ja’far Muhammad, Op. Cit, hal. 964
[7]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah
Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2002),
hal. 461
No comments:
Post a Comment