RESUME
FILSAFAT DAKWAH
Dosen
Pengampu :
Drs. M. Habli Zainal, Mud.
Disusun Oleh:
Muhammad Mustarifin
18.31.12.08
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AN-NADWAH KUALA TUNGKAL
TAHUN AKADEMIIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
wr. wb
Puji
dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Resume ini. Saya juga bersyukur atas
berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
mengumpulkan bahan – bahan materi Resume ini dari internet dan perpustakaan.
Kami telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan berbagaimacam bahan tentang
“Resume Filsafat Dakwah’’ Kami sadar bahwa Resume
yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan Resume ini menjadi lebih baik
lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca.
Demikianlah
Resume ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf
yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalam
Kuala
Tungkal, April 2020
Penyusun
PENDAHULUAN
Filsafat dakwah adalah filsafat yang
berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan dakwah sebagai relasi dan aktualisasi
imani manusia dengan agama Islam, Allah dan alam. Filsafat dakwah juga berarti
ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis dan mendalam tentang dakwah dan
respon terhadap dakwah yang dilakukan oleh para dai atau mubaligh, sehingga
orang yang didakwahi dapat menjadi manusia-manusia yang baik dalam arti
beriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan oleh islam dan pada gilirannya
dapat melakukan kerja pembangunan (islah), membangun kehidupan yang damai,
harmonis dan sejahtera dalam rangka mewujudkan kerahmatan Allah di dunia.
Dengan demikian filsafat dakwah akan mempelajari
secara kritis dan mendalam mengapa ajaran dan nilai-nilai Islam perlu
dikomunikasikan, disosialisasikan, dididikan dan diamalkan.
Jadi kerja filsafat dakwah adalah mengumpulkan
pengetahuan tentang dakwah sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis,
dibandingkan, dikritisi untuk menemukan hakekat dakwah tersebut. Dengan kata
lain dengan mengumpulkan pengetahuan tentang dakwah itu, diharapkan dapat
memberikan jawaban secara tepat tentang apa, mengapa, dan bagaimana dakwah
tersebut.
Filsafat dakwah juga akan
mempelajari mengapa jiwa manusia perlu dibersihkan dari pengaruh hawa nafsu
yang buruk, mengapa pikiran manusia perlu dibebaskan dari hal-hal yang
irrasional, mengapa kemanusiaan perlu ditumbuh-kembangkan
Obyek formal filsafat dakwah adalah
mempelajari bagaimana hakikat dakwah. Apa hubungannya antara dakwah dengan
makna rahmatan lil ‘alamin, dengan fungsi kekhalifahan, dengan kemanusiaan,
dengan larangan syirik, menumpuk harta kekayaan, riba dan melakukan amal
kebajikan lainnya.
Walaupun pada mulanya dakwah berarti mengajak, tapi secara praktis (sosiologis dan historis), dakwah pada zaman Nabi saw ternyata dakwah bukan hanya sekedar menyeru dan mengajak. Lebih dari itu, dakwah juga melakukan upaya-upaya secara Islami, manusiawi namun efektif dalam rangka membentuk akhlak manusia. Sehingga di jazirah Arab dapat diciptakan kehidupan yang manusiawi, damai-harmonis, serasi dalam lingkungan yang kondusif dan melegakan.
Walaupun pada mulanya dakwah berarti mengajak, tapi secara praktis (sosiologis dan historis), dakwah pada zaman Nabi saw ternyata dakwah bukan hanya sekedar menyeru dan mengajak. Lebih dari itu, dakwah juga melakukan upaya-upaya secara Islami, manusiawi namun efektif dalam rangka membentuk akhlak manusia. Sehingga di jazirah Arab dapat diciptakan kehidupan yang manusiawi, damai-harmonis, serasi dalam lingkungan yang kondusif dan melegakan.
Obyek material filsafat dakwah
adalah manusia yang menjadi subyek (da’i) dan obyek (mad’u) dalam proses
dakwah, Islam sebagai pesan dakwah dan lingkungan di mana manusia akan
mengamalkan dan menerapkan ajaran dan nilai-nilai Islam serta Allah yang
menurunkan Islam dam memberikan takdirnya, yang menyebabkan terjadinya
perubahan keyakinan, sikap dan tindakan.
Karena dakwah merupakan proses
interaktif antara manusia, agama Islam, Allah dan lingkungan, maka ruang
lingkup kajian filsafat dakwah sangat luas, yaitu seluas pemahaman dan wilayah
aktifitas keimanan, keislaman dan keihsanan manusia dalam lingkungannya.
Tujuan dakwah adalah mempertemukan
fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran
Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik. Menjadikan
orang baik berarti menyelamatkan orang itu dari kesesatan, dari kebodohan, dari
kemiskinan dan dari keterbelakangan. Oleh karena itu sebenarnya dakwah bukan
berarti kegiatan mencari atau menambah pengikut, tapi kegiatan yang
mempertemukan fitrah manusia dengan isalam atau menyadarkan orang yang
didakwahi tentang perlunya bertauhid dan berperilaku baik.
PEMBAHASAN
1.
Ilmu Dakwah Oleh Moh. Ali Azis
Ditinjau dari segi bahasa (Arab: دعوة, da‘wah). Dakwah mempunyai
tiga huruf asal yaitu dal, ‘ain, dan wawu. Dari ketiga huruf asal ini,
terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah
memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh
datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisis dan
meratapi.
Dakwah merupakan bahasa Arab, berasal dari kata
da’wah, yang bersumber pada kata : Da’a, Yad’u, Da’watan yang bermakna seruan,
panggilan, undangan atau do’a. Dan dakwah bisa berarti: (1) memanggil, (2)
menyeru, (3) menegaskan atau membela sesuatu, (4) perbuatan atau perkataan
untuk menarik manusia kepada sesuatu, dan (5) memohon dan meminta. (Abdul Aziz,
1997 :26)[1]
Sebagaimana dalam firman Allah yang berbunyi :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. An Nahl : 125)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran :104)
Dari ayat diatas, terdapat tiga kata kunci
(keyword) yakni al-khayr, amar ma’ruf dan nahy munkar. Masing-masing istilah
diatas sarat dan padat dengan makna yang tidak mudah dipindahkan kebahasa lain.
Setiap usaha pemindahannya pada bahasa lain melalui penerjemah tidak selalu
tepat maknanya. Seperti, alkhayr menjadi “kebajikan” (dalam tafsir Departemen
Agama), “kebaikan”(tafsir Mahmud Yunus). Atau malah “bakti” (tafsir al-Furqan
A. Hasan). Masing-masing punya keabsahannya sendiri, namun tidak secara
sempurna telah membawa makna ke al-khyar. Menurut Rasyid Ridha dalam Tafsir
al-Manar yang sangat terkenal menjelaskna bahwa al-khyar dalam firman diatas
yang dimaksud adalah al-Islam dalam makna generiknya yang universal, yaitu
agama semua Nabi dan Rosul sepanjang zaman
2.
Filsafat Dakwah Oleh Abdul Basit
Menurut Abdul Basit ada ada beberapa prinsip dasar
yang dapat dijadikan pedoman dalam berpikir menurut islam agar menghasilkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan nilai islam, yaitu:[2]
a.
Membebaskan
pikiran dari belenggu taqlid
b.
Melakukan
meditasi dan pencarian bukti atau data ilmiah empirik
c.
Melakukan
analisis
d.
Membuat
keputusan ilmiah yang diasarkan atas argumen dan bukti
Adapun metode berpikir filsafat dakwah secara umum
tidak jauh berbeda dengan metode berpikir yang ada dalam filsafat pada umumnya,
yaitu:
a.
Berpikir
deduktif
Berpikir deduktif yaitu berpikir dari hal-hal yang
umum dan menghasilkan kesimpulan yang bersifat khusus. Berpikir deduktif
umumnya digunakan dalam ilmu logika dan matematika. Jika metode ini digunakan
untuk mengkaji filsafat dakwah, langkahnya bisa dilakukan dengan cara
mengajukan kritik atas makna suatu kata, pengalaman atau rumusan yang telah
ada. Selanjutnya dianalisis hingga menghasilkan keputusan terperinci
b.
Berpikir
induktif
Berpikir induktif yaitu berpikir dengan cara menarik
suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian yang ada di sekitarnya.
Langkangnya dengan cara melakukan observasi terhadap realitas yang ada
c.
Berpikir
analogis
Berpikir analogis adalah mengambil kesimpulan dengan
cara menggantikan apa yang telah diusahakan untuk dibuktikan dengan hal yang
serupa, namun lebih dikenal
d.
Berpikir
komparatif
Berpikir komparatif adalah mengambil kesimpulan dengan
cara menghadapkan apa yang akan dibuktikan dengan sesuatu yang mempunyai
kesamaan dengannya
3.
Psikologi Dakwah Oleh H. M. Arifin
Dakwah memiliki kedudukan yang tinggi dan
mempunyai peranan yang sangat penting menurut pandangan Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW, karena Islam sangat memperhatikan dalam urusan yang satu ini.
Sehingga menganjurkan kepada setiap muslim agar menyeru kepada kebaikan dan
menyampaikan nasehat-nasehat yang baik kepada masyarakat serta menjauhkan diri
dari segala hal yang dilarang oleh agama Islam.
Begitu pentingnya perintah dakwah ini, sehingga
berbagai metode diterapkan. Hal ini dipertegas oleh HM. Arifin, M. Pd dalam
bukunya “Psikologi Dakwah” bahwa :
“Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu
kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya
yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain
baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap amalan
ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur
paksaan ”[3]
Agar tercapai tujuan dakwah, perlu adanya
komunikasi yang baik antara si penyampai pesan dakwah dengan audien karena
komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi sosial dalam masyarakat.
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah
sikap, pendapat atau perilaku baik langsung maupun tak langsung melalui media.
Karena itulah proses penyampaian pesan komunikasi diharapkan mempunyai tujuan
dan bisa berpengaruh langsung terhadap penerima pesan.
Di era yang serba maju ini dakwah tidak cukup
hanya disampaikan dengan lisan belaka, tetapi para da’i harus mampu dan kreatif
dalam menyampaikan dakwahnya. Media komunikasi seperti televisi pun merupakan
cara yang ampuh bagi seorang da’i dalam menyampaikan dakwah karena tidak
terbatas pada ruang dan waktu.
4.
Dakwah Islam Dan Perubahan Sosial Oleh Amrullah Ahmad
Menurut Amrullah Ahmad, bahawa Untuk menganalisa
keadaan dakwah Islam yang permasalahannya yang semakin kompleks di
tengah-tengah perubahan sosial, diperlukan suatu kerangka analisa makro untuk
menjebatani kesenjangan antara pemikiran dengan realitas dakwah.[4]
Pendekatan ini berangkat dari anggapan dasar bahwa
dakwah Islam merupakan suatu sistem usaha merealisasikan ajaran Islam pada
semua dataran kenyataan kehidupan manusia. Dalam pendekatan ini di gunakan
teori umum sistem yang bersifat analitis, yaitu mengadakan konstruksi
intelektual yang tersusun dari aspek-aspek realitas dakwah Islam
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dakwah Islam
adalah mewujudkan pribadi muslim, kelurga muslim, jama’ah muslim, masyarakat
yang berkualitas khaera ummah dan daulah
thayyibah yang menerapakan syari’ah sehingga
tercapailah Fallah dan khasanah di dunia dan di akhirat.
Dalam pemahaman yang sederhana, Dakwah dapat di
definisikan, sebagai berikut:
a.
Secara
terminologi dakwah berasal dari bahasa Arab, yakni da’a, yad’u da’watan yang
berarti seruan, ajakan, dan panggilan. Dakwah Islam adalah dakwah yang
dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang
terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu al-Quran dan as-Sunnah.
b.
Islam
sebagaimana yang telah kami jelaskan adalah agama dan kedaulatan. Esensi itu
tidak di ragukan lagi oleh seorang muslim. Demikian juga Islam meliputi dakwah
sekaligus penyerunya, Supaya menjadi way of life (pandangan
dan sikap hidup seseorang).
c.
Dakwah
kita berciri khas ketuhanan tidak lain karena dasar arah kita seluruhnya adalah
pengenalan manusia terhadap tuhannya.]
Jadi, dakwah Islam adalah dakwah yang dipahami dan
dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai, ajaran dan sumber hukum Islam untuk
membudayakan dan mewariskan ajaran dan hukum-hukum Islam pada masyarakat, baik
yang dilakukan individu terhadap individu yang lain atau kelompok pada kelompok
(komunikan) yang lain.
5.
Hirarki Ilmu Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu
Al-Farabi menyitir
tiga kriteria yang menyusun hierarki ilmu:[5]
a.
Pertama,
kemuliaan materi subjek (syaraf al-maudhu’), berasal dari prinsip fundamental
ontologi.
b.
Kedua,
kedalaman bukti-bukti (istqsha’ al-barahin), didasarkan atas pandangan
sistematika pernyataan kebenaran dalam berbagai ilmu yang ditandai perbedaan
derajat kejelasan dan keyakinan (basis epistemologi). Selama gagasan tentang
kedalaman bukti berhubungan secara langsung dengan permasalahan metedologis,
kriteria kedua dapat dianggap menetapkan basis metodologis penyusunan hierarki
ilmu.
c.
Ketiga,
tentang besarnya manfaat (’izham al-jadwa) dari ilmu yang bersangkutan (basis
etis).
Klasisifikasi ilmu menurut Al Farabi secara
garis besar terbagi menjadi 5 hal yakni:
a.
Ilmu bahasa
(syntac, grammer, pronounciation and speech dan puisi)
b.
Logika;
c.
Ilmu
propaedetik yang terdiri dari ilmu aritmatic, geometri, optik, astrologi,
music, astronomi, dan lain-lain;
d.
Ilmu fisika
(kealaman) dan metafisika;
e.
Ilmu
sosial yakni yurisprudensi dan retorika.
KESIMPULAN
Secara ringkas
ruang lingkup filsafat dakwah paling tidak meliputi empat hal yang selalu punya
kaitan erat. Yaitu:
a.
Manusia
sebagai pelaku (subyek) dakwah dan manusia sebagai penerima (obyek) dakwah.
b.
Agama Islam
sebagai pesan atau materi yang harus disampaikan, diimani serta diwujudkan
dalam realitas (diamalkan) di masyarakat.
c.
Allah yang
menciptakan manusia dan alam, sebagai Rab yang memelihara alam dan menurunkan
agama Islam serta menentukan terjadinya proses dakwah. Dan
d. Lingkungan, yaitu alam (bumi dan sekitarnya)
tempat terjadinya proses dakwah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Basit, Filsafat Dakwah,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013
Ahmad Tafsir, Filsafat
Pendidikan Islami, (Bandung: Rosdakarya, 2010), cet. Ke-4,
Amrullah Ahmad, Dakwah
Islam dan Perubahan Sosial (Seminar dan Diskusi), Yogyakarta: PLP2M,
1985
HM. Arifin, M. Pd.,
Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Cet. Pertama, (Jakarta : Bumi Aksara,
1991
IIIT, Islamisasi
Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lontar Utama, 2000), cet ke-1,
Moh. Ali Aziz, M.Ag , Ilmu
Dakwah, Jakarta, 2009, cet. 2,
Osman Bakar and Seyyed
Hossein Nasr, Hierarki ilmu: membangun rangka-pikir Islamisasi ilmu menurut
al-Farabi, al-Ghazali, Quthb al-Din al-Syirazi., 1997,
[1] Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag , Ilmu Dakwah, Jakarta, 2009, cet. 2,
hlm. 6.
[2] Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013), hlm. 34.
[3] HM. Arifin, M. Pd., Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Cet.
Pertama, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), h. 6.
[4] Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial (Seminar dan
Diskusi), Yogyakarta: PLP2M, 1985 : Hal: 12-14.
[5] Osman Bakar and Seyyed Hossein Nasr, Hierarki ilmu: membangun
rangka-pikir Islamisasi ilmu menurut al-Farabi, al-Ghazali, Quthb al-Din
al-Syirazi., 1997, hlm. 65
No comments:
Post a Comment