Iklan Sponsor

Wednesday 6 May 2020

Etika Pergaulan : Pergaulan Sesama Muslim dan dengan Non Muslim



“AL-QUR’AN DAN HADIST III”
Tentang :
Etika Pergaulan : Pergaulan Sesama Muslim dan dengan Non Muslim

Dosen Pengampu :Muhammad, S.Pd.I, M.Pd






 









Disusun oleh :
Kelompok : 1
Muliono
Anisah





SEMESTER IV – A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMAN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘’Etika Pergaulan , Pergaualan Sesama Muslim dan Pergaulan dengan Non Muslim’’ ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah Pendidikan Islam Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Bidang Studi Mata Kuliahyang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
                                                                                   
Kuala Tungkal   Maret 2020


DAFTAR ISI






BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pergaulan yang berarti hidup bermasyarakat perlu latihan sejak dini, bahkan sejak seseorang mengenal orang lain di luar dirinya sendiri. Sejak usia anak-anak hingga menjadi orang dewasa, bahkan orang tua sekalipun dalam kehidupannya tidak lepas dari apa yang disebut dengan pergaulan. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam pergaulan, yaitu kemungkinan diterima secara baik atau ditolak oleh kelompok, lingkungan, bahkan di dalam masyarakat luas pada umumnya. Jika seseorang di dalam bergaul dapat diterima dengan baik di dalam komunitasnya, maka seseorang itu akan lebih percaya diri, timbul semangat untuk lebih berkarya dan berprestasi. Harga diri akan meningkat dengan sendirinya. Penghargaan demi penghargaan akan diperoleh dan kepercayaan akan terus meningkat yang datang dari komunitasnya. Meskipun demikian diperlukan pengendalian diri dengan: selalu mendekatkan diri kepasa Tuhan Yang Maha Esa seraya memohon petunjukNya agar selalu diberikan bimbingan ke arah yang lebih baik.
Lingkungan masyarakat merupakan barometer/tolak ukur seseorang, apakah sikap, tutur kata dan perilaku seseorang dapat diterima oleh masyarakat luas atau tidak sesuai dengan norma dan tata nilai di dalam masyarakat itu sendiri.Keterampilan bergaul dapat dilihat sejak kanak-kanak hingga dewasa. Ketika masih kanak-kanak seseorang suka berkenalan dengan cara yang paling sederhana, yaitu tersenyum dan menyapa kawan-kawan yang baru dijumpainya.  Ini merupakan awal terbentuknya rasa percaya diri dengan dunia pergaulan dilingkungannya yaitu dunia anak. Sampai saatnya seseorang memasuki dunia remaja dan dewasa, untuk belajar sesuai dengan usianya, karena pergaulan akan membawa kesuksesan di masa yang akan datang.

B.     Rumusan Masalah

1. Bagaimana etika pergaulan sesama muslim ?
2.Bagaimana cara bergaul dengan non muslim ?

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pergaulan Sesama Muslim

Pergaulan-pergaulan sesama muslim itu diatur dalam Al-Qur’an seperti terdapat pada surah Al-Hujarat ayat 10 :
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ  
Artinya : “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (surah Al-Hujarat ayat 10 )
Dalam etika pergaulan antar manusia perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:[1]
1.   Siapa yang dihadapi (teman, guru, orang tua)
2.   Dimana pergaulan itu berlangsung
3.   Bagaimana cara bersikap
Penjelasan       : Dalam ayat 10 Surat Al-Hujurat diatas, Allah SWT Menjelaskan bahwa walaupun orang-orang mu’min itu berbeda-beda bahasa, warna kulit dan adat kebiasaannya, namun mereka adalah satu. Oleh karena itu, sesama mu,min harus ada rasa persaudaraan yang kokoh dan rasa saling mendamaikan dalam segala hal.
Persaudaraan adalah merupakan kunci kesuksesan bagi kita manakala hendak menciptakan dan melestarikan tata kehidupan masyarakat yang baik. Dalam sejarah mencatat adanya nilai positif atau manfaat yang ditimbulkan oleh persaudaraan dan persatuan tersebut, yakni upaya Nabi Muhammad SAW untuk mempersatukan antara kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung halaman mereka, dipererat dengan mempersaudarakan mereka kepada kaum Anshar menolong dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan keuntungan-keuntungan yang bersifat materi melainkan hanya karena mencari keridhaan Allah SWT.


Sebaliknya sejarah juga mencatat bahwa perpecahan atau tidak adanya persatuan, menyebabkan kaum muslimin di Afganistan menjadi lemah dan mudah dikoyak-koyak oleh musuh-musuh Islam, ini jelas sisi negatif yang ditimbulkan oleh tidak adanya persaudaraan tersebut.
Oleh karena itu, tepatlah suatu pepatah mengatakan “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Demikian pula satu iktibar (gambaran) menerangkan secara tepat manakala seorang (muslim) yang berdiri sendiri laksana batang lidi, maka ia akan mudah dipatahkan lain halnya jika ia berdiri secara bersama-sama dalam suatu persaudaraan laksana seratus atau seribu batang lidi yang tersatukan dalam satu ikatan, maka sangat berat untuk dipatahkan oleh suatu kekuatan hebat manapun.
Untuk mendukung  suasana persaudaraan yang kokoh diantara kaum muslimin tersebut, maka diperlukan suatu akhlak atau moral yang melandasi sikap dan perilaku mereka, yakni sikap dan perilaku yang saling menghargai satu sama lain dan tidak saling mencela, menyalahkan dan menganggap rendah pihak lain. Berkaitan dengan ini sangat penting bagi umat Islam untuk memahami pentingnya pergaulan sesama muslim yang baik.
Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu bangunan yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan sesama muslim dibalut dengan ukhuwah islamiyah. Ada banyak hak saudara kita atas diri kita, di antaranya sebagaimana dalam hadits Nabi:[2]
  1. Jika diberi salam hendaknya menjawab
  2. Jika ada yang bersin hendaknya kita doakan
  3. Jika diundang hendaknya menghadirinya
  4. Jika ada yang sakit hendaknya kita jenguk
  5. Jika ada yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke pemakamannya
  6. Jika dimintai nasihat hendaknya kita memberikannya.Juga tidak meng-ghibah saudara kita, tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan aibnya, berusaha membantu dan meringankan bebannya, dan sebagainya.
  7. pergaulan antar generasi Dalam pergaulan antar generasi tidak hanya yang muda menghormati yang lebih tua tetapi juga yang tua menghargai yang lebih muda. Dalam pergaulan sosial dengan mereka, hendaklah kita bersikap wajar dan menghormatinya, mendengarkan pembicaraannya, serta wajib mengingatkan jika mereka keliru dan berbuat kejahatan, dengan cara-cara yang lebih baik. Kita juga dilarang memperlakukan mereka secara berlebihan, misalnya terlalu hormat dan tunduk melebihi apa pun, sekalipun mereka salah. Hal ini tidak dibenarkan, sebab yang paling mulia di antara kita bukan umur, ilmu, pangkat, harta, dan kedudukannya, akan tetapi karena kualitas takwanya kepada Allah Swt. Hal ini sesuai dengan salah satu hadis Rasulullah saw dalam riwayat Thabrani:
إِنَّاللهَ تَعَالَى لاَيَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلاَ إِلَى اَحْسَابِكُمْ وَلاَ اِلَىاَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ اِلَىقُلُوْبِكُمْ وَاَعْمَالِكُمْ (رواه الطبرانى
Artinya:“Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat ruhmu, kedudukan, dan harta kekayaanmu, tetapi Allah melihat apa yang ada dalam hatimu dan amal perbuatanmu”. (HR. Thabrani)

B.     Adab Pergaulan Muslim Dengan Non Muslim

Islam tidak melarang umatnya bergaul dengan kaum non muslim.Hanya saja, dalam pergaulan Islam telah memberikan adab-adabnya baik dengan sesama muslim dan adab dengan non muslim. Untuk kali ini, akan Mia bahas tata cara pergaulan dg non muslim, sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.[3]
1.      Dibolehkan melakukan kerjasama dalam hal hablum minannas (antar manusia dengan manusia) seperti perdagangan, pendidikan umum, pekerjaan, memberantas kebatilan, menolong orang yang dizhalimi, memberantas segala bahaya terhadap kemanusiaan, menjaga keamanan lingkungan, memperoleh barang bukti dan memberantas penyakit-penyakit menular, dan lain-lainnya. Tapi tdk boleh kerjasama dlm hal agama. seperti ikut perayaan suatu agama, atau melakukan ibadah bersama. Ibadah bersama yang tidak dibolehkan ini tentu saja dlm konteks ibadah manusia ke tuhan spt sholat atau misa. Tapi ibadah antar manusia spt saling memberikan hadiah/sedekah, senyum, mengucapkan salam, berbuat baik dll dibolehkan
2.      Makanya dalam ibadah yang menyangkut perayaan hari besar agama ttu, ada ulama berpendapat, tdk boleh mengucapkan selamat kpd non muslim saat perayaan agamanya. Tapi kalau untuk perayaan umum seperti kelahiran, naik jabatan, ulang tahun dan hal2 umum lainnya maka dibolehkan. Krn, perayaan agama spt hari besar agama lain, itu udah dlm ranah aqidah. Tapi ada ulama lain yang berpendapat, boleh mengucapkan selamat tetapi tdk boleh mengikuti perayaannya. Toleransi ummat islam utk non islam yg sdg merayakan hari besarnya adalah dg tdk mengganggu, menghalang2i dan tdk ikut campur dlm perayaan tsb.Ini didasarkan surat al-kafirun:
ö@è%$pkšr'¯»tƒšcrãÏÿ»x6ø9$#ÇÊÈIwßç6ôãr&$tBtbrßç7÷ès?ÇËÈIwuróOçFRr&tbrßÎ7»tã!$tBßç7ôãr&ÇÌÈIwurO$tRr&ÓÎ/%tæ$¨B÷Lnt6tãÇÍÈIwuróOçFRr&tbrßÎ7»tã!$tBßç6ôãr&ÇÎÈö/ä3s9ö/ä3ãYƒÏŠuÍ<urÈûïÏŠÇÏÈ
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Makanya letak toleransi ummat muslim kepada non muslim dalam urusan agama adalah "Bagimu agamamu, bagiku agamaku"
3.      Berlaku adil kepada mereka. Allah mewajibkan ummat muslim menegakkan keadilan, baik ke sesama muslim maupun ke non muslim yang berbuat baik. Dan juga berbuat baik dengan bantuan finansial, memberi makan kepada mereka yang kelaparan, memberi pinjaman bagi mereka yang membutuhkan, menolong mereka dalam perkara-perkara yang mubah (boleh), berlemah-lembut dalam tutur kata, membalas ucapan selamat mereka (yang tidak terkait dengan akidah, seperti selamat belajar, selamat menikmati hidangan dll)
4.      Berbuat baik dan berkata baik kpd non muslim, dan jikapun berdebat, berdebat dg baik, tidak mencaci dan hal2 buruk lainnya
5.      Seorang muslim tidak boleh bersikap zhalim terhadap non muslim. Sehingga tidak boleh menganiaya mereka, tidak boleh berkhianat atau memanipulasi, membunuh atau melakukan perbuatan merusak lainnya, menakut-nakuti (menteror) mereka, menggertak (mengintimidasi) mereka, mencuri harta mereka, mencopetnya, tidak boleh bersikap curang terhadap hak mereka, atau mengkhianati amanah mereka, tidak boleh tidak membayar upah mereka, membayar kepada mereka harga barang jualan mereka kalau kita membelinya dari mereka, dan membagi keuntungan dalam usaha patungan dengan mereka
6.      Tidak boleh memerangi atau mendzalimi (menyakiti) non muslim yang tdk memerangi islam atau ummat muslim. Org muslim di larang memerangi non muslim terlebih dahulu, hanya boleh membalas jika keselamatan mereka terancam atau diusir dr negerinya atau perang karena membela diri.jika mereka yg awalnya memerangi muslim lalu meminta perdamaian, maka permintaan itu harus dipenuhi. karena Allah tidak menyukai org yg melampaui batas (yang tidak memberikan kebaikan/perdamaian kepada yang menginginkan kebaikan/perdamaian tsb).
7.      Didalam islam, ucapan salam adalah sebuah doa atau ucapan baik atau sebagai sutau bentuk penghargaan yang diberikan oleh orang lain terhadap kita. Jadi, jika ada yang mengucapkan salam yang baik, maka balaslah pula dengan kebaikan.[4]
#sŒÎ)urLäêŠÍhãm7p¨ŠÅstFÎ/(#qŠyssùz`|¡ômr'Î/!$pk÷]ÏB÷rr&!$ydrŠâ3¨bÎ)©!$#tb%x.4n?tãÈe@ä.>äóÓx«$·7ŠÅ¡ymÇÑÏÈ
Artinya : Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa) Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS. An Nisaa' : 86)
Dan  Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika salah seorang dari Ahlul kitab mengucapkan salam pada kalian, maka balaslah: Wa ‘alaikum.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).





BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

 Al-qur’an mengangap persaudaraan dalam satu agama, bagaikan persauadaraan dalam satu nasab, dan islamlah sebagai orang tuanya.  Untuk menjaga keharmonisan hubungan sesama muslim, maka harus dijauhi sikap-sikap yang dapat menimbulkan perasaan sakit orang lain.  Rasulallah saw, menggambarkan hubungan antara sesama orang mu’min dalam sama-sama merasakan kebahagiaan dan kesedihan, kasih saying dsb, bagaikan Anggota-anggota dalam tubuh manusia. Tidak ada larangan bagi kaum muslim untuk bergaul dan berbuat baik serta berlaku adil terhadap orang-orang muslim, apabila orang0-orang non-muslim tidak melakukan penyerangan terhadap orangf islam karena keislamannya.
Allah mensyriatkan agama untuk dua macam tujuan: 
  1. Membersihkan jiwa manusia dan akalnya dari kepercayaan tidak benar, seperti mengakui adanya kekuatan gaib pada makhluk Allah.
  2. Memperbaiki jiwa manusia dengan amal perbuatan yang baik dan memurnikan keikhlasan kepada Allah.
Agama yang diakui kebenarannya disisi allah hanyalah agama islam. Dan pada hakikatnya semua agama yang dibawa oleh para rasul adalah sama, yaitu agama tauhid dan dinamakan agama islam.

B.     Saran-saran

Kuatnya iman dan berperilaku baik atau berbuat baik dapat memperkuat persaudaraan, persatuan dan kesatuan antar sesama muslim, antar masyarakat, antar orang-orang muslim, antar bangsa, antar orang-orang Islam dan non Islam akan memperkuat persaudaraan antar bangsa atau negara






DAFTAR PUSTAKA


Moh Amin. Qur’an Hadits I. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Universitas Terbuka. 1995.

Abdul Muthalib. Sejarah Kebudayaan Islam I. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Universitas Terbuka. 1995.

Zaenal Abidin, S.Pd. Qur’an Hadits.Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.Jakarta : 2002.

https://zircongalaxy.wordpress.com di akses pada tanggal 25/03/2020




[1]Zaenal Abidin, S.Pd. Qur’an Hadits.Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.Jakarta : 2002. Hlm 87
[2]https://zircongalaxy.wordpress.com di akses pada tanggal 25/03/2020
[3]Moh Amin. Qur’an Hadits I. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Universitas Terbuka. 1995. Hlm 78
[4] . Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah,

1 comment: