MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“AL - QUR’AN
HADIST”
Dosen
Pengampu : M. Arsyad, S.Pd.I., M.Pd.I
Tentang: “Kewajiban
Mencari Ilmu”
Disusun oleh
:
Kelompok VIII
Ramayana
Rizki Istiqomah
SEMESTER IV
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puji
dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya juga bersyukur
atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari internet dan perpustakaan.
Kami telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan berbagaimacam bahan
tentang “Kewajiban
Mencari Ilmu.”
Kami sadar bahwa makalah yang
kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca.
Demikianlah
makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf
yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalam
Kuala
tungkal, April 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ........................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah
................................................................................... 2
C.
Tujuan Pembahasan.................................................................................. 2
BAB II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Menuntut/Mencari
Ilmu.......................................................... 2
B.
Kewajiban Menuntut Ilmu........................................................................ 3
C.
Keutamaan Orang
Yang Berilmu.............................................................. 5
BAB III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................................... 9
B.
Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk
itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui
pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi,
yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang
mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun
juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang
menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan
berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak
pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan
akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan
ilmu agama atau akhirat. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam diwajibkan
untuk menuntuk ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan menuntut/mencari ilmu ?
2. Mengapa manusia wajib menuntut ilmu ?
3. Apakah keutamaan orang yang berilmu ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian menuntut/mencari
ilmu
2. Untuk mengetahui kewajiban menuntut ilmu
3. Untuk mengetahui keutamaan orang yang berilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menuntut/ Mencari Ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena
pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum
beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu
pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya dari
pekerjaan tersebut. Karena dengan
mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaima sabda Nabi
Muhammad Saw. Artinya :
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena
mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa
Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya
adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan
antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu
ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu
perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap
individu.
Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodoh Dalam Al- Qur’an Allah SWT.
Berfirman:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ
الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ
يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو
الْأَلْبَابِ
Artinya: "(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang
yang jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas dari
substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara orang yang berilmu
dengan orang yang bodoh jelas tidaklah sama.Seperti halnya antara orang yang
buta dan orang yang melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dana mati,
manusia dan hewan, serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.[1]
B. Kewajiban Menuntut Ilmu
Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits nabi Muhammad saw. Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang menuntut ilmu.[2]
Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah
sekaligus kewajiban. Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan
ilmu pengetahuan kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia
maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti
dalam sebuah hadits disebutkan bahwa :
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat
diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu
Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat:
Sahih al-jami: 3913)
Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan
memang diwajibkan. Dengan ilmu kita bisa meraih dunia, dengan ilmu kita dapat
meraih akhirat dan dengan ilmu pula kita bisa meraih kedua-duanya.[3]
Firman Allah
pada surat Al-Alaq ayat 1-5 , berbunyi :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ
عَلَقٍ ﴿٢﴾ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ﴿٣﴾ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾
Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1-5)
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat
ini berisi perintah untuk membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah
memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai
bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya
untuk mengembanamanat kehidupan di muka bumi ini.[4]
Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan
bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini
merupakan salah satu pusat perhatian Islam bagi para pemeluknya.
Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini
sebenarnya telah dijawab oleh Al-Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an,
Allah menciptakan manusia dalam
keadaan vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu
menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus digali,
dipelajari, dan diamalkan.
Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia,
hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari ilmu Allah. Namun kesempatan untuk
memperoleh sebagian- sebagian dari ilmu Allah yang lain tetaplah ada selama
manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha. Kemudian Allah Berfirman dalam surah Al -
Isra’ : 26
وَآتِ
ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ
تَبْذِيرًا
Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”(Q.s Al –
Isra’ 26)
Dalam ayat ini berisi perintah untuk berbuat baik kepada
kaum dhuafa seperti orang orang miskin, orang terlantar, dan juga orang yang
dalam perjalanan. Sebagai
orang yang berilmu ada hak lainnya yang harus ditunaikan adalah
"mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih saya satu sama lain,
saling bersilaturahmi, bersikap lemah lembut dan sopan santun, memberikan
bantuan kepada mereka, dan memberikan sebagaian rizeki yang Allah swt berikan
kepada kita semua.
Bahwa tidak ada jalan untuk mengenal Allah, meraih
ridha-Nya serta menggapai keuntungan dan kedekatan dengan-Nya, kecuali dengan
ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dengannya Allah mengutus para Rasul, menurunkan
kitab-kitab, dan dengannya pula memberi petunjuk dari kesesatan dan kebodohan.
Dengan ilmu terungkaplah seluruh keraguan, khurafat dan kerancuan. (Q.S. Al
Maidah [5]: 15-16) dan (Q.S. Al-A’raf [7] : 157).
C. Keutamaan Orang Yang Berilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan
keutamaan ilmu dan kedudukan ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama
di hargai demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin
dapat dikejar, kecuali melalui ilmu.[5]
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-
Sunnah:
1.
kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa
kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada pelakunya. Orang yang melakukan salat
atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan mendapat kebaikan-kebaikan
amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi,
masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara
langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si pilaku itu
sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu tidak
mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah.
Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio
dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam
seketika itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.
2.
Ilmu tidak terputus lantaran
berahirnya hayat
Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu
tidak mati dengan kematian pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau
berpuasa, atau membayar zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr,
dan bertakbir, semua amal ini mendapat balasandari allah, tetapi balasan itu
terputus lantaran selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia
terus berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia
maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu
yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim
no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang
yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi
akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh
murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya
dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri, dan
seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai
kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk
manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.
3.
Orang yang berilmu akan ditinggian
derajatnya
Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang
yang mau menuntut ilmu sebagaimana firmannya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي
الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا
فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: “ Berlapang lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah
kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadilah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini
menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian
maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya
dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang
dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di
jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang
berilmu sebagaimana diri-Nya memuliakan diri-Nya dan mengagungkan
kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan malaikat dan kemudian memuliakan
orang orang yang berilmu, sebagaimana firman-Nya:
Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada
Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” (Q.S Ali
Imran:18)
4.
menuntut ilmu merupakan ibadah dan
akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah
yang paling agung dan paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian
dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ
كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا
قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya :tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya
(medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
member peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya
Rosulullah
bersabda:
Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan
suatu ilmu, maka allah akan mempermudah jalan baginya menuju syurga.
Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena keridhaannya akan
pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan
lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi orang yang
berilmu
5.
ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai
kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapa.
Seperti diketahui semua bentuk kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan
cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Menuntut
ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan
jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
2. Di
dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia
diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa
mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat.
3. Selain
Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan
ulama, baik dimata Allah maupun
dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya
tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu.
B.
Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, untuk itu pemakalah memohon saran dan kritik para
pembaca demi kesempurnaan makalah pemakalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Musfir
bin Said Az-zahrani. 2005. Konseling terapi, Jakarta:Gema Insani.
Nata. Abuddin. 1992. Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan.
Saifuddin.1982. Metode dan Etika
Pengembangan Ilmu. Bandung: CV
Rosda.
Qardhawi. Yusuf . 1998. Al-Qur’an berbica akal dan ilmu
pengetahuan. Jakarta:Gema
Insani.
[4] Yusuf Qardhawi.
Al-Qur’an berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,(Jakarta :Gema Insani), Hlm.93
No comments:
Post a Comment