MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“SEJARAH PERADABAN ISLAM”
Dosen
Pengampu : Muhammad Tabri, S.Ag
Tentang :
Perang Salib dan Invasi Mongol
Disusun oleh
:
Kelompok :
11
Muhammad Reza
Wahyudi
M.Rizky
JURUSAN EKONOMI SYARIAH (ESY)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM AN-NADWAH
Jalan
Kapten Pierre Tendean Telp. (0742) 22190 Kode Pos 36513
KUALA TUNGKAL
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puji
dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya juga bersyukur
atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari internet dan perpustakaan.
Kami telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan berbagaimacam bahan tentang
“Perang Salib dan Invasi Mongol’’ Kami
sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para
pembaca.
Demikianlah
makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf
yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalam
Kuala
tungkal, April 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang salib bertitik tolak pada pembagunan pesat yang
berlaku di eropa barat pada abad pertengahan. Perang salib berawal dari
ketidaksukaan orang kristen kepada islam dan umat islam. Perang salib
berlangsung selama 2 abad, antara abad ke 11 dan ke 13, disebut perang salib
karena ekspedisi militer kristen mempergunakan salib sebagai simbol pemersatu
untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan
bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitul maqdis ( yerussalem) dari
tangan-tangan orang islam.
Bangsa mongol berasal dari daerah pegunungan mongolia yang
membentang dari asia tengah sampai ke siberia utara, tibet selatan, dan
manchuri barat, serta turkistan timur. Nenek moyang mereka bernama alanja khan,
yang mempunyai dua orang putra kembar, tartar dan mongol. Kedua putra ini
melahirkan dua suku bangsa besar, yakni mongol dan tartar. Mongol mempunyai
anak bernama IIkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa mongol
dikemudian hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
perang salib itu?
2. Apa saja faktor penyebab perang salib itu?
3. Bagaimana asal-usul bangsa mongol ?
4. Mengetahui pemimpin mongol yang terkenal?
2. Apa saja faktor penyebab perang salib itu?
3. Bagaimana asal-usul bangsa mongol ?
4. Mengetahui pemimpin mongol yang terkenal?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perang Salib
a. Timbulnya Perang Salib
Perang salib (The
Crusader War) adalah serangkaian perang agama selama hampir dua abad
sebagai reaksi kristen eropa terhadap Islam asia. Perang ini terjadi karena
sejumlah kota dan tempat suci Kristen diduduki Islam sejak 632, seperti di
Suriah, Asia Kecil, Spanyol, dan Sicilia. Militer Kristen menggunakan salib
sebagai simbol yang menunjukkan bahwa perang ini suci dan bertujuan membebaskan
kota suci baitul maqdis (Yerusalem) dari orang Islam.
Perang salib awalnya disebabkan adanya persaingan pengaruh
antara Islam dan Kristen. Penguasa Islam AIP Arselan yang memimpin gerakan
ekspansi yang kemudian dikenal dengan “Peristiwa Manzikart”.[1]
Pada tahun 464 H (1071 M), tentara ALP Arselan yang hanya
berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara
romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz,
Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat islam, yang kemudian
mencetuskan Perang Salip. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Seljuk dapat
merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan Dinasti Fathimiyah yang
berkedudukan di Mesir.[2]
Menurut Phillip K. Hittin, Perang Salib adalah reaksi dunia
Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia. Dilihat dari sudut lain, maka
faktor-faktor yang turut menimbulkan perang salib ialah keinginan mengembara
kemiliteran bangsa Tentonia. Akan tetapi, yang merupakan penyebab langsung
terjadinya perang salip ialah permintaan kaisar Alexius Comnenus tahun 1095,
kepada Paus Urbanus II. Kaisar dari Bizantium ini meminta
bantuan
dari Romawi, karena daerah-daerahnya yang tersebar sampai ke pesisir laut Marmura
ditindas-binasakan oleh Bani Saljuk. Bahkan, kota Konstantinopel pusat
kekuasaan Romawi diancam direbut oleh kaum muslimin.[3]
b. Sebab-sebab Perang Salib
Ada
beberapa faktor yang memicu terjadinya perang salip. Adapun yang menjadi faktor
utama yang menyebabkan terjadinya perang salib, ada tiga hal, yaitu agama,
politik, dan sosial ekonomi.
1.
Faktor agama
Sejak
dinasti Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fathimiyah pada tahun
1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah ke sana karena
penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka
yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis. Umat Kristen merasa
perlakuaan apara penguasa Dinasti Saljuk sangat berbeda dari para penguasa
islam lainnya yang pernah berkuasa di kawasan itu sebelumnya.
2.
Faktor politik
Ketika
itu dinasti Saljuk di Asia Kecil sedang mengalami perpecahan, dan Dinasti
Fathimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan islam di Spanyol
semakin goyang. Situasi yang demikian, mendorong para penguasa Kristen di Eropa
untuk merebut satu persatu daerah kekuasaan islam, seperti dinasti kecil di
Edessa dan Baitul Maqdis.
3.
Faktor sosial ekonomi
Stratifikasi
sosial masyarakat eropa ketika itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu kaum gereja,
kaum bangsawan, serta kesatria, dan rakyat jelata. Meskipun merupakan mayoritas
dalam masyarakat, kelompok yang terakhir ini menempati kelas yang paling
rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhina. Oleh karena itu, mereka
di mobilisasi oleh pihak-pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam perang
salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik
apabila perang dapat di menangkan. Mereka menyambut seruan itu secara spontan
dengan melibatkan diri dalam perang tersebut.[4]
c. Peradaban Islam Pada Masa Perang Salib
Para sejarawan berbeda pendapat dalam menetapkan periodisasi
perang salib. Prof. Ahmad Syalabi dalam At-Tarikh Al Islami wa Al-Hadharat
Al-Islamiyyah misalnya, membagi periodisasi perang salib itu terbagi atas tujuh
periode.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A, bahwa perang salib
dapat dibagi dalam 3 periode. Menurut Phillip K. Hitti dalam The Arabs A Short
History, pembagian perang salib yang lebih tepat adalah sebagai berikut:
a.
Periode penaklukkan (1096-1144 M)
b.
Periode reaksi umat islam (1144-1192 M)
c.
Periode perang Saudara kecil-kecilan atau periode kehamcuran
dalam pasukan salib (1192-1291 M). disebut Perang Saudara kecil-kecilan atau
periode ini mudah dikenal disemangati ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan
dan sesuatu yang bersifat materi daripada motivasi agama.[5]
a.
Periode pertama (1095-1147 M)
Pada
musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa sebagian besar bangsa Perancis dan
Norman, berangkat menuju konstantinopel, kemudian ke palestina. Tentara salib
yang dipimpin oleh Gudfrey, Bohemond, dan Raymond, ini memperoleh kemenangan
besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun
1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I
dengan Baldawin sebagai Raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai
Antiochea dan mendirikan kerajaan II di Timur. Bohemond dilantik sebagai
rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (15 Juli 1099 M) dan
mendirikan kerajaan Latin II dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukkan
Baitul maqdis itu, tentara salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota
Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka
mendirikan kerajaan Latin IV, rajanya adalah Raymond.[6]
b.
Periode kedua (1147-1179 M)
Pada tahun 1147-1179 M dipimpin oleh raja Louis VII dari
Perancis, Kaisar Krurad dari jerman, dan putra Roger dari Sisilia. Menyambut
kedatangan angkatan kedua Salibiyah, muncullah pahlawan Nuruddin Zanki, Putra
Imanuddin Zanki dan tentara Salib II tidak dapat berbuat banyak, bahkan
dimana-mana dapat dikalahkan.
Di Mesir peperangan salib ini melahirkan pahlawan yang
termansyur namanya ialah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi. Dengan pimpinan
Shalahuddin ini bahkan tentara Islam dapat merebut kembali Baitul Maqdis, kota
yang menjadi tujuan tentara salib.[7]
c.
Periode ketiga
Tentara Salib pada periode ketiga ini dipimpin oleh raja
jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir terlebih dahulu
sebelum ke Palestina, dengan harapan mendapat bantuan dari orang-orang Kristen
Qibti.
Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat Raja
mesir dari Dinasti Ayyubiyah. Waktu itu, Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian
dengan Frederick. Isinya antara lain, Frederick bersedia melepaskan dimyat,
sementara Al-Malik Al-Kamil melepaskan Palestina. Frederick menjamin keamanan
kaum muslimin di sana dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen
Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum
muslimin tahun 1247 M, di masa Pemerintahan Al-Malik Al-Shalih, penguasa Mesir
selanjutnya. Ketika mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan
posisi dinasti Ayyubiyah pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalwun. Pada
masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.[8]
Demikianlah perang salib yang terjadi di timur. Perang ini
tidak hanya berhenti di barat, di Spanyol, sampai akhirnya umat Islam terusir
dari Spanyol Eropa. Akan tetapi, meskipun demikian mereka tidak dapat
menurunkan bendera Islam dari Palestina.[9]
d. Dampak Perang Salib
a.
Di Eropa
Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam
sejarah dunia. Perang Salib membawa Eropa kedalam kontak langsung dengan dunia
muslim dan terjadinya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan
saling tukar pikiran antara kedua belah pihak. Pengetahuan orang timur yang
maju memberi daya dorong besar bagi pertumbuhan intelektual Eropa Barat.
Keuntungan Perang Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan
perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting,seperti kompas pelaut,
kincir angin dan sebagainya dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara
bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur yang lebih
berkembang. Ketika kembali ke Eropa, mereka mendirikan sebuah pasar khusus
untuk barang-barang timur. Orang barat mulai mnyadari kebutuhan akan
barang-barang timur, dan karena kepentingan ini perdagangan antara timur dan
barat menjadi lebih berkembang.
b.
Dunia Islam
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Perang Salib
dimenangakan oleh umat Islam, akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan oleh
perang salib sangat banyak, termasuk dalam segi perekonomian, karena Perang
Salib terjadi di daerah kekuasaan Islam, meskipun umat Kristen juga tidak kalah
merugi.
Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam
Perang Salib, namun mereka telah mendapatkan hikmah yang tidak ternilai
harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam
yang sudah sedemikian majunya. Bahkan kebudayaan dan peradaban yang mereka
peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisans di Barat.
Selain Ekonomi, beberapa dampak
negatif dan kerugian dunia Islam akibat Perang Salib adalah sebagai berikut:[10]
1.
Politik
Kekuatan
politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi
bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan
diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad
2.
Militer
Dalam
bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknik berperang yang
belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan
bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan
menunggang kuda, teknik melatih burung merpati untuk kepentingan informasi
militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat
kepada pasukan militer di medan perang.
3.
Perindustrian
Dalam
bidang perindustrian, mereka menemukan kain tenun dan peralatannya di dunia
Islam, kemudian mereka bawa ke negerinya, seperti kain muslin, satin, dan
damas. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan, dan getah Arab
yang dapat mengharumkan ruangan.
4.
Pertanian
Sistem
pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat mereka temukan di Timur-Islam,
seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan
yang beraneka macam, termasuk penemuan gula.
5.
Perniagaan
(rangkuman)Orang
barat memakai sistem perdagangan Islam yang menggunakan uang sebagai alat tukar
dalam jual beli. Karena sebelumnya mereka masih menggunakan sistem barter.
6.
Ilmu pengetahuan dan kesehatan
Ilmu
astronomi yang sudah dikembangkan oleh umat Islam sejak abad ke-9 telah pula
memepengaruhi lahirnya berbagai observatorium di Barat. Selain itu bangsa barat
juga meniru adanya rumah sakit, sebagaimana sudah berkembang lama di dunia
Islam.
B. Invasi Mongol
a. Sebab-Sebab Invasi mongol
Serangan-serangan
yang dilakukan oleh Mongol memiliki latar belakang yang menjadi motivasi mereka
untuk melakukan penyerang tersebut. Maidir Harun dan Firdaus[11] memaparkan
bahwa ada beberapa hal yang menjadi motivasi bagi Mongol untuk melakukan
serangan, sebagai berikut:
1.
Faktor Politik
Pada tahun 615 H. sekitar 400 orang pedagang bangsa Tartar
dibunuh atas persetujuan wali (gubernur) Utrar. Barang dagangan mereka dirampas
dan dijual kepada saudagar Bukhara dan Samarkand dengan tuduhan mata-mata
Mongol. Tentu saja hal ini menimbulkan kemarahan Jenghis Khan. Jenghis Khan
mengirimkan pasukan kepada Sultan Khawarizmi untuk meminta agar wali Utrar
diserahkan sebagai ganti rugi kepadanya. Utusan ini juga dibunuh oleh
Khawarizmi Syah sehingga Jenghis Khan dengan pasukannya melakukan penyerangan
terhadap wilayah Khawarizmi.[12]
Sedangkan menurut Muhammad Masyhur Amin, bahwa faktor
politik yang menyebabkan bangsa Mongol melakukan penyerangan ke wilayah Islam
adalah pertama, karena Sultan Alauddin Muhammad Khawarizmi Syah memasukkan
daerah suku Qarahatun ke dalam kekuasaannya pada tahun 1210 M., sehingga
wilayahnya langsung berbatasan dengan wilayah kerajaan Jenghis Khan. Kedua,
pembataian pedagang Mongol disebabkan karena tiga orang Islam saudagar besar
bersama rombongan-nya dibunuh dan dirampas barang dagangannya oleh orang-orang
Mongol di Ibu Kota Qoraqarun. Oleh sebab itu, amir Ghayun Khan diperintahkan
oleh Sultan Alauddin agar membunuh 150 orang pedagang Mongol yang ada di Utrar.[13]
2.
Motif Ekonomi
Motif
ini diperkuat oleh ucapan Jenghis Khan sendiri, bahwa penaklukan-penaklukan
dilakukannya adalah semata-mata untuk memperbaiki nasib bangsanya, menambah
penduduk yang masih sedikit, membantu orang-orang miskin dan yang belum
berpakaian. Sementara di wilayah Islam rakyatnya makmur, sudah berperadaban
maju, tetapi kekuatan militernya sudah rapuh.
3.
Tabiat Orang Mongol yang Suka Mengembara
Tabiat
mereka yang suka mengembara, diundang ataupun tidak diundang mereka akan datang
juga menjarah dan merampas harta kekayaan penduduk dimana mereka berdiam.
Penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh Jenghis Khan dengan pasukan
perangnya yang terorganisir, berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan
melakukan penaklukan. Para ahli pertukangan mereka bawa dalam pasukan batalion
Zeni (yon-zipur) untuk membuat jembatan dan menjamin melancarkan transportasi
dalam penyerangan. Para tawanan perang dimanfaatkan secara paksa untuk
memanggul perlengkapan perang dan makanan. Strategi perang Jenghis Khan yang
tidak ketinggalan juga adalah membariskan penduduk sipil yang telah kalah di
depan tentara sebagai tameng untuk menggetarkan musuh. Di samping itu, Jenghis Khan
membawa penasehat yang terdiri dari para rahib dan tukang ramal.[14]
b. Dampak Invasi Mongol terhadap Dunia Islam[15]
Ada dua dampak positif dan negatif. Dampak negatifnya
tentunya lebih banyak bila dibandingkan dampak positifnya. Kehancuran jelas
terjadi dimana-mana akibat serangan mongol sejak wilayah timur hingga ke barat.
Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah
dan perpustakaan-perpustakaan yang mengkoleksi banyak buku memperburuk
situasi umat Islam. Pembunuhan terhadap umat islam terjadi, bukan hanya pada
masa Hulagu yang membunuh khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan
dilakukan oleh Argun, Khan keempat pada dinasti II Khainiyah terhadap Takudar
sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam. Argun membunuh umat
Islam dan mencopotnya dari jabatan-jabatan penting negara.
Ada pula dampak positif dengan
berkuasanya Dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam.
Antara lain disebabkan mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat muslim dalam jangka waktu yang panjang,
seperti yang dilakukan oleh gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam
sebagai agama resmi kerajaanya, walaupun ia pada mulanya beragama Budha.
Rupanya , ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan
keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam ialah pengaruh seorang
mentrinya, Rasyidudin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang
selalu berdialog dengannya, dan nawruz, seorang gubernurnya untuk beberapa
propinsi Siria.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat
disimpulkan bahwa perang salib bukanlah perang karena agama tetapi perang
perebutan kekuasaan daerah. Perang ini dinamakan perang salib karena angkatan
perang tentara Nasrani menggunakan tanda salib dan mendapat restu dari Paulus
di Roma. Perang salib memakan waktu yang sangat lama. Membawa pengaruh besar
pada semaraknya lalu lintas perdagangan asia dan eropa. Mereka banyak
mengetahui hal-hal baru seperti adanya tanaman rempah-rempah dan lain-lainnya.
Sesungguhnya invasi Mongol terhadap
Negara-negara Islam adalah tragedi besar yang tidak ada tandingannya sebelum
dan sesudahnya kendati sebelumnya didahului perang Salib, apalagi melihat
peristiwa hancurnya ibu kota dinasti Abbasiyah yaitu Bagdad.
Dari sini penulis menyimpulkan
beberapa faktor hancurnya wilayah-wilayah Islam yang termasuk didalamnya adalah
Bagdad, diantaranya adalah :
1.
Terjadinya perpecahan dan konflik internal kaum muslimin
2.
Setiap amir atau khalifah hanya perhatian kepada wilayahnya saja, tanpa
3.
beban ketika ada suatu wilayah Islam lainnya jatuh ke tangan musuh.
DAFTAR PUSTAKA
Amin,
Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Sunanto,
Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media
Supriyadi,
Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia
Yatim,
Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Maidir
Harun dan Firdaus, 2002. Sejarah Peradaban Islam, Padang : IAIN-IB
Press.
Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam, 2001. Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT.
Ichtiar Baru.
Muhammad
Masyhur Amin, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Indonesia Spirit
Foundation.
[1] Drs. Samsul
Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010) hal. 231
[2]Dr. Badri Yatim,
Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) hal. 77
[5] Ibid, hal. 137
[7] Prof. Dr. H.
Musyrifah Sunanto, Op. Cit, hal. 184
[11]Maidir Harun dan
Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang : IAIN-IB Press, 2002), Hal
107-108
[12] Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru,
2001), Hal 242
[13] Muhammad Masyhur
Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Indonesia Spirit Foundation,
2004), Hal 171
[14] Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru,
2001), Hal 242-243
No comments:
Post a Comment