“Teknik Peliputan/ Penulisan
Berita”
Tentang :
“Mencari bahan dan Rencana Liputan”
Dosen Pengampu : Imam Khalid, S.Sos.M.I.Kom
Disusun oleh :
Ar Bukhari
18.31.11.89
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
illahi rabbi, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayahnya
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sesuai waktu
yang telah diberikan. Sholawat dan salam juga tetap kami haturkan ke pangkuan
Nabi agung, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Karena dengan kuasa Allah lah,
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dan disusun berdasarkan tugas
perkuliyahan.
Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tugas makalah ini yang
berjudul “Mencari Bahan dan Rencana Liputan”. Khususnya kepada bapak Imam
Khalid S.Sos. M.I.kom selaku pengampu mata kuliah Teknik Peliputan dan juga sahabat-sahabat yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Merupakan suatu harapan
pula, semoga dengan terselesaikannya makalah ini, pembaca bisa bersemangat dan
termotivasi lagi untuk mengenal lebih jauh Penulis juga berharap semoga dengan
adanya makalah ini dapat tercatat dan bisa menjadi motivator bagi penulis untuk
menyusun makalah lain yang lebih baik dan bermanfaat. Aamiin.
Kuala Tungkal April 2020
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia saat ini, dunia pers menyajikan pekerjaan
jurnalistik yang menantang kepada genarasi muda yang terampil dan ulet.
Keterampilan juranlistik harus terasa dan diasah sehingga menjadi wartawaan
yang professional, wartawan yang mempunyai wawasan, wartawan yang mempunyai
kepribadian, dan wartawan yang mempunyai keahlian. Wartawan Indonesia harus
menyadari perannya dalam memajukan kehidupan bangsa dan Negara, bukan
mengacaukan bangsa, bukan mengamankan pengacau bangsa, buakn membiarkan ketak
beraturan penyelenggaraan bangsa dan Negara.
Wartawan Indonesia sebaiknya menyadari perannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Fred S. Siebert-Theodore Peterson dan Wilbur
Scramm pernah mengemukakan 4 teori pers dunia. Pertama, teori pers otoritarian
yang tujuan utamanya pers adalah mendukung dan memajukan kebijakan pemerintah
yang berkuasa dan mengabdi kepada Negara. Kedua, teori pers libertarian yang
tujuan utamanya adalah member informasi, menghibur, berjualan, tetapi terutama
untuk membantu menemukan kebenaran. Ketiga, teori pers tanggung jawab social
yang tujuan utamanya adalah member informasi, menghibur dan berjualan tetapi
terutama untuk mengangkat konflik sampai tingkatan diskusi. Keempat, teori pers
sofiet-komonis yang tujuan utamanya adalah member sumbangan bagi keberhasilan
dan kelanjutan system sosialis sofiet
dan terutama bagi keditaktoran partai.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Mencari bahan berita ?
2. Bagaimana Rencana Liputan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mencari Bahan Berita
1. Bahan Berita
Bagi
wartawan pemula akan muncul pertanyaan, apa saja bahan – bahan berita itu ? M. Eko Supriyono (1990:10) mengemukakan
beberapa bahan berita yang menarik dan layak untuk dijadikan berita, yaitu :[1]
a. Kejadian yang tidak terduga
timbulnya
Bahan ini
pada umumnya berbentuk kejadian alam, kecelakaan yang waktu terjadinya tidak
dapat ditentukan dan tidak direncanakan. Bencana alam adalah peristiwa yang
tidak mungkin bisa direncanakan dan ditentukan waktunya oleh manusia. Bencana
alam ini adalah bahan yang menarik untuk dijadikan berita karena perlu dan
penting diketahui oleh masyarakat.
Bantuk
lain bahan berita yang berupa kejadian yang tidak terduga timbulnya adalah
kecelakan. Selain tindakan kriminal dapat pula digolongkan sebagai bahan berita
berupa kejadian yang tidak terduga timbulnya.
b. Kasus – kasus kehidupan
Bentuk–bentuk
bahan kasus, misalnya ketidak beresan suatu proyek, pejabat melakukan korupsi,
pelayanan buruk lembaga pemerintah terhadap masyarakat, pencemaran lingkungan
hidup, serta isu–isu yang meresahkan masyarakat. Hal–hal seperti ini sangat
menarik untuk dijadikan berita.
c. Pendapat cendikiawan
Pendapat
cendikiawan, pakar, ahli merupakan bahan berita yang dapat dijadikan berita
menarik oleh wartawan. Bahan berita seperti ini tidak dapat dilihat secara
fisik karena berada dalam pikiran para pakar, ahli, dan cendikiawan itu.
Misalnya, pendapat ahli kesehatan tentang
adanya anak–anak senang mengisap lem
“aico aibon”, pendapat pakar ekonomi tentang menurunnya nilai mata uang rupiah,
pendapat pengamat politik tentang perkembangan pemilu di Indonesia, dan masih
banyak lagi.
d.
Kegiatan diskusi, seminar, lokakarya, peresmian, pelantikan, dan sabagainya
Diskusi,
lokakarya, peresmian, pelantikan, dan sebagainya, dapat dijadikan berita.Namun
belum tentu menjadi berita yang menarik perhatian pembaca, jika wartawannya
tidak tepat menyajikannya. Ketepatan pemilihan persoalan yang diangkat dari
kegiatan seminar, lokakarya, dan sebagainya, sangat menentukan keberhasilan
berita tersebut. Jika tidak tepat, berita itu akan menjadi berita yang tidak
layak muat dan tidak dibaca orang.
e.
Persoalan–persoalan hidup yang human interes
Persoalan
hidup yang memiliki daya tarik manusiawi adalah bahan–bahan yang sangat tepat
dijadikan berita menarik. Bahan–bahan berita ini merupakan persoalan yang mampu
menyentuh lubuk hati sanubari manusia. Bahan–bahan berita ini mungkin terdapat
disamping rumah wartawan, mungkin sedang dialami oleh teman dekat wartawan, atau
mungkin pula berada didaerah lain yang mengharuskan wartawan pergi ketempat
tersebut.
2. Sumber dan Bahan Berita
Kerja
wartwan yang paling banyak dan paling berat sebenarnya bukanlkah terletak pad
penyusunan berita, akan tetapi dalam hal pengumpulan data dan fakta. Wartwan
harus menggali data-data dan fakta-fakta dan mengumpulkannya sebagai modal
dasar untuk menjadi berita. Seorang harus mengetahui sumber-sumber yang mampu
menghasilkan data dan fakta. Jika wartwan sudah mengetahui sumber bahan berita,
maka proses pengumpulan data dan fakta akan berlangsung dengan mudah sewaktu
berada dilapangan, wartawan tidak akan ragu lagi dari siapa data-data dan fakta
itu diperoleh, selain data yang dilihat wartawan sendiri. Setidaknya ada tiga
sumber bahan berita seperti yang diungkapkan M. Eko Supriyono, Dkk (1990:10),
yaitu:[2]
a. Pengamatan langsung wartawan
Pengamatan langsung wartawan terhadap suatu peristiwa
merupakan salah satu sumber bahan berita yang mampu menghasilkan data/fakta. Data
dan fakta suatu peristiwa yang akan dijadikan berita dapat dikumpulkan
sebanyak-banyaknya oleh wartawan melalui pengamatan langsung. Walaupun wartwan
langsung mengamati suatu kejadian, kadangkala wartawan juga bisa terjerumus
pada data atau fakta yang tidak akurat. Pengamatan langsung wartwan dalam
mengumpulkan data memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini biasanya disebabkan
oleh kurang telitinya wartawan melihat kejadian.
Untuk membuat berita yang menarik, akurat, dan benar,
wartawan selalu dituntut terjun ketempat kejadian. Pengamatan langsung wartawan
kepada suatu kejadian akan menghasilkan data dan fakta mendekati kebenaran.
Melalui pengamatan langsung, wartwan dituntut untuk bekerja dengan teliti,
jeli, dan tepat dalam mengumpulkan data dan fakta.
b. Informasi lisan
Karena
pengamatan langsung masih memiliki kekurangan dalam hal mengumpulkan
bahan-bahan berita, wartwa perlu melengkapai data dan fakta melalui sumber
lain. Infoprmasi secara lisan dari orang yang memiliki keterkaitan langsung
dengan peristiwa/kejadian merupakan sumber untuk memperoleh data dan fakta
secara lengkap. Wartwan perlu menanyakan data dan fakta yang diperlukan kepada
orang yang memiiliki keterkaitan langsung dengan peristiwa/ kejadian, atau
kepada orang yang mengetahui betul atau terlibat dalam peristiwa/kejadian
tersebut.
c. Informasi tertulis
Sumber bahan berita selain
pengamatan langsung dan informasi lisan adalah dengan melalui sumber informasi
tertulis. Informasi tertulis itu adalah sumber abahan berita yang akan
melengkapi data dan fakta suatu kejadian. Informasi tertulis, bisa berupa surat
kepetusan, surat tugas, data-data tertulis, siaran pers, surat penghargaan, dan
sebagiannya yang berkaitan dengan peristiwa. Informasi tertulis seperti ini
biasanya dpat diperoleh dari orang-orang yang berwenang pada kejadian tersebut.
3. Persyaratan bangunan berita
Secara
fisik, berita yang dibaut oleh wartawan sebenarnya dapat diibaratkan dengan
sebuah bangunan yang memiliki persyaratan-persyaratan tertentu. Sebuah berita
yang dibuat wartawan perlu memiliki persyaratan tertentu agar termasuk dalam
berita yang baik. Menurut A. Pasnisata (1992:2) ada beberapa persyaratan
bangunan berita, yaitu:[3]
a. Persyaratan teknis
Sebuah berita yang dapat dikategorikan layak muat dan mampu
menari perhatian pembaca adalah bila berita yang dibuat wartawan memenuhi
persyaratan teknis bangunan berita. Secara teknis, sebuah berita harus memenuhi
persyaratan yang dikenal dengan rumus 5W+1H.
Bagaimana kalau data jawaban dari 6 pertanyaan itu tidak
lengkap? Jika hal itu terjadi, maka berita itu bisa membingungkan pembaca
karena ada data-data yang tersaji dengan sempurna. Misalnya, jika setelah
membaca berita, pembaca akan mengajukan pertanyaan, terhadap unsur berita yang
kurang itu.
b. Persyaratan materi
Sebuah berita, selai harus memenuhi persyaratan teknis, juga harus memenuhi persyaratan materi.
Sebuah berita dari sudut materi harus memenuhi kebenaran dan kelengkapan fakta.
Berita harus menyajikan fakta/data yang benar. Selain itu, berita juga
diharuskan menyajikan fakta-fakta secara lengkap.
Selain kebenaran fakta, wartawan dituntut untuk mengumpulkan
data sebanyak mungkin atau lengkap. Sangat berbahaya, kalau pendapat narasumber
disajikan sepotong-sepotong. Data yang lengkap tidak harus data yang banyak.
Data yang lengkap bisa berarti data-data yang padat dan singkat. Sehubungan
dengan ini, Yurnaldi (1992:21) menjelaskan bahwa berita hasrus mengandung
data-data yang factual, actual, dan akurat.
c. Persyaratan bentuk
Berita yang baik selain memenuhi persyaratan teknis 5W+1H
dan memenuhi persyaratan materi yang benar dan lengkap, harus memenuhi
persyaratan bentuk. Dari sisi ini, berita harus memiliki bentuk yang paling
umum dikenal wartawan dengan bentuk piramida terbalik selain bentuk lain.
Dalam kegiatan jurnalistik, terutama dalam dunia surat
kabar, bentuk berita dapat dibedakan dalam 4 bentuk, yakni: berita yang
berbentuk piramida, berita yang berbentuk piramida terbalik, dan berita
berbentuk parallel.
Berita yang terbentuk piramida dimaksudkan layaknya sebuah
piramida yang berarti kokh dari bawah dan semakin keatas semakin runcing.
Artinya, pada bagian atas yang kecil itu penunjukan tidak banyak informasi yang
penting, kemudian dilanjutkan pada bagian bawah yang melebar menunjukkan informasi-informasi
yang semakin penting.
Adapun berita terbentuk piramida terbalik adalah lawan dari
bentuk berita piramida tadi. Piramida terbalik adalah bentuk berita yang paling
umum digunakan para wartawan. Paragraph pertama adalah paragraph yang
mengandung informasi paling penting dan berurut kepada paling bawah membuat
infor yang semakin kurang penting. Bentuk piramida terbalik ini adalah bagian
atas paling lebar dan semakin kebawah semakin runcing.
Adapula berita yang memiliki bentu parallel. Bentuk parallel
ini dapat digambarkan dengan kotak yang sama besarnya dari atas sampai bawah.
Kotak yang terbentuk parallel ini dapat diartikan bahwa mulai dari paragraph
awal samapi paragraph akhir, sebuah berita hamper memiliki nilai informasi yang
relative sama pentingya.
4. Nilai Berita
menyebut
nilai berita dengan kelayakan berita. Menurutnya, secara umum realita yang
layak dijadikan informasi harus mengandung satu atau lebih unsur kelayakan,
yaitu :
a. Penting yaitu realitas yang bisa
mempengaruhi orang banyak
b. Besar yaitu realitas yang mengandung
angka–angka (jumlah/ukuran) yang bermakna bagi pembaca
c. Waktu yakni realitas yang menyangkut
sesuatu yang baru terjadi/baru ditemukan
d. Dekat yakni relitas yang
terdapat/terjadi dengan pembaca baik secara geografis maupun emosional
e. Tenar yaitu realitas yang menyangkut
orang – orang atau sesuatu yang terkenal atau dikenal pembaca
f. Manusiawi yaitu realitas yang dapat
memberikan sentuhan pada perasaan hatu/emosi pembaca.
Pendapat
diatas dapat disimpulkan untuk menentukan suatu peristiwa/kegiatan, perlu
diyakini bahwa peristiwa/kegiatan itu memiliki nilai berita. Berdasarkan
pendapat diatas, aspek penentu nilai berita itu adalah aspek waktu, aspek
jarak, aspek penting/ternama, aspek akibat/dampak, aspek keluarbiasaan, aspek
pertentangan/komplek, aspek kemajuan/kebaruan, dan aspek human interes.[4]
B. Rencana Liputan[5]
1. Bentuk berita
Editor dan
reporter –yang kadang terpisah ribuan kilometer- harus satu suara tentang
perlakuan terhadap berita yang akan diangkat.Editor atau produser biasanya
sudah memiliki gambaran tentang bentuk berita yang nantinya akan dimasukkan ke
dalam program mereka.
Mungkin
berita itu nantinya berbentuk wawancara antara reporter di lapangan dan penyiar
di studio (biasa disebut two-way), laporan yang dilengkapi dengan
beberapa clip audio, atau paket lengkap dengan banyak clip.
Apa pun
bentuk laporan yang akhirnya disetujui, reporter harus memahami alasan
keputusan editor meminta bentuk tertentu atas berita yang tengah disiapkan.
Tentu saja reporter selalu bisa memberikan saran. Jadi, kesuksesan menyajikan
berita kepada audiensi tergantung dengan komunikasi dan kesepakatan kedua
pihak, reporter dan editor.
2. Panjang laporan
Berapa
panjang berita yang akan dikirim atau disiarkan? Harap diingat berita ini akan
menjadi bagian atau salah satu bahan dari suatu program, jadi tentu saja harus
ada batasan. Untuk program berita di BBC, panjang laporan biasanya sekitar dua
menit.
Itu
berarti tidak akan ada gunanya atau hanya akan membuang-buang waktu bila reporter
datang ke kantor atau mengirim paket dengan panjang 10 menit. Pertimbangkan
juga waktu penyiaran, apakah akan disiarkan nanti malam, akhir pekan ini, atau
pekan depan. Di mana berita ini akan ditaruh? Di bagian depan atau di bagian
berita ringan? Reporter harus tahu, karena ini menentukan pendekatan atau
gaya penyusunan berita. Apakah laporan ini berdiri sendiri atau bagian dari
laporan lain yang lebih panjang? Semua ini harus diputuskan dan disepakati
antara reporter dan editor.
3. Reporter harus pahami berita
Reporter
harus menguasai berita yang diusulkan untuk masuk program. Ia harus bisa
menjelaskan konteks dan apa pentingnya berita tersebut.Pengetahuan editor atau
produser tentang suatu berita kadang tidak semendalam pemahaman reporter. Jadi,
reporter bila perlu menjelaskan secara rinci dan meyakinkan jika editor
menganggap satu berita tidak penting, sementara kenyataannya penting.
Menyepakati
berita atau laporan yang akan disusun adalah proses yang melibatkan dua pihak,
editor dan reporter, dan prosesnya harus berjalan ‘sesehat’ mungkin. Editor
atau produser yang keras kepala, yang tidak mengindahkan masukan atau pendapat
reporter, biasanya akan kecolongan berita.
4. Pendapat atau pandangan reporter
Produser
atau editor mungkin sudah punya bayangan tentang bentuk laporan atau berita,
namun reporter juga punya peran yang tak kalah penting dalam proses kreatif
ini.Reporter di lapangan bisa mengusulkan tentang unsur-unsur apa saja dari
lapangan yang bisa membuat berita atau laporan lebih hidup atau lebih menarik.
5. Batasan atau kendala
Reporter
harus realistis tentang berita yang akan digarap, berapa lama waktu yang
diperlukan, dan juga memahami faktor keselamatan. Kadang reporter menghadapi
masalah, misalnya terkait dengan alat atau piranti lain yang dipakai untuk
mengirim berita. Bila terjadi gangguan teknis yang membuat laporan tidak sampai
tepat waktu:
- Produser atau editor harus sabar
- Reporter di lapangan punya rencana cadangan.
“Jika
telepon satelit mengalami gangguan, kita harus segera memutuskan apa yang akan
kita lakukan. Jika itu terjadi, kualitas audio yang dikirim tidak sebaik yang
diharapkan. Jadi, produser harus menyadari tak ada gunanya berteriak di telepon
dan bertanya di mana posisi reporter.”
6. Rencana cadangan
Bahkan
rencana terbaik pun bisa berantakan. Di sinilah perlunya rencana cadangan. Jika
misalnya reporter tidak bisa tiba di lokasi liputan tepat waktu, apakah
dimungkinkan untuk melakukan wawancara dengan reporter tersebut (two way)?
Wawancara dengan reporter di lapangan bisa menjadi pertimbangan daripada tidak
ada kiriman berita sama sekali dari lapangan. Jadi, kalau reporter dikirim
untuk meliput ambruknya jembatan terlambat tiba di lokasi dan belum sempat
melakukan beberapa wawancara, sementara berita akan segera disiarkan, ia bisa
ditanya tentang apa yang ia saksikan (laporan pandangan mata). Tentu saja, di
siaran berikutnya reporter ini bisa mengirim paket laporan yang lebih lengkap.
7. Biro
BBC
memiliki biro di seluruh dunia. Kantor-kantor ini punya komisioner (biasa
disebut Core Commissioners), yaitu produser yang bertugas merencanakan
berita atas nama editor yang ada di London. Biro-biro ini akan memastikan
reporter memahami permintaan dari London dan editor menghargai dan mengetahui
keterbatasan yang dihadapi reporter.Keterlibatan ‘perantara’ ini membuat
komunikasi yang jelas menjadi semakin penting.
8. Komisioner
Komisioner
dituntut bisa bekerja dengan rapi, sama rapinya dengan tim produksi di London.
Mungkin mereka dituntut lebih rapi.Komisioner di Nairobi, Delhi, atau Miami
misalnya, harus memastikan serah terima editorial berlangsung lancar sebelum
mengakhiri tugas dan menyerahkan tanggung jawab kepada komisioner berikutnya. Sukses
tidaknya perencanaan dan penyusunan berita bisa tergantung dengan apakah
komisioner bisa berkomunikasi secara efektif dengan editor, reporter, dan orang
yang bertanggung jawab di biro regional. Tidak boleh ada unsur yang lemah di
mata rantai komunikasi ini.
9. Fleksibel
Ingat,
(sebagai editor) Anda secara fisik tidak berada di lokasi tempat kejadian.Yang
berada di sana adalah reporter, jadi idealnya ada masukan atau titik temu
antara Anda dan reporter.Sebagai editor Anda bertanggung jawab atas keseluruhan
isi program. Anda akan mengambil keputusan-keputusan tertentu, tapi juga harus
mempertimbangkan apa yang dikatakan reporter. Kadang akan ada ketegangan dan
gesekan dalam proses merencanakan dan menyusun berita, tapi ingat bahwa baik
editor maupun reporter sama-sama punya tujuan yang sama, yaitu sebisa mungkin
memberikan laporan terbaik untuk audiensi. Kata kunci untuk mewujudkan tujuan
itu adalah dialog.
BAB II
PENUTUP
A. Simpulan
Berita adalah cerita atau laporan mengenai kejadian atau
peristiwa yang faktual yang baru dan luar biasa sifatnya. Seorang wartawan
haruslah bisa memenuhi unsur berita apabila ingin membuat berita itu lebih baik
dan fakta. Dalam pengumpulan data dan fakta ada beberapa cara yang dilakikan oleh
seorang wartwan, yaitu: dengan cara langsung terjun kelapangan, mendapatkan
informasi secara lisan dan tertulis, dan mengumpulkan beberapa data dan dokumen
yang bersangkutan dengan hal berita yang dimuat oleh seorang watawan.
B. Saran
Maka dengan demikian,
apabila kita akan menjadi seorang wartawan yang handal dan profesional,
lakukanlah prose pembuatan berita tersebut sesuai dengan aturan/etika yang
tertera pada undang-undang tentang kewartawanan.
DAFTAR PUSTAKA
Deddy
Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, (Bandung:
PT Remaja Ruda Karya Offset, 2008), cet. III,
Ermanto.
2005. Menjadi wartawan handal dan professional. Yogyakarta: cinta pena
https://pingkiweibe.wordpress.com/2018/01/05/teknik-mencari-dan-meliput-berita
diakses pada tanggal 12 April n2020
https://www.bbc.co.uk/academy/id/articles/art20140326160912700
Sam
Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita. (Surabaya:
Papyrus, 2003),
[1] https://pingkiweibe.wordpress.com/2018/01/05/teknik-mencari-dan-meliput-berita
diakses pada tanggal 12 April n2020
[2] Ermanto. 2005. Menjadi wartawan
handal dan professional. Yogyakarta: cinta pena hlm 78
[3]
https://www.bbc.co.uk/academy/id/articles/art20140326160912700 hlm 98
[4] Sam Abede Pareno, Manajemen
Berita antara Idealisme dan Realita. (Surabaya: Papyrus, 2003), hlm. 6
[5] Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik
Televisi: Menjadi Reporter Profesional, (Bandung: PT Remaja Ruda Karya
Offset, 2008), cet. III, hlm. 21-22
No comments:
Post a Comment