Iklan Sponsor

Wednesday 6 May 2020

Mencari bahan dan Rencana Liputan


“Teknik Peliputan/ Penulisan Berita”
Tentang :
“Mencari bahan dan Rencana Liputan”

Dosen Pengampu : Imam Khalid, S.Sos.M.I.Kom






Description: Image result for logo stai an nadwah
 









Disusun oleh :
Ar Bukhari
18.31.11.89













SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat illahi rabbi, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sesuai waktu yang telah diberikan. Sholawat dan salam juga tetap kami haturkan ke pangkuan Nabi agung, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Karena dengan kuasa Allah lah, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dan disusun berdasarkan tugas perkuliyahan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tugas makalah ini yang berjudul “Mencari Bahan dan Rencana Liputan”. Khususnya kepada bapak Imam Khalid S.Sos. M.I.kom selaku pengampu mata kuliah Teknik Peliputan  dan juga sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Merupakan suatu harapan pula, semoga dengan terselesaikannya makalah ini, pembaca bisa bersemangat dan termotivasi lagi untuk mengenal lebih jauh Penulis juga berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat tercatat dan bisa menjadi motivator bagi penulis untuk menyusun makalah lain yang lebih baik dan bermanfaat. Aamiin.
                                                Kuala Tungkal   April 2020

DAFTAR ISI




BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Di Indonesia saat ini, dunia pers menyajikan pekerjaan jurnalistik yang menantang kepada genarasi muda yang terampil dan ulet. Keterampilan juranlistik harus terasa dan diasah sehingga menjadi wartawaan yang professional, wartawan yang mempunyai wawasan, wartawan yang mempunyai kepribadian, dan wartawan yang mempunyai keahlian. Wartawan Indonesia harus menyadari perannya dalam memajukan kehidupan bangsa dan Negara, bukan mengacaukan bangsa, bukan mengamankan pengacau bangsa, buakn membiarkan ketak beraturan penyelenggaraan bangsa dan Negara.
Wartawan Indonesia sebaiknya menyadari perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Fred S. Siebert-Theodore Peterson dan Wilbur Scramm pernah mengemukakan 4 teori pers dunia. Pertama, teori pers otoritarian yang tujuan utamanya pers adalah mendukung dan memajukan kebijakan pemerintah yang berkuasa dan mengabdi kepada Negara. Kedua, teori pers libertarian yang tujuan utamanya adalah member informasi, menghibur, berjualan, tetapi terutama untuk membantu menemukan kebenaran. Ketiga, teori pers tanggung jawab social yang tujuan utamanya adalah member informasi, menghibur dan berjualan tetapi terutama untuk mengangkat konflik sampai tingkatan diskusi. Keempat, teori pers sofiet-komonis yang tujuan utamanya adalah member sumbangan bagi keberhasilan dan  kelanjutan system sosialis sofiet dan terutama bagi keditaktoran partai.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Mencari bahan berita ?
2.      Bagaimana Rencana Liputan ?

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Mencari Bahan Berita

1.     Bahan Berita

Bagi wartawan pemula akan muncul pertanyaan, apa saja bahan – bahan berita itu ? M. Eko Supriyono (1990:10) mengemukakan beberapa bahan berita yang menarik dan layak untuk dijadikan berita, yaitu :[1]
a.       Kejadian yang tidak terduga timbulnya
Bahan ini pada umumnya berbentuk kejadian alam, kecelakaan yang waktu terjadinya tidak dapat ditentukan dan tidak direncanakan. Bencana alam adalah peristiwa yang tidak mungkin bisa direncanakan dan ditentukan waktunya oleh manusia. Bencana alam ini adalah bahan yang menarik untuk dijadikan berita karena perlu dan penting diketahui oleh masyarakat.
Bantuk lain bahan berita yang berupa kejadian yang tidak terduga timbulnya adalah kecelakan. Selain tindakan kriminal dapat pula digolongkan sebagai bahan berita berupa kejadian yang tidak terduga timbulnya.
b.       Kasus – kasus kehidupan
Bentuk–bentuk bahan kasus, misalnya ketidak beresan suatu proyek, pejabat melakukan korupsi, pelayanan buruk lembaga pemerintah terhadap masyarakat, pencemaran lingkungan hidup, serta isu–isu yang meresahkan masyarakat. Hal–hal seperti ini sangat menarik untuk dijadikan berita.
c.       Pendapat cendikiawan
Pendapat cendikiawan, pakar, ahli merupakan bahan berita yang dapat dijadikan berita menarik oleh wartawan. Bahan berita seperti ini tidak dapat dilihat secara fisik karena berada dalam pikiran para pakar, ahli, dan cendikiawan itu. Misalnya, pendapat ahli kesehatan tentang

adanya anak–anak senang mengisap lem “aico aibon”, pendapat pakar ekonomi tentang menurunnya nilai mata uang rupiah, pendapat pengamat politik tentang perkembangan pemilu di Indonesia, dan masih banyak lagi.
d.      Kegiatan diskusi, seminar, lokakarya, peresmian, pelantikan, dan sabagainya
Diskusi, lokakarya, peresmian, pelantikan, dan sebagainya, dapat dijadikan berita.Namun belum tentu menjadi berita yang menarik perhatian pembaca, jika wartawannya tidak tepat menyajikannya. Ketepatan pemilihan persoalan yang diangkat dari kegiatan seminar, lokakarya, dan sebagainya, sangat menentukan keberhasilan berita tersebut. Jika tidak tepat, berita itu akan menjadi berita yang tidak layak muat dan tidak dibaca orang.
e.       Persoalan–persoalan hidup yang human interes
Persoalan hidup yang memiliki daya tarik manusiawi adalah bahan–bahan yang sangat tepat dijadikan berita menarik. Bahan–bahan berita ini merupakan persoalan yang mampu menyentuh lubuk hati sanubari manusia. Bahan–bahan berita ini mungkin terdapat disamping rumah wartawan, mungkin sedang dialami oleh teman dekat wartawan, atau mungkin pula berada didaerah lain yang mengharuskan wartawan pergi ketempat tersebut.

2.     Sumber dan Bahan Berita

Kerja wartwan yang paling banyak dan paling berat sebenarnya bukanlkah terletak pad penyusunan berita, akan tetapi dalam hal pengumpulan data dan fakta. Wartwan harus menggali data-data dan fakta-fakta dan mengumpulkannya sebagai modal dasar untuk menjadi berita. Seorang harus mengetahui sumber-sumber yang mampu menghasilkan data dan fakta. Jika wartwan sudah mengetahui sumber bahan berita, maka proses pengumpulan data dan fakta akan berlangsung dengan mudah sewaktu berada dilapangan, wartawan tidak akan ragu lagi dari siapa data-data dan fakta itu diperoleh, selain data yang dilihat wartawan sendiri. Setidaknya ada tiga sumber bahan berita seperti yang diungkapkan M. Eko Supriyono, Dkk (1990:10), yaitu:[2]
a.       Pengamatan langsung wartawan
Pengamatan langsung wartawan terhadap suatu peristiwa merupakan salah satu sumber bahan berita yang mampu menghasilkan data/fakta. Data dan fakta suatu peristiwa yang akan dijadikan berita dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya oleh wartawan melalui pengamatan langsung. Walaupun wartwan langsung mengamati suatu kejadian, kadangkala wartawan juga bisa terjerumus pada data atau fakta yang tidak akurat. Pengamatan langsung wartwan dalam mengumpulkan data memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini biasanya disebabkan oleh kurang telitinya wartawan melihat kejadian.
Untuk membuat berita yang menarik, akurat, dan benar, wartawan selalu dituntut terjun ketempat kejadian. Pengamatan langsung wartawan kepada suatu kejadian akan menghasilkan data dan fakta mendekati kebenaran. Melalui pengamatan langsung, wartwan dituntut untuk bekerja dengan teliti, jeli, dan tepat dalam mengumpulkan data dan fakta.
b.      Informasi lisan
Karena pengamatan langsung masih memiliki kekurangan dalam hal mengumpulkan bahan-bahan berita, wartwa perlu melengkapai data dan fakta melalui sumber lain. Infoprmasi secara lisan dari orang yang memiliki keterkaitan langsung dengan peristiwa/kejadian merupakan sumber untuk memperoleh data dan fakta secara lengkap. Wartwan perlu menanyakan data dan fakta yang diperlukan kepada orang yang memiiliki keterkaitan langsung dengan peristiwa/ kejadian, atau kepada orang yang mengetahui betul atau terlibat dalam peristiwa/kejadian tersebut.
c.       Informasi tertulis
Sumber bahan berita selain pengamatan langsung dan informasi lisan adalah dengan melalui sumber informasi tertulis. Informasi tertulis itu adalah sumber abahan berita yang akan melengkapi data dan fakta suatu kejadian. Informasi tertulis, bisa berupa surat kepetusan, surat tugas, data-data tertulis, siaran pers, surat penghargaan, dan sebagiannya yang berkaitan dengan peristiwa. Informasi tertulis seperti ini biasanya dpat diperoleh dari orang-orang yang berwenang pada kejadian tersebut.

3.     Persyaratan bangunan berita

Secara fisik, berita yang dibaut oleh wartawan sebenarnya dapat diibaratkan dengan sebuah bangunan yang memiliki persyaratan-persyaratan tertentu. Sebuah berita yang dibuat wartawan perlu memiliki persyaratan tertentu agar termasuk dalam berita yang baik. Menurut A. Pasnisata (1992:2) ada beberapa persyaratan bangunan berita, yaitu:[3]
a.       Persyaratan teknis
Sebuah berita yang dapat dikategorikan layak muat dan mampu menari perhatian pembaca adalah bila berita yang dibuat wartawan memenuhi persyaratan teknis bangunan berita. Secara teknis, sebuah berita harus memenuhi persyaratan yang dikenal dengan rumus 5W+1H.
Bagaimana kalau data jawaban dari 6 pertanyaan itu tidak lengkap? Jika hal itu terjadi, maka berita itu bisa membingungkan pembaca karena ada data-data yang tersaji dengan sempurna. Misalnya, jika setelah membaca berita, pembaca akan mengajukan pertanyaan, terhadap unsur berita yang kurang itu.
b.      Persyaratan materi
Sebuah berita, selai harus memenuhi persyaratan teknis,  juga harus memenuhi persyaratan materi. Sebuah berita dari sudut materi harus memenuhi kebenaran dan kelengkapan fakta. Berita harus menyajikan fakta/data yang benar. Selain itu, berita juga diharuskan menyajikan fakta-fakta secara lengkap.
Selain kebenaran fakta, wartawan dituntut untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin atau lengkap. Sangat berbahaya, kalau pendapat narasumber disajikan sepotong-sepotong. Data yang lengkap tidak harus data yang banyak. Data yang lengkap bisa berarti data-data yang padat dan singkat. Sehubungan dengan ini, Yurnaldi (1992:21) menjelaskan bahwa berita hasrus mengandung data-data yang factual, actual, dan akurat.
c.       Persyaratan bentuk
Berita yang baik selain memenuhi persyaratan teknis 5W+1H dan memenuhi persyaratan materi yang benar dan lengkap, harus memenuhi persyaratan bentuk. Dari sisi ini, berita harus memiliki bentuk yang paling umum dikenal wartawan dengan bentuk piramida terbalik selain bentuk lain.
Dalam kegiatan jurnalistik, terutama dalam dunia surat kabar, bentuk berita dapat dibedakan dalam 4 bentuk, yakni: berita yang berbentuk piramida, berita yang berbentuk piramida terbalik, dan berita berbentuk parallel.
Berita yang terbentuk piramida dimaksudkan layaknya sebuah piramida yang berarti kokh dari bawah dan semakin keatas semakin runcing. Artinya, pada bagian atas yang kecil itu penunjukan tidak banyak informasi yang penting, kemudian dilanjutkan pada bagian bawah yang melebar menunjukkan informasi-informasi yang semakin penting.
Adapun berita terbentuk piramida terbalik adalah lawan dari bentuk berita piramida tadi. Piramida terbalik adalah bentuk berita yang paling umum digunakan para wartawan. Paragraph pertama adalah paragraph yang mengandung informasi paling penting dan berurut kepada paling bawah membuat infor yang semakin kurang penting. Bentuk piramida terbalik ini adalah bagian atas paling lebar dan semakin kebawah semakin runcing.
Adapula berita yang memiliki bentu parallel. Bentuk parallel ini dapat digambarkan dengan kotak yang sama besarnya dari atas sampai bawah. Kotak yang terbentuk parallel ini dapat diartikan bahwa mulai dari paragraph awal samapi paragraph akhir, sebuah berita hamper memiliki nilai informasi yang relative sama pentingya.

4.     Nilai Berita

menyebut nilai berita dengan kelayakan berita. Menurutnya, secara umum realita yang layak dijadikan informasi harus mengandung satu atau lebih unsur kelayakan, yaitu :
a.       Penting yaitu realitas yang bisa mempengaruhi orang banyak
b.      Besar yaitu realitas yang mengandung angka–angka (jumlah/ukuran) yang bermakna bagi pembaca
c.       Waktu yakni realitas yang menyangkut sesuatu yang baru terjadi/baru ditemukan
d.      Dekat yakni relitas yang terdapat/terjadi dengan pembaca baik secara geografis maupun emosional
e.       Tenar yaitu realitas yang menyangkut orang – orang atau sesuatu yang terkenal atau dikenal pembaca
f.       Manusiawi yaitu realitas yang dapat memberikan sentuhan pada perasaan hatu/emosi pembaca.
Pendapat diatas dapat disimpulkan untuk menentukan suatu peristiwa/kegiatan, perlu diyakini bahwa peristiwa/kegiatan itu memiliki nilai berita. Berdasarkan pendapat diatas, aspek penentu nilai berita itu adalah aspek waktu, aspek jarak, aspek penting/ternama, aspek akibat/dampak, aspek keluarbiasaan, aspek pertentangan/komplek, aspek kemajuan/kebaruan, dan aspek human interes.[4]

B.     Rencana Liputan[5]

1.      Bentuk berita

Editor dan reporter –yang kadang terpisah ribuan kilometer- harus satu suara tentang perlakuan terhadap berita yang akan diangkat.Editor atau produser biasanya sudah memiliki gambaran tentang bentuk berita yang nantinya akan dimasukkan ke dalam program mereka.
Mungkin berita itu nantinya berbentuk wawancara antara reporter di lapangan dan penyiar di studio (biasa disebut two-way), laporan yang dilengkapi dengan beberapa clip audio, atau paket lengkap dengan banyak clip.
Apa pun bentuk laporan yang akhirnya disetujui, reporter harus memahami alasan keputusan editor meminta bentuk tertentu atas berita yang tengah disiapkan. Tentu saja reporter selalu bisa memberikan saran. Jadi, kesuksesan menyajikan berita kepada audiensi tergantung dengan komunikasi dan kesepakatan kedua pihak, reporter dan editor.

2.      Panjang laporan

Berapa panjang berita yang akan dikirim atau disiarkan? Harap diingat berita ini akan menjadi bagian atau salah satu bahan dari suatu program, jadi tentu saja harus ada batasan. Untuk program berita di BBC, panjang laporan biasanya sekitar dua menit.
Itu berarti tidak akan ada gunanya atau hanya akan membuang-buang waktu bila reporter datang ke kantor atau mengirim paket dengan panjang 10 menit. Pertimbangkan juga waktu penyiaran, apakah akan disiarkan nanti malam, akhir pekan ini, atau pekan depan. Di mana berita ini akan ditaruh? Di bagian depan atau di bagian berita ringan? Reporter harus tahu, karena ini menentukan pendekatan atau  gaya penyusunan berita. Apakah laporan ini berdiri sendiri atau bagian dari laporan lain yang lebih panjang? Semua ini harus diputuskan dan disepakati antara reporter dan editor.

3.      Reporter harus pahami berita

Reporter harus menguasai berita yang diusulkan untuk masuk program. Ia harus bisa menjelaskan konteks dan apa pentingnya berita tersebut.Pengetahuan editor atau produser tentang suatu berita kadang tidak semendalam pemahaman reporter. Jadi, reporter bila perlu menjelaskan secara rinci dan meyakinkan jika editor menganggap satu berita tidak penting, sementara kenyataannya penting.
Menyepakati berita atau laporan yang akan disusun adalah proses yang melibatkan dua pihak, editor dan reporter, dan prosesnya harus berjalan ‘sesehat’ mungkin. Editor atau produser yang keras kepala, yang tidak mengindahkan masukan atau pendapat reporter, biasanya akan kecolongan berita.

4.      Pendapat atau pandangan reporter

Produser atau editor mungkin sudah punya bayangan tentang bentuk laporan atau berita, namun reporter juga punya peran yang tak kalah penting dalam proses kreatif ini.Reporter di lapangan bisa mengusulkan tentang unsur-unsur apa saja dari lapangan yang bisa membuat berita atau laporan lebih hidup atau lebih menarik.

5.      Batasan atau kendala

Reporter harus realistis tentang berita yang akan digarap, berapa lama waktu yang diperlukan, dan juga memahami faktor keselamatan. Kadang reporter menghadapi masalah, misalnya terkait dengan alat atau piranti lain yang dipakai untuk mengirim berita. Bila terjadi gangguan teknis yang membuat laporan tidak sampai tepat waktu:
  • Produser atau editor harus sabar
  • Reporter di lapangan punya rencana cadangan.
“Jika telepon satelit mengalami gangguan, kita harus segera memutuskan apa yang akan kita lakukan. Jika itu terjadi, kualitas audio yang dikirim tidak sebaik yang diharapkan. Jadi, produser harus menyadari tak ada gunanya berteriak di telepon dan bertanya di mana posisi reporter.”

6.      Rencana cadangan

Bahkan rencana terbaik pun bisa berantakan. Di sinilah perlunya rencana cadangan. Jika misalnya reporter tidak bisa tiba di lokasi liputan tepat waktu, apakah dimungkinkan untuk melakukan wawancara dengan reporter tersebut (two way)? Wawancara dengan reporter di lapangan bisa menjadi pertimbangan daripada tidak ada kiriman berita sama sekali dari lapangan. Jadi, kalau reporter dikirim untuk meliput ambruknya jembatan terlambat tiba di lokasi dan belum sempat melakukan beberapa wawancara, sementara berita akan segera disiarkan, ia bisa ditanya tentang apa yang ia saksikan (laporan pandangan mata). Tentu saja, di siaran berikutnya reporter ini bisa mengirim paket laporan yang lebih lengkap.

7.      Biro

BBC memiliki biro di seluruh dunia. Kantor-kantor ini punya komisioner (biasa disebut Core Commissioners), yaitu produser yang bertugas merencanakan berita atas nama editor yang ada di London. Biro-biro ini akan memastikan reporter memahami permintaan dari London dan editor menghargai dan mengetahui keterbatasan yang dihadapi reporter.Keterlibatan ‘perantara’ ini membuat komunikasi yang jelas menjadi semakin penting.

8.      Komisioner

Komisioner dituntut bisa bekerja dengan rapi, sama rapinya dengan tim produksi di London. Mungkin mereka dituntut lebih rapi.Komisioner di Nairobi, Delhi, atau Miami misalnya, harus memastikan serah terima editorial berlangsung lancar sebelum mengakhiri tugas dan menyerahkan tanggung jawab kepada komisioner berikutnya. Sukses tidaknya perencanaan dan penyusunan berita bisa tergantung dengan apakah komisioner bisa berkomunikasi secara efektif dengan editor, reporter, dan orang yang bertanggung jawab di biro regional. Tidak boleh ada unsur yang lemah di mata rantai komunikasi ini.

9.      Fleksibel

Ingat, (sebagai editor) Anda secara fisik tidak berada di lokasi tempat kejadian.Yang berada di sana adalah reporter, jadi idealnya ada masukan atau titik temu antara Anda dan reporter.Sebagai editor Anda bertanggung jawab atas keseluruhan isi program. Anda akan mengambil keputusan-keputusan tertentu, tapi juga harus mempertimbangkan apa yang dikatakan reporter. Kadang akan ada ketegangan dan gesekan dalam proses merencanakan dan menyusun berita, tapi ingat bahwa baik editor maupun reporter sama-sama punya tujuan yang sama, yaitu sebisa mungkin memberikan laporan terbaik untuk audiensi. Kata kunci untuk mewujudkan tujuan itu adalah dialog.



BAB II

PENUTUP

A.    Simpulan

Berita adalah cerita atau laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang faktual yang baru dan luar biasa sifatnya. Seorang wartawan haruslah bisa memenuhi unsur berita apabila ingin membuat berita itu lebih baik dan fakta. Dalam pengumpulan data dan fakta ada beberapa cara yang dilakikan oleh seorang wartwan, yaitu: dengan cara langsung terjun kelapangan, mendapatkan informasi secara lisan dan tertulis, dan mengumpulkan beberapa data dan dokumen yang bersangkutan dengan hal berita yang dimuat oleh seorang watawan.

B.     Saran

Maka dengan  demikian, apabila kita akan menjadi seorang wartawan yang handal dan profesional, lakukanlah prose pembuatan berita tersebut sesuai dengan aturan/etika yang tertera pada undang-undang tentang kewartawanan.



DAFTAR PUSTAKA


Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, (Bandung: PT Remaja Ruda Karya Offset, 2008), cet. III,

Ermanto. 2005. Menjadi wartawan handal dan professional. Yogyakarta: cinta pena

https://pingkiweibe.wordpress.com/2018/01/05/teknik-mencari-dan-meliput-berita diakses pada tanggal 12 April n2020

https://www.bbc.co.uk/academy/id/articles/art20140326160912700

Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita. (Surabaya: Papyrus, 2003),



[1] https://pingkiweibe.wordpress.com/2018/01/05/teknik-mencari-dan-meliput-berita diakses pada tanggal 12 April n2020
[2] Ermanto. 2005. Menjadi wartawan handal dan professional. Yogyakarta: cinta pena hlm 78
[3] https://www.bbc.co.uk/academy/id/articles/art20140326160912700 hlm 98
[4] Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita. (Surabaya: Papyrus, 2003), hlm. 6
[5] Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, (Bandung: PT Remaja Ruda Karya Offset, 2008), cet. III, hlm. 21-22

No comments:

Post a Comment