https://kasirpintar.co.id/register?r=0MEF6
PENJUALAN
HARGA KELAPA SAAT PANDEMI COVID-19
DI TANJUNG
JABUNG BARAT
Dea
Ariyani Putri
Nim : 19.23.727
STAI An-Nadwah Kuala Tungkal, Jambi, Indonesia
Abstrak
: Pandemi COVID-19 memberikan implikasi ekonomi, sosial, dan politik tidak
saja negara-negara besar akan tetapi hamper seluruh negara di dunia. Rasanya
tidak ada satu negarapun yang tidak terdampak pandemic COVID-19 saat ini.
Indonesia adalah salah satu negara yang terdampak terutama pada sisi ekonomi.
Indonesia yang didominasi oleh Usaha Mikro, kecil, dan Menengah (UMKM) perlu
memberikan perhatian khusus terhadap sektor ini karena kontribusi UMKM terhadap
pereknomian nasional yang cukup besar. Tulisan pendek ini mencoba untuk
menganalisa dampak pandemi COVID-19 terhadap eksistensi UMKM di Indonesia dan
bagaimana solusi darurat dalam membantu UMKM bertahan dalam situasi pandemi
COVID-19. Sumber host diduga berasal dari hewan terutama kelelawar, dan vektor
lain seperti tikus bambu, unta dan musang. Gejala umum berupa demam, batuk dan
sulit bernapas. Kemudian Harga pinang mengalami kenaikan hingga dua kali lipat
dalam lima bulan terakhir. Kenaikan dipicu oleh menurunnya hasil panen,
sementara permintaan dari India terus meningkat. Meskipun para petani sedang
mengalami masa-masa sulit disebabkan karena pinang sedang musim trek.
Kata Kunci : Pandemi, Covid, dan UMKM
A.
Pendahuluan
Latar belakang virus Corona
atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru
misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan
Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang
tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.
Kasus infeksi pneumonia
misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan tersebut. Virus Corona
atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia
hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia
kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia
hingga menjadi penyakit radang paru.
Sebelum COVID-19
mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS, yang juga berkaitan
dengan virus Corona.
Dengan latar belakang tersebut, virus Corona bukan kali ini saja membuat warga
dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang
cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ.
B.
Pembahasan
1. Pengertian Covid-19
Coronavirus
atau virus corona merupakan
keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan
hingga sedang, seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini,
setidaknya satu kali dalam hidupnya.
Namun,
beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius,
seperti:
c. Pneumonia.
SARS
yang muncul pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke beberapa negara lain.
Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Inggris, Italia,
Swedia, Swiss, Rusia, hingga Amerika Serikat. Epidemi SARS yang berakhir hingga
pertengahan 2003 itu menjangkiti 8.098 orang di berbagai negara. Setidaknya 774
orang mesti kehilangan nyawa akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat
tersebut.
Sampai
saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi, yaitu:
a. HCoV-229E.
b. HCoV-OC43.
c. HCoV-NL63.
d. HCoV-HKU1.
g. COVID-19 atau
dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan wabah pneumonia di kota
Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, dan menyebar ke negara lainnya mulai
Januari 2020. Indonesia sendiri mengumumkan adanya kasus covid 19 dari Maret
2020
2. Gejala Infeksi
Coronavirus
Virus corona bisa
menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang muncul ini bergantung
pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa serius infeksi yang
terjadi. Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang ringan:
a. Hidung beringus.
b. Sakit kepala.
c. Batuk.
d. Sakit tenggorokan.
e. Demam.
f. Merasa tidak enak badan.
Hal
yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan
gejala yang parah. Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia
(disebabkan oleh COVID-19), yang mengakibatkan gejala seperti:
a.
Demam
yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia.
b.
Batuk
dengan lendir.
c.
Sesak
napas.
d.
Nyeri
dada atau sesak saat bernapas dan batuk.
Infeksi
bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu. Contohnya, orang
dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang
lemah, bayi, dan lansia.[1]
3. Penjualan
Harga Pinang Saat Pandemi Covid-19 Di Tanjung jabung Barat
Harga pinang
mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dalam lima bulan terakhir. Kenaikan
dipicu oleh menurunnya hasil panen, sementara permintaan dari India terus
meningkat. Harga biji pinang kering di tingkat petani sekarang ini Rp 6.000- Rp
7.000 per kilogram, atau naik dibandingkan dengan lima bulan sebelumnya yang
masih Rp 3.000-Rp 3.500 per kilogram.
”Harganya
memang naik terus sejak tahun lalu,” kata Saniyah, petani pinang di Desa Sungai
Saren, Kecamatan Bram Itam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, Jumat
(11/2). Meski harga pinang sedang tinggi, lanjut Saniyah, keuntungan petani
tidak signifikan. Pasalnya, tanaman sedang mengalami masa trak (masa di mana
buah berkurang) sehingga hasil panen menurun. Biasanya, kata Saiyah, dia bisa
memanen sekitar dua kuintal buah pinang setiap dua minggu. Namun, hasil panen
saat ini menurun hampir setengahnya.
Hasil panen
biasanya dijemur di pinggir jalan, kemudian kulitnya dikupas sebelum bijinya
dijual ke pengepul. Dari pengepul, biji pinang lalu dibawa ke gudang pengolahan
sebelum diekspor ke India.
Dalam lima
tahun terakhir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah mengekspor pinang secara
langsung ke India. Salah seorang eksportir pinang, Jamal Darmawan, mengatakan,
harga pinang terus melambung sejak ekspor berhasil dilakukan. Kondisi ini jauh
berbeda dengan sebelumnya, saat ekspor dilakukan melalui Singapura setelah
ditampung oleh pengepul di Medan dan Padang. ”Dulu harga pinang hanya sekitar
Rp 2.000 per kilogram. Sekarang bisa Rp 8.000 per kilogram,” tuturnya.[2]
Petani komoditi pinang di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat sedang mengalami masa-masa sulit.
Pasalnya di saat harga sedang
tinggi di tingkatan pengepul harga naik sampai Rp12.000 per kg. Apesnya, tandan
buah segar (TBS) pinang memasuki musim trek.
Kondisi ini membuat para
petani pinang kesulitan ekonomi dengan menipisnya hasil Panen.
"Rata-rata dari luasan
sehektare panen satu hingga ton, sekarang cuma bisa panen sisa sebanyak 20
sampai 30 kg sekali panen per hektare," ungkap Rohim petani pinang di
Sungai Gebar, Kuala Betara, Tanjab Barat, Kamis.
Dampak dari minimnya hasil
panen membuat petani pinang di Tanjabbar mesti putar otak mengatasi kesulitan
ekonomi dengan cara mencari pinjaman uang ke tengkulak sementara menunggu
berakhirnya musim trek.
"Musim trek seperti ini
biasanya bisa sampai dua bulan ke depan. Jadi terpaksa ngutang dulu ke Bos
tengkulak biar agak bernapas," timpal petani lainnya, Slamet mengakali
kebutuhan dapurnya.
Hal ini diakui salah satu
pengepul pinang, Amat, ia mengatakan dirinya terpaksa memberi pinjaman ke petani,
karena pertimbangan rerata petani yang ngutang merupakan pelanggan lama.
"Kalau pas lagi masuk
musim trek ya kita harus ada toleransi. Hampir rata-rata ngutang untuk
kebutuhan belanja sehari-hari. Nanti bayarnya dicicil pas panen
berikutnya," ujar Amat. "Kalau saya sih gak masalah yang penting
saling pengertian. Solanya pelanggan sudah seperti keluarga sendiri,"
pungkasnya. (Henky)[3]
C.
Penutup
Coronavirus
atau virus corona merupakan
keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan
hingga sedang, seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini,
setidaknya satu kali dalam hidupnya. Berikut beberapa gejala virus corona yang
terbilang ringan: Hidung beringus, Sakit kepala, Batuk, Sakit tenggorokan,
Demam, Merasa tidak enak badan.
Harga pinang
mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dalam lima bulan terakhir. Kenaikan
dipicu oleh menurunnya hasil panen, sementara permintaan dari India terus
meningkat. Harga biji pinang kering di tingkat petani sekarang ini Rp 6.000- Rp
7.000 per kilogram, atau naik dibandingkan dengan lima bulan sebelumnya yang
masih Rp 3.000-Rp 3.500 per kilogram.
Daftar Pustaka
https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus
Diakses pada tanggal 04 Juni 2020
https://nasional.kompas.com/read/2011/02/12/04093286/about.html
Diakses pada tanggal 04 juni 2020
https://jamberita.com/read/2019/08/22/5952600/masuki-musim-trek-petani-pinang-di-tanjabbar-terpaksa-utang-ke-pengepul
Diakses pada tanggal 04 Juni 2020
[2] https://nasional.kompas.com/read/2011/02/12/04093286/about.html Diakses pada tanggal 04 juni 2020
[3] https://jamberita.com/read/2019/08/22/5952600/masuki-musim-trek-petani-pinang-di-tanjabbar-terpaksa-utang-ke-pengepul Diakses pada tanggal 04 Juni 2020
No comments:
Post a Comment