MAKALAH
“AQIDAH AKHLAK”
Tentang:
“Kisah Orang –
Orang yang Disebut Dalam Al – Qur’an”
Dosen
Pengampu : Muhammad, S.Pd.I., M.Pd.I
Disusun oleh
:
Kelompok V
Saypullah ansyari 19.11.2528
Saini 19.11.2524
M. Ehsan 19.11.2470
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puji
dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya juga bersyukur
atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari internet dan perpustakaan.
Kami telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan berbagaimacam bahan
tentang “Kisah yang Orang – Orang Disebut Dalam Al – Qur’an”
Kami sadar
bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca.
Demikianlah
makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf
yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalam
Kuala
tungkal, Mei 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ........................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah
................................................................................... 2
C.
Tujuan Pembahasan.................................................................................. 2
BAB II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kisah Al –
Qur’an................................................................... 2
B.
Kisah Orang Terpilih Dalam Al – Qur’an
Perspektif Filosofis................. 3
C.
Karakteristik
Kisah – Kisah Dalam Al – Qur’an....................................... 6
BAB III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................................... 8
B.
Saran ......................................................................................................... 8
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Quran banyak menyebutkan cerita-cerita atau kisah-kisah tentang keadaan
umat-umat masa silam, yang sengaja dikemukakan untuk memberikan pelajaran dan
menampilkan peran pendidikan bagi pembacanya atau orang yang mendengarnya. Ciri
khas cerita-cerita al Quran itu adalah ia selalu bersifat benar adanya,
kejadian yang sesungguhnya, begitu pula isi yang terkandung di dalamnya serta
pemusatan pada tujuan yang diinginkan dari cerita tersebut.
Cerita-cerita
al Quran itu mempunyai tujuan pendidikan, yaitu membentuk individu-individu
atau masyarakat manusia dengan nilai keislaman. Ia mendidik manusia untuk
semata-mata beriman kepada Allah SWT dan rela terhadap qadha dan qadar-Nya. Ia
juga menyediakan bagi orang-orang yang membaca dan mendengarnya dengan sejumlah
pengetahuan dan hakikat-hakikat yang mengandung pelajaran dalam pelajaran hidup
mereka dan dalam pergaulan dengan orang lain. Dengan demikian setiap pribadi
akan menjalankan perannya secara baik dalam masyarakat yang baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian kisah Al – Qur’an ?
2.
Apa kisah orang terpilih dalam al
quran perspektif filosofis ?
3. Apa karakteristik
kisah – kisah dalam Al – Qur’an ?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui pengertian kisah Al –
Qur’an.
2.
Untuk mengetahui kisah orang terpilih
dalam Al – Qur’an perspektif filosofis.
3.
Untuk karakteristik kisah – kisah dalam
Al – Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kisah Al - Qur’an
Kata
kisah berasal dari bahasa Arab Qisṣah. Menurut
Ibnu Zakaria setiap
kata yang terdiri
dari qaf, ṣad yang
ber- tasydid menunjukkan pada sesuatu yang berulang. Sedangkan al qisṣah
adalah sesuatu yang diulang penyebutannya. Senada dengan pendapat
tersebut, menurut al Asfahani al Qasṣu berarti mengikuti
jejak. Sedangkan qaṣah adalah pemberitaan yang berulang- ulang. Berdasarkan pendapat
tersebut, dapat dirumuskan definisi kisah, yaitu pengungkapan ulang terhadap
suatu peristiwa di masa lampau.[1]
Kisah dalam al Quran jika ditinjau
dari pelakunya dapat terbagi menjadi tiga; kisah tentang para rasul yang memuat
dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang ada pada mereka, sikap
para penentang, perkembangan dakwah dan akibat-akibat yang diterima orang-orang
yang mendustakan para Nabi. Lalu, kisah yang berkaitan dengan kejadian-kejadian
umat-umat terdahulu dan tentang orang-orang yang tidak dapat dipastikan
kenabiannya, seperti kisah Thalut, Jalut, dua putra Adam, Ashahab al-Kahfi,
Zulqarnain, Ashabul Ukhdud, dan sebagainya. Kemudian, kisah yang berkaitan
dengan nabi Muhammad dan sahabatnya terkait peristiwa yang terjadi di zaman
Rasulullah seperti perang badar, uhud, tabuk dan lain sebagainya.
Ditinjau
dari segi materi, dalam kisah al Quran terdapat
hal-hal berikut:[2]
a. Pelaku (al Askhash), dalam kisah al Quran, pelaku dari kisah tidak hanya
manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-hud.
b. Peristiwa (al Haditsah), unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam
suatu cerita, sebab tidak mungkin,
ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya.
c. Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak
pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa dan sebagainya. Isi percakapan dalam Al Quran pada umumnya adalah
soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan manusia, keesaan Allah,
pendidikan dan sebagainya. Dalam hal ini Al Quran menempuh model percakapan langsung.
B.
Kisah Orang Terpilih Dalam Al Quran Perspektif Filosofis
Kisah
dalam al Quran yang menyebutkan tentang manusia, berdasarkan perilakunya dapat
dibagi menjadi dua; orang shalih dan orang yang durhaka. Sedangkan kisah
manusia shalih dapat dibagi menjadi dua; manusia yang disepakati oleh ulama
sebagai Nabi, dan manusia yang berada dalam tingkatan hamba Allah yang sangat
taat. Kisah al Quran tentang manusia yang setingkat Nabi, ada yang ceritanya
disebutkan secara lengkap, dan ada yang tidak disebutkan secara lengkap. Adapun
contoh kisah nabi yang disebutkan oleh al Quran, sebagai berikut :[3]
1.
Kisah Nabi Hud dan Kaum `Ad
Sebelum datangnya Islam, orang-orang Arab telah mempunyai pengetahuan tentang kerasulan (profetologi) walaupun proses kejadiannya dan periode pembentukannya tidak diketahui, yang
memuat kronologi nabi-nabi yang berbeda dari tradisi Perjanjian Lama. Kecuali
Nabi Nuh, ia menempatkan Nabi Saleh dari suku Tsamud dan nabi Hud dari suku 'Ad
lebih tua dari semua nabi di dalam
tradisi Perjanjian Lama, dan bahkan kedua suku tersebut dinamakan "al Arab al Ariba" (orang-orang Arab
yang paling sedia kala) sehingga sangat wajar jika kedua nama nabi tersebut
sering muncul dalam puisi Arab pra Islam.
Kaum 'Ad adalah suku zaman lampau yang mana
orangnya mempunyai struktur badan tinggi besar dan kuat (Q.S al A'raf 69),
membangun gedung di tempat yang tinggi-tinggi, membuat benteng pertahanan dan
apabila menyiksa sebagai orang yang kejam lagi bengis (Q.S. As Syuara 128-130).
Nabi
Hud diutus oleh Allah kepada kaum 'Ad, tapi
mereka mengingkarinya dan bahkan mereka mengatakan bahwa agama tidak lain
adalah kebiasaan orang terdahulu sehingga tak mungkin kaum Ad di adzab (Q.S. Asy Syu'ara 137-138)
maka sangat wajar jika mereka dimusnahkan oleh angin badai selama tujuh malam
dan menyapu bersih segala yang ada kecuali bangunan-bangunan.
2.
Kisah Nabi Saleh dan Kaum Tsamud
Tsamud
adalah satu bangsa di Arabia Kuno, mereka disebut dalam prasasti Sargon, di
Ptolemy, di Pliny dan tulisan klasik lainnya seperti dalam puisi Arab Pra
Islam. la telah mengadakan hubungan dengan Arabia Timur Laut terutama dengan al Hijr (Madyan). la telah mengebor batu
karang di dalam wadi/lembah (Q.S. al Fajr 9),
mereka telah membangun istana di tanah yang datar, memahat gunung untuk
dijadikan rumah (Q.S. al A'raf 74). Nabi Saleh, salah seorang dari mereka
diutus kepadanya, namun mereka mengingkari dan bahkan meminta bukti kejelasan
bahwa Nabi Saleh sebagai utusan Tuhan, sebagai bukti kebenaran pesannya
tiba-tiba muncul seekor unta betina beserta anak unta namun malah dibunuh oleh
kaum Tsamud (Q.S. Huud 64-65, al A'raf 77) oleh karena itu Allah hancurkan kaum
itu dengan gempa bumi yang dahsyat (Q.S. al A'raf 78), dengan sambaran petir
(Q.S. Fushilat 17, ad Dzariyat 44) dengan suara keras yang mengguntur (Q.S al
Qamar 31).[4]
3.
Kisah Nabi Sulaiman dan Kaum Saba'
Kaum
Saba' diinformasikan oleh al Quran sebagai kaum yang diberikan Allah dua kebun
yang sangat subur (Q.S. Saba' 15) dan diberikan negeri yang berdekatan agar
dapat melakukan perjalanan siang dan malam, sekarang adalah
negeri Syam dan
Yaman (Q.S. Saba'
18). Belum ditemukan oleh penulis bahwa nabi Sulaiman diutus oleh Allah
kepada kaum Saba' tapi hanya ditemukan proses komunikasi antara nabi Sulaiman
dengan Ratu Saba' ( yang dalam beberapa tafsir diidentifikasi sebagai ratu
Balqis) melalui Surat yang isinya agar meninggalkan menyembah matahari dan
menuju berserah diri kepada Allah (Q.S. an Naml 27-44). Karena berpalingnya
kaum Saba' kepada anugerah Allah yang telah diberikan kepadanya maka di
datangkan kepadanya banjir dan runtuhnya bendungan Ma'arib yang merusak
kesuburan kebun. mereka (Q.S. Saba' 16).
4.
Kisah Nabi Nuh
Dalam
al Quran, kaum Nuh sering dirujuk sebagai suatu kisah yang berkembang, kisah
ini diulang-ulang yaitu kisah di mana Nuh
diutus untuk kaumnya agar tidak menyembah selain Allah ( Q.S. Huud 25- 35), dan mereka yang berpaling kepada
pesan dari nabi Nuh ditenggelamkan dalam banjir besar sedangkan mereka yang
beriman diselamatkan dalam kapal (Q.S. Huud 40-48). Di negeri Arabia Pra Islam
cerita tersebut telah diketahui meskipun dalam puisi Arab awalnya diragukan dan
cerita itu pula diperluas untuk mencakup rincian cerita Perjanjian Lama dan unsur- unsur tradisi Yahudi luar
al Kitab.
5.
Kisah Nabi Ibrahim
Ibrahim
sebagai seorang yang hanif, seorang
Nabi dan peletak dasar agama monoteis. Ia sangat anti pati terhadap penyembahan
kepada berhala yang dilakukan masyarakat dan Bapaknya dan menyeru hanya
menyembah kepada pencipta manusia (Q.S.Maryam 41-5o, al Anbiya52- 56, as Syuara
69-81, as Saffat 83-92) sehingga nabi Ibrahim menyerang berhala sesembahan itu
(Q.S. as Saffat 93). Pesan dan ajakan Ibrahim tidak dihiraukan bahkan diejeknya
maka hukuman Allah kepadanya adalah tidak dihancurkan. seperti kisah nabi- nabi
dahulu tetapi dijadikan orang yang menderita kekalahan paling buruk / merugi
(Q.S.al Anbiya' 70) atau dijadikan orang yang kurang
berharga / hina (Q.S.
as Sahaffat 98).[5]
6.
Kisah Nabi Luth
Kisah
Nabi Luth ini terjadi di kota Sadom
yang terletak di dekat pantai Laut
Tengah (Q. S. al Hijr 76, al Furqan 40 dan as Shaffat 13, Nabi Luth berusaha
mengingatkan kaumnya untuk tidak melakukan. perbuatan yang tidak senonoh dan
tidak melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, mereka dan istri Luth berpaling dan bahkan mengusirnya,
namun Luth dan seluruh keluarganya
enggan pergi. Atas perbuatannya, kota dan masyarakatnya dilanda hujan dahsyat
dan badai kerikil, dan. hanya Luth sekeluarga kecuali istrinya yang selamat
(Q.S.al qamar 33-34).
C.
Karakteristik Kisah-Kisah Dalam Al
Qur’an
Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara
berurutan (kronologis). Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam
al qur,an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu tempat ada
bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula
terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar. Penyajian
kisah-kisah dalam al qur’an begitu rupa mengandung beberapa hikmah. Di
antaranya:[6]
pertama, menjelaskan balaghah al
qur’an dalam tingkat paling tinggi. Kisah yang berulang itu dikemukakan di
setiap tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain
serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang
merasa bosan karenannya, bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna
baru yang tidak didapatkan di saat membacanya di tempat yang lain.
Kedua, menunjukkan kehebatan al
qur’an. Sebab, mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat
di mana salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab,
merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa al qur’an itu datang dari Allah.
Ketiga, mengundang perhatian yang
besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat
dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan
tanda betapa besarnya perhatian al qur’an terhadap masalah tersebut. Misalnya
kisah Musa dengan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan pergulatan sengit antara
kebenaran dengan kebatilan.
Keempat, penyajian seperti itu
menunjukkan perbedaan tujuan yang karenannya kisah itu diungkapkan. Sebagian
dari makna-maknanya diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang
diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain,
sesuai dengan tuntutan keadaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kata kisah berasal dari bahasa Arab Qisṣah.
Menurut Ibnu Zakaria
setiap kata yang terdiri dari qaf, ṣad yang
ber- tasydid menunjukkan pada sesuatu yang berulang. Sedangkan al qisṣah
adalah sesuatu yang diulang penyebutannya. Senada dengan pendapat
tersebut, menurut al Asfahani al Qasṣu berarti mengikuti
jejak. Sedangkan qaṣah adalah pemberitaan yang berulang- ulang. Berdasarkan pendapat
tersebut, dapat dirumuskan definisi kisah, yaitu pengungkapan ulang terhadap
suatu peristiwa di masa lampau.
2.
Kisah
dalam al Quran yang menyebutkan tentang manusia, berdasarkan perilakunya dapat
dibagi menjadi dua; orang shalih dan orang yang durhaka.
3.
Al qur’an tidak
menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara berurutan (kronologis).
Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam al qur,an dan dikemukakan
dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan,
sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara
ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar.
B.
Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, untuk itu pemakalah memohon saran dan kritik para
pembaca demi kesempurnaan makalah pemakalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Syaltut, Mahmud. 1966. al-Islam Aqidah wa
al-Syariah. Beirut: Dar al-Qalam.
Al khattan,
manna’khalil, 1996. studi ilimu-ilmu al
qur’an. Bogor; pustaka litera antarnusa.
Manna’ Khalil
al-Qaththan, 1998. Mabahits fi Ulumul
Quran,
tt Masyurah al-Asyr.
A. Hanafi, 1983. Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-Kisah Quran. (Jakarta: Pustaka
Al-Husna.
[1] Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa
al-Syariah (Beirut: Dar al-Qalam, 1966). Hlm. 11
[2] Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al
qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996). Hlm 44
[3] Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul
Quran, (tt Masyurah al-Asyr, 1073). Hlm. 306
[4] Ibid. Hlm 307
[5] Ibid. Hlm 308
[6] A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada
Kisah-Kisah Quran. (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983). Hlm. 68
No comments:
Post a Comment