Iklan Sponsor

Sunday 10 May 2020

Kisah Orang – Orang yang Disebut Dalam Al – Qur’an



MAKALAH
 “AQIDAH AKHLAK”
Tentang:
Kisah Orang – Orang yang Disebut Dalam Al – Qur’an
Dosen Pengampu : Muhammad, S.Pd.I., M.Pd.I


Description: Image result for logo stai an nadwah

Disusun oleh :
Kelompok V
Saypullah ansyari 19.11.2528
Saini 19.11.2524
M. Ehsan 19.11.2470


                      JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
            Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari internet dan perpustakaan. Kami telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan berbagaimacam bahan tentang Kisah yang Orang – Orang Disebut Dalam Al – Qur’an
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca.
            Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalam

Kuala tungkal,  Mei  2020




Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ........................................................................................ 1
B.      Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C.     Tujuan Pembahasan.................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kisah Al – Qur’an................................................................... 2
B.     Kisah Orang Terpilih Dalam Al – Qur’an Perspektif Filosofis................. 3
C.     Karakteristik Kisah – Kisah Dalam Al – Qur’an....................................... 6
BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................... 8
B.     Saran ......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al Quran banyak menyebutkan cerita-cerita atau kisah-kisah tentang keadaan umat-umat masa silam, yang sengaja dikemukakan untuk memberikan pelajaran dan menampilkan peran pendidikan bagi pembacanya atau orang yang mendengarnya. Ciri khas cerita-cerita al Quran itu adalah ia selalu bersifat benar adanya, kejadian yang sesungguhnya, begitu pula isi yang terkandung di dalamnya serta pemusatan pada tujuan yang diinginkan dari cerita tersebut.
Cerita-cerita al Quran itu mempunyai tujuan pendidikan, yaitu membentuk individu-individu atau masyarakat manusia dengan nilai keislaman. Ia mendidik manusia untuk semata-mata beriman kepada Allah SWT dan rela terhadap qadha dan qadar-Nya. Ia juga menyediakan bagi orang-orang yang membaca dan mendengarnya dengan sejumlah pengetahuan dan hakikat-hakikat yang mengandung pelajaran dalam pelajaran hidup mereka dan dalam pergaulan dengan orang lain. Dengan demikian setiap pribadi akan menjalankan perannya secara baik dalam masyarakat yang baik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kisah Al – Qur’an ?
2.      Apa kisah orang terpilih dalam al quran perspektif filosofis ?
3.      Apa karakteristik kisah – kisah dalam Al – Qur’an ?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian kisah Al – Qur’an.
2.      Untuk mengetahui kisah orang terpilih dalam Al – Qur’an perspektif filosofis.
3.      Untuk karakteristik kisah – kisah dalam Al – Qur’an.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kisah Al - Qur’an
Kata kisah berasal dari bahasa Arab Qisṣah. Menurut Ibnu Zakaria setiap kata yang terdiri dari qaf, ṣad yang ber- tasydid menunjukkan pada sesuatu yang berulang. Sedangkan al qisṣah adalah sesuatu yang diulang penyebutannya. Senada dengan pendapat tersebut, menurut al Asfahani al Qasṣu berarti mengikuti jejak. Sedangkan qaṣah adalah pemberitaan yang berulang- ulang. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dirumuskan definisi kisah, yaitu pengungkapan ulang terhadap suatu  peristiwa di masa lampau.[1]
Kisah dalam al Quran jika ditinjau dari pelakunya dapat terbagi menjadi tiga; kisah tentang para rasul yang memuat dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang ada pada mereka, sikap para penentang, perkembangan dakwah dan akibat-akibat yang diterima orang-orang yang mendustakan para Nabi. Lalu, kisah yang berkaitan dengan kejadian-kejadian umat-umat terdahulu dan tentang orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, seperti kisah Thalut, Jalut, dua putra Adam, Ashahab al-Kahfi, Zulqarnain, Ashabul Ukhdud, dan sebagainya. Kemudian, kisah yang berkaitan dengan nabi Muhammad dan sahabatnya terkait peristiwa yang terjadi di zaman Rasulullah seperti perang badar, uhud, tabuk dan lain sebagainya.
Ditinjau dari segi materi, dalam kisah al Quran terdapat  hal-hal  berikut:[2]
a.       Pelaku (al Askhash), dalam kisah al Quran, pelaku dari kisah tidak hanya manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-hud.
b.      Peristiwa (al Haditsah), unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam


suatu cerita, sebab  tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa  ada peristiwanya.
c.       Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa dan sebagainya. Isi percakapan dalam Al Quran pada umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan manusia, keesaan Allah, pendidikan dan sebagainya. Dalam hal ini Al Quran menempuh model percakapan langsung.

B.     Kisah Orang Terpilih Dalam Al Quran Perspektif  Filosofis
Kisah dalam al Quran yang menyebutkan tentang manusia, berdasarkan perilakunya dapat dibagi menjadi dua; orang shalih dan orang yang durhaka. Sedangkan kisah manusia shalih dapat dibagi menjadi dua; manusia yang disepakati oleh ulama sebagai Nabi, dan manusia yang berada dalam tingkatan hamba Allah yang sangat taat. Kisah al Quran tentang manusia yang setingkat Nabi, ada yang ceritanya disebutkan secara lengkap, dan ada yang tidak disebutkan secara lengkap. Adapun contoh kisah nabi yang disebutkan oleh al Quran, sebagai berikut :[3]
1.      Kisah Nabi Hud dan Kaum `Ad
Sebelum          datangnya       Islam,  orang-orang     Arab telah mempunyai pengetahuan tentang kerasulan (profetologi) walaupun proses kejadiannya dan periode pembentukannya tidak diketahui, yang memuat kronologi nabi-nabi yang berbeda dari tradisi Perjanjian Lama. Kecuali Nabi Nuh, ia menempatkan Nabi Saleh dari suku Tsamud dan nabi Hud dari suku 'Ad lebih tua dari semua nabi di dalam tradisi Perjanjian Lama, dan bahkan kedua suku tersebut dinamakan "al Arab al Ariba" (orang-orang Arab yang paling sedia kala) sehingga sangat wajar jika kedua nama nabi tersebut sering muncul dalam puisi Arab pra Islam.
Kaum 'Ad adalah suku zaman lampau yang mana orangnya mempunyai struktur badan tinggi besar dan kuat (Q.S al A'raf 69), membangun gedung di tempat yang tinggi-tinggi, membuat benteng pertahanan dan apabila menyiksa sebagai orang yang kejam lagi bengis (Q.S. As Syuara 128-130).
Nabi Hud diutus oleh Allah kepada kaum 'Ad, tapi mereka mengingkarinya dan bahkan mereka mengatakan bahwa agama tidak lain adalah kebiasaan orang terdahulu sehingga tak mungkin kaum Ad di adzab (Q.S. Asy Syu'ara 137-138) maka sangat wajar jika mereka dimusnahkan oleh angin badai selama tujuh malam dan menyapu bersih segala yang ada kecuali bangunan-bangunan.
2.      Kisah Nabi Saleh dan Kaum Tsamud
Tsamud adalah satu bangsa di Arabia Kuno, mereka disebut dalam prasasti Sargon, di Ptolemy, di Pliny dan tulisan klasik lainnya seperti dalam puisi Arab Pra Islam. la telah mengadakan hubungan dengan Arabia Timur Laut terutama dengan al Hijr (Madyan). la telah mengebor batu karang di dalam wadi/lembah (Q.S. al Fajr 9), mereka telah membangun istana di tanah yang datar, memahat gunung untuk dijadikan rumah (Q.S. al A'raf 74). Nabi Saleh, salah seorang dari mereka diutus kepadanya, namun mereka mengingkari dan bahkan meminta bukti kejelasan bahwa Nabi Saleh sebagai utusan Tuhan, sebagai bukti kebenaran pesannya tiba-tiba muncul seekor unta betina beserta anak unta namun malah dibunuh oleh kaum Tsamud (Q.S. Huud 64-65, al A'raf 77) oleh karena itu Allah hancurkan kaum itu dengan gempa bumi yang dahsyat (Q.S. al A'raf 78), dengan sambaran petir (Q.S. Fushilat 17, ad Dzariyat 44) dengan suara keras yang mengguntur (Q.S al Qamar 31).[4]
3.      Kisah Nabi Sulaiman dan Kaum Saba'
Kaum Saba' diinformasikan oleh al Quran sebagai kaum yang diberikan Allah dua kebun yang sangat subur (Q.S. Saba' 15) dan diberikan negeri yang berdekatan agar dapat melakukan perjalanan siang dan malam, sekarang   adalah   negeri   Syam   dan   Yaman   (Q.S.   Saba'   18). Belum ditemukan oleh penulis bahwa nabi Sulaiman diutus oleh Allah kepada kaum Saba' tapi hanya ditemukan proses komunikasi antara nabi Sulaiman dengan Ratu Saba' ( yang dalam beberapa tafsir diidentifikasi sebagai ratu Balqis) melalui Surat yang isinya agar meninggalkan menyembah matahari dan menuju berserah diri kepada Allah (Q.S. an Naml 27-44). Karena berpalingnya kaum Saba' kepada anugerah Allah yang telah diberikan kepadanya maka di datangkan kepadanya banjir dan runtuhnya bendungan Ma'arib yang merusak kesuburan kebun. mereka (Q.S. Saba' 16).
4.      Kisah Nabi Nuh
Dalam al Quran, kaum Nuh sering dirujuk sebagai suatu kisah yang berkembang, kisah ini diulang-ulang yaitu kisah di mana Nuh  diutus untuk kaumnya agar tidak menyembah selain Allah ( Q.S. Huud 25- 35), dan mereka yang berpaling kepada pesan dari nabi Nuh ditenggelamkan dalam banjir besar sedangkan mereka yang beriman diselamatkan dalam kapal (Q.S. Huud 40-48). Di negeri Arabia Pra Islam cerita tersebut telah diketahui meskipun dalam puisi Arab awalnya diragukan dan cerita itu pula diperluas untuk mencakup rincian cerita Perjanjian Lama dan unsur- unsur tradisi Yahudi luar al Kitab.
5.      Kisah Nabi Ibrahim
Ibrahim sebagai seorang yang hanif, seorang Nabi dan peletak dasar agama monoteis. Ia sangat anti pati terhadap penyembahan kepada berhala yang dilakukan masyarakat dan Bapaknya dan menyeru hanya menyembah kepada pencipta manusia (Q.S.Maryam 41-5o, al Anbiya52- 56, as Syuara 69-81, as Saffat 83-92) sehingga nabi Ibrahim menyerang berhala sesembahan itu (Q.S. as Saffat 93). Pesan dan ajakan Ibrahim tidak dihiraukan bahkan diejeknya maka hukuman Allah kepadanya adalah tidak dihancurkan. seperti kisah nabi- nabi dahulu tetapi dijadikan orang yang menderita kekalahan paling buruk / merugi (Q.S.al Anbiya' 70) atau dijadikan orang yang kurang berharga / hina (Q.S. as Sahaffat 98).[5]
6.      Kisah Nabi Luth
Kisah Nabi Luth ini terjadi di kota Sadom yang terletak di dekat pantai Laut Tengah (Q. S. al Hijr 76, al Furqan 40 dan as Shaffat 13, Nabi Luth berusaha mengingatkan kaumnya untuk tidak melakukan. perbuatan yang tidak senonoh dan tidak melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, mereka dan istri Luth berpaling dan bahkan mengusirnya, namun Luth  dan seluruh keluarganya enggan pergi. Atas perbuatannya, kota dan masyarakatnya dilanda hujan dahsyat dan badai kerikil, dan. hanya Luth sekeluarga kecuali istrinya yang selamat (Q.S.al qamar 33-34).

C.    Karakteristik Kisah-Kisah Dalam Al Qur’an
Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara berurutan (kronologis). Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam al qur,an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar. Penyajian kisah-kisah dalam al qur’an begitu rupa mengandung  beberapa hikmah. Di antaranya:[6]
pertama, menjelaskan balaghah al qur’an dalam tingkat paling tinggi. Kisah yang berulang itu dikemukakan di setiap tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan karenannya, bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru yang tidak didapatkan di saat membacanya di tempat yang lain.
Kedua, menunjukkan kehebatan al qur’an. Sebab, mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab, merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa al qur’an itu datang dari Allah.
Ketiga, mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa besarnya perhatian al qur’an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Musa dengan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan pergulatan sengit antara kebenaran dengan kebatilan.
Keempat, penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenannya kisah itu diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain, sesuai dengan tuntutan keadaan.





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Kata kisah berasal dari bahasa Arab Qisṣah. Menurut Ibnu Zakaria setiap kata yang terdiri dari qaf, ṣad yang ber- tasydid menunjukkan pada sesuatu yang berulang. Sedangkan al qisṣah adalah sesuatu yang diulang penyebutannya. Senada dengan pendapat tersebut, menurut al Asfahani al Qasṣu berarti mengikuti jejak. Sedangkan qaṣah adalah pemberitaan yang berulang- ulang. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dirumuskan definisi kisah, yaitu pengungkapan ulang terhadap suatu  peristiwa di masa lampau.
2.      Kisah dalam al Quran yang menyebutkan tentang manusia, berdasarkan perilakunya dapat dibagi menjadi dua; orang shalih dan orang yang durhaka.
3.      Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara berurutan (kronologis). Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam al qur,an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar.

B.     Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu pemakalah memohon saran dan kritik para pembaca demi kesempurnaan makalah pemakalah berikutnya.





DAFTAR PUSTAKA

Syaltut, Mahmud. 1966.  al-Islam Aqidah wa al-Syariah. Beirut: Dar al-Qalam.
Al khattan, manna’khalil, 1996. studi ilimu-ilmu al qur’an. Bogor; pustaka litera antarnusa.
Manna’ Khalil al-Qaththan, 1998. Mabahits fi Ulumul Quran, tt Masyurah al-Asyr.
A. Hanafi, 1983. Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-Kisah Quran. (Jakarta: Pustaka Al-Husna.




[1] Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa al-Syariah (Beirut: Dar al-Qalam, 1966).  Hlm. 11
[2] Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996). Hlm 44
[3] Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Quran, (tt Masyurah al-Asyr, 1073). Hlm. 306
[4] Ibid. Hlm 307
[5] Ibid. Hlm 308
[6] A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-Kisah Quran. (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983). Hlm. 68

No comments:

Post a Comment